Advertisement

Kemiskinan di DIY Berangsur-angsur Menurun, Ini Datanya

Anisatul Umah
Selasa, 18 Juli 2023 - 06:17 WIB
Budi Cahyana
Kemiskinan di DIY Berangsur-angsur Menurun, Ini Datanya Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Persentase penduduk miskin di DIY menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Beras dan rokok menjadi komoditas utama penyumbang kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan di DIY pada Maret 2023.

Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat persentase penduduk miskin pada Maret 2023 di posisi 11,04%. Dibandingkan September 2022, angka ini menurun 0,45%. Persentase penduduk miskin DIY masih di atas rata-rata nasional yang berada di posisi 9,36%, juga provinsi Jawa Tengah (Jateng) 10,77% dan Jawa Timur (Jatim) 10,35%.

Advertisement

Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati, mengatakan di perkotaan, komoditas penyumbang kemiskinan tertinggi adalah beras mencapai 18,62%, komoditas yang sama juga menyumbang kemiskinan terbesar di pedesaan dengan persentase 22,81%. "Artinya beras sama-sama penyumbang terbesar, tapi lebih besar bagi masyarakat miskin di perdesaan daripada perkotaan," katanya dalam konferensi pers, Senin (17/7/2023).

Rokok kretek filter duduk di posisi kedua sebagai komoditas penyumbang kemiskinan baik di perkotaan dan perdesaan. Dengan persentase masing-masing 7,91% dan 5,87%. Kemudian disusul daging ayam ras dengan persentase di perkotaan 5,67% dan pedesaan 4,46% dan selanjutnya telur ayam ras. Komoditas makanan penyumbang kemiskinan di daerah perkotaan disumbang oleh kue basah, sedangkan perdesaan tempe. "Kenapa ini kami sampaikan, karena ini komoditas penyumbang rumah tangga miskin ini berpengaruh pada pengambilan kebijakan untuk menurunkan angka kemiskinan," jelasnya.

Sementara, komoditas penyumbang kemiskinan non-makanan baik di perkotaan dan pedesaan sama. Di antaranya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

BACA JUGA: Warga Miskin di Galur Kulonprogo Bikin Wadah Saling Bantu Bernama Pokmas Kawula Alit

Herum menambahkan secara nasional ada 16 provinsi dengan persentase penduduk miskin di atas rata-rata nasional dan 18 provinsi di bawah rata-rata nasional. "Secara nasional ada 27 provinsi yang mengalami penurunan kemiskinan, salah satunya DIY," ucapnya.

Pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin DIY mencapai 448,47 ribu dengan persentase 11,04%. Herum menjelaskan kemiskinan bukan hanya tentang jumlah dan persentasenya, tapi ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pemahaman tentang indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin pada garis kemiskinan. Sementara indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin.

"Indeks kedalaman kemiskinan DIY kota dan desa pada September 2022 - Maret 2023 naik 0,191 persen poin dari September 2022 ke Maret 2023. Tapi sesungguhnya kalau dilihat dari Maret 2022 ke Maret 2023 terjadi penurunan 0,297 persen poin."

Indeks keparahan kemiskinan kota dan desa pada September 2022 ke Maret 2023 naik 0,1%. Sementara Maret 2022 ke Maret 2023 menurun 0,12%.

BACA JUGA: 7 Pekerjaan yang Tidak Akan Tergantikan oleh AI, Apa Saja?

Sementara, ketimpangan yang diukut menggunakan Rasio Gini pada Maret 2023 sebesar 0,449. "Rasio Gini antara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai Rasio Gini, semakin tinggi ketimpangan. Di DIY, pada perkotaan angkanya 0,453 untuk perdesaan 0,362. Jadi ketimpangan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan pedesaan,” kata Herum.

Menurutnya, ketimpangan di DIY menyempit. Rasio Gini pada September 2022 sebesar 0,459, dan pasda Maret 2023 turun menjadi 0,449.

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto menyampaikan tingkat kemiskinan pada Maret 2023 sebesar 9,36% atau mencapai 25,9 juta orang. Tingkat kemiskinan Maret 2023 turun dibandingkan September 2022.

“Pada Maret 2023 persentase penduduk miskin menurun sebesar 0,21 persen poin dari September 2022 dan menurun 0,18 persen poin dibandingkan Maret 2022,” ujarnya.

Jumlah penduduk miskin Maret 2023 turun sebanyak 0,46 juta orang dibandingkan dengan September 2022 atau turun 0,26 juta orang dibandingkan Maret 2023.

"Meskipun terus mengalami penurunan, tapi tingkat kemiskinan Maret 2023 belum pulih seperti masa sebelum pandemi. Sejak Maret 2021 tingkat kemiskinan menurun seiring pemulihan ekonomi nasional meskipun sempat naik pada September 2022. Selama pandemi tingkat kemiskinan tertinggi terjadi pada September 2020."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Arab Saudi Tangkap Warganya yang Bicarakan Perang Hamas-Israel di Media Sosial

News
| Jum'at, 03 Mei 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 17:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement