Advertisement
Keterlibatan Perempuan dalam Politik Jadi Jalan Memperjuangkan Kebutuhannya

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kebijakan yang dapat mengakomodir kebutuhan perempuan sering kali tidak terpikirkan oleh leki-laki. Maka keterlibatan perempuan dalam politik sangat diperlukan untuk dapat memperjuangkan pemenuhan kebutuhannya.
Hal ini disampaikan putri mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, dalam Fisipol Leadership Forum (FLF) dengan topik Women Political Leadership: To Unite What Male Politicians Have Divided, di Fisipol UGM, Jumat (7/7/2023).
Advertisement
Ia menjelaskan kenapa perempuan masuk politik atau setidaknya perlu mengerti isu politik, karena yang akan memperjuangkan isu isu penting tentang perempuan adalah perempuan itu sendiri. “Bapak-bapak kurang paham, dalam cuti haid, rasa kram, sakit, maka perempuan butuh cuti haid,” katanya.
Laki-laki juga tidak mengerti perlunya ada ruang menyusui di ruang publik. Di mall, stasiun, bandara dan lainnya. Fasilitas ini yang memperjuangkan perempuan sendiri. Dari satu kebijakan tersebut akan menciptakan efek yang sangat besar.
“Anak-anak timbuh lebih sehat, imunitas meningkat, kecerdasan meningkat, mental health lebih stabil. Anak-anak ini yang menjadi peminpin Indonesia. Bayangkan dari satu kebijakan saja efeknya begitu panjang,” ungkapnya
Di samping itu, perempuan yang menempati posisi strategis juga memiliki karakter unggul yakni consensus building atau mencari kompromi. Dengan karakteristik ini, kepemimpinan perempuan terbukti efektif saat menghadapi krisis.
BACA JUGA: Kemarau, Ada Potensi Hujan Sedang hingga Lebat, BMKG: Tingkatkan Kewaspadaan
Ia mencontohkan beberapa pemipin luar negeri seperti mantan Perdana Menteri Selendia Baru, Jecinda Ardern dan mantan Kanselir Jerman, Angela Markel. Ketika menghadapi pandemi Covid-19, keduanya berkerja lebih efektif dibanding Donald Trump di Amerika Serikat.
Kepemimpinan mereka menurutnya lebih mengedepankan consensus building dan kesejahteraan masyarakat. “Terbukti lebih mampu mengatasi krisis. Tumpuannya kesejahteraan masyarakat didahulukan, walaupun tidak popular,” kata dia.
Untuk mencapai kesadaran politik kaum perempuan, maka diperlukan pengarusutamaan gender, yang selain dilakukan di institusi pendidikan juga perlu dilakukan sejak dari keluarga. Ia mencontohkan keluarganya yang sejak ia kecil telah mempraktekkan kesetaraan gender.
“Saya sejak kecil soal kesadaran gender tidak pernah diomongi. Bapak saya langsung praktek. Gus Dur dari saya kecil bantuin cuci piring. Kata ibu saya kalau kamu nangis yang bangun dari tempat tidur dan dibawa ke tempat tidur untuk disusui ibu itu bapak,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Empat Ekor Beruang Madu Muncul di Ampek Nagari Agam Sumbar
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Pengangkatan PPPK Paruh Waktu di Gunungkidul Tinggal Menunggu NIP
- Barantin Terus Perkuat Ekspor dan Nilai Tambah Produk Dalam Negeri
- AHY: Proses Pembangunan di Pondok Pesantren Harus Sesuai SOP
- Rektor UIN Ingatkan Mahasiswa, Kritis Harus Sesuai Aturan
- MPBI DIY Survei KHL Kabupaten-Kota, Desak UMP/UMK Tidak Lebih Rendah
Advertisement
Advertisement