Advertisement

Promo November

TBY Menerjemahkan Sumbu Filosofi lewat Gelar Karawitan

Media Digital
Selasa, 27 Juni 2023 - 21:17 WIB
Maya Herawati
TBY Menerjemahkan Sumbu Filosofi lewat Gelar Karawitan Suasana Gelar Karawitan yang diselenggarakan TBY di Concert Hall, dengan tema Ndang Tak Gong Sumbu Filosofi, Senin (26/6/2023) malam -- Harian Jogja - Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA–Taman Budaya Yogyakarta (TBY) sukses menghelat Gelar Karawitan pada Senin (26/6/2023) malam di Concert Hall. Mengusung tema Ndang Tak Gong Sumbu Filosofi Yogyakarta, konser ini menampilkan tiga kelompok karawitan yang dibungkus menjadi satu penampilan selama kurang lebih dua jam.

Tiga repertoar yang dimainkan merupakan gubahan tiga komposer yakni Fajar Sri Sabdono dari kelompok Kidang Alit, Purnawan Wijayanto dari Omah Seni Tanjung Anom dan Laurentius Hanan Wisma Dwi Atmaja dari Unine Mung. Konser karawitan dengan memadukan tiga kelompok menjadi satu penampilan ini diklaim menjadi yang perdana diselenggarakan.

Advertisement

Penampilan karawitan dibawakan dengan sedikit jenaka oleh para seniman dengan ikut mengkolaborasikan sejumlah alat musik lainnya berupa ketipung, ukulele dan terompet menjadi satu kesatuan irama yang magis dan semarak. Kurang lebih puluhan seniman terlibat dalam konser yang dibagi ke dalam tiga segmen itu.

Konser dibuka dengan alunan berat dari suara rebab dengan sesekali iringan dari bunyi demung dan juga gambang. Wangi dan asap dupa menguar dari panggung seakan membuat konser sangat sakral ditambah dengan kedatangan tarian pengiring dari depan panggung yang ditata sedikit gelap. Penampilan dalam konser ini dibagi ke dalam tiga segmen sesuai dengan tema Sumbu Filosofi.

BACA JUGA: Kasus Tanah Kas Desa, Kantor Kalurahan Caturtunggal Digeledah, Sultan: Saya yang Minta

“Ini merupakan konser tahunan yang diselenggarakan TBY dan merupakan edisi kedua setelah tahun lalu. Kami angkat tema sumbu filosofi sebagai bentuk dukungan karena sedang diajukan sebagai warisan budaya tak benda ke Unesco,” kata Kepala TBY Purwiati.

Menurut Purwiati, seni karawitan punya gaya khas sendiri yakni gaya Mataram di Jogja, sehingga sudah seharusnya digelar secara mandiri. Selama ini karawitan dinilainya hanya menjadi pengiring dari sejumlah kegiatan seni, sebut saja tari atau yang lain. Oleh karena itu pihaknya mencoba untuk mengemas konser karawitan yang sedikit berbeda.

“Konser ini juga bertujuan untuk menghadirkan kebanggan bagi generasi muda bahwa karya budaya karawitan itu selalu ada di masa lampau sampai saat ini,” katanya.

Dalam Gelar Karawitan TBY juga menyertakan sejumlah narasumber yang bertugas mengarahkan dan memberikan materi soal tema agar diterjemahkan ke dalam sebuah karya musik yang menggambarkan sumbu filosofi. Kemudian juga menyusun dinamika permainan alat musik dan menganyam semuanya menjadi satu kesatuan.

Salah seorang narasumber Purwanto mengatakan, tiga kelompok karawitan itu memainkan bagiannya masing-masing untuk kemudian dipadukan menjadi satu penampilan. Segmen pertama menggambarkan suatu hal yang berhubungan dengan Gunung Merapi sampai Tugu, kedua dari Tugu sampai Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, dan terakhir dari Kraton sampai ke Panggung Krapyak.

“Kami ingin menyampaikan pesan manusia agar menjaga lingkungan, menjaga situasi dan menerima bahwa semuanya atas kuasa Tuhan dan bisa menjaga kerukunan terutama di tahun politik, tema yang sederhana tapi kontennya bisa macam-macam,” jelas dia.

Menurut dia pemilihan untuk menggabungkan tiga kelompok karawitan menjadi satu penampilan lebih ke aspek teknis semata. Jika penampilan dibuat satu hal ini dapat meminimalkan efek suara yang berbeda dari masing-masing kelompok sehingga pesan dan apa yang ingin disampaikan kepada audiens berjalan optimal tanpa halangan.

“Ini baru pertama menggabungkan antar kelompok karawitan, pertimbangan pertama kan dari sound kalau per grup secara teknis audio tidak terkontrol kadang-kadang tidak stabil, kami coba ada beberapa alat yang memang statis supaya tetap langsam, makanya kami desain itu dalam satu set masif dan orangnya yang berpindah,” katanya. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

687 Warga Negara Asing Terjaring Operasi Jagratara, Pelanggaran Izin Tinggal Mendominasi

News
| Jum'at, 22 November 2024, 12:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement