Advertisement

Tersangka Mutilasi Sleman Rebus Potongan Kaki dan Tangan untuk Hilangkan Sidik Jari

Catur Dwi Janati
Selasa, 18 Juli 2023 - 17:12 WIB
Budi Cahyana
Tersangka Mutilasi Sleman Rebus Potongan Kaki dan Tangan untuk Hilangkan Sidik Jari Dua pelaku mutilasi di Sleman terhadap mahasiswa UMY dibekuk Polda DIY. - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Tak hanya memutilasi Redho Tri Agustian, dua tersangka yakni W dan RD berusaha menghilangkan jejak dengan cara merebus kaki dan tangan korban untuk mengaburkan sidik jari.

Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol. FX Endriadi mengatakan setelah korban, kedua pelaku selanjutnya berupaya menghilangkan jejak kejahatannya dengan memutilasi. "Dengan cara memotong kepala, pergelangan tangan dan kaki, memotong bagian tubuh, menguliti," terangnya pada Selasa (18/7/2023).

Advertisement

Tidak berhenti sampai di situ, W dan RD juga berusaha menghilangkan sidik jari korban dengan merebus bagian tangan dan kaki korban. 

Fakta ini ditemukan tim kepolisian saat melakukan pemeriksaan terhadap sidik jari korban. "Ini juga kami temukan fakta ketika tim kami mengambil sidik jari tersebut," ungkapnya.

Wadir Reskrimum Polda DIY, AKBP K. Tri Panungko, menegaskan barang bukti kompor yang disita polisi menjadi salah satu alat untuk merebus potongan tangan dan kaki korban. "Ada potongan tangan dan potongan kaki yang direbus oleh pelaku. Tujuannya merebus adalah menghilangkan jejak sidik jari," tegasnya. 

Redho alias Tommy adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dia berasal dari Pangkalpinang.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta melakukan aksi solidaritas atas meninggalnya Redho. Puluhan lilin dinyalakan sebagai simbol kehilangan, Senin (17/7/2023) malam. Doa bersama digelar di depan gedung AR Fachrudin, UMY, Kasihan, Bantul. 

Dekan Fakultas Fakultas Hukum UMY, Iwan Satriawan, mengatakan kampus baru mendapat konformasi dari kepolisian tentang identitas Redho sebagai korban mutilasi. 

"Dari aksesori yang ditemukan, kemudian dikonfirmasi kepada warga, aksesori itu memang milik Redho," ujarnya.

Setelah mendapatkan informasi dari kepolisian, kampus langsung melakukan salat gaib dan doa bersama. Menurut Iwan, Redho selama ini dikenal sebagai sosok yang baik dan rajin dalam berbagai kegiatan kampus. "Saya beberapa kali berinteraksi dengan Redho. Dia mhasiswa yang baik dan aktif," katanya. 

Redho termasuk anggota tim yang menerima hibah penelitian dari kampus. "Polisi kami harapkan melakukan pemeriksaan dengan cermat dan memproses pelaku sebagaimana mestinya sesuai dengan perundang-undangan," ujar Iwan.

Dia juga meminta semua pihak untuk menahan asumsi yang tidak jelas asal-usulnya serta mengikhlaskan kepergian korban. 

Redho Tri Agustian alias Tommy hilang pada Selasa (11/7/2023). Redho terakhir terlihat oleh teman di rumah indekosnya pada Selasa dini hari. Hilangnya Redho dilaporkan ke Polsek Kasihan, Bantul, pada Kamis (13/7/2023)

Pada Rabu (12/7/2023) malam sekitar pukul 19.30 WIB, potongan tubuh manusia ditemukan di Sungai Bedog, Bangunkerto, Turi, Sleman. Polisi kemudian menggelar penyelidikan dan kembali menemukan potongan tubuh manusia di Lapangan Gimberan, Tempel, pada Sabtu (15/7/2023). Jarak Sungai Bedog dan Lapangan Gimberan sekitar lima kilometer. Pada Sabtu juga tim penyidik Polda DIY menangkap dua orang di Bogor. Dua orang tersebut diduga menjadi pelaku mutilasi terhadap korban yang potongan tubuhnya ditemukan di Sungai Bedog dan Lapangan Gimberan.

Polda DIY mencocokkan korban mutilasi yang potongan tubuhnya ditemukan di Turi, Sleman, dengan Redho, mahasiswa yang dilaporkan hilang di Polsek Kasihan, Bantul.

“Ada laporan orang hilang di Polsek Kasihan, Bantul. Kemudian kami berkomunikasi dengan mereka [Polsek Kasihan]. Kami cocokkan dengan adanya temuan-temuan potongan tubuh tersebut,” ujar Wadirreskrimum Polda DIY, AKBP K. Tri Panungko, Minggu (16/7/2023).

Selain mencocokkan dengan identitas mahasiswa yang dilaporkan hilang, tim penyidik Polda DIY juga menggelar pemeriksaan forensik. Meski demikian, Polda DIY saat jumpa pers belum memastikan apakah korban mutilasi ini adalah Redho, mahasiswa yang dilaporkan hilang di Polsek Kasihan.

Dalam jumpa pers, Polda DIY hanya menyebut korban mutilasi adalah laki-laki dari Pangkalpinang berinisial R, mahasiswa universitas swasta di DIY.

BACA JUGA: Pelaku Mutilasi Sleman Dikenal Tertutup, Ini Pengakuan Tetangga Kos

Senin pagi, Faris Al-Fadhat, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Alumni dan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UMY, mengatakan kampus masih menunggu informasi resmi dari kepolisian untuk memastikan apakah korban mutilasi tersebut Redho Tri Agustian atau bukan.

"Kemarin pagi Polda DIY menyampaikan melalui konferensi pers, bahwa telah ditemukan korban mutilasi beserta terduga pelaku yang telah ditangkap. Namun kepolisian baru menyampaikan nama inisial, sehingga kami masih menunggu informasi secara resmi agar tidak mendahului dan tetap menghormati proses di kepolisian," kata Faris kepada Harian Jogja melalui keterangan tertulis.

Tri Panungko, dalam jumpa pers di Mapolda DIY, Minggu, mengatakan R diduga dieksekusi di kamar indekos pelaku di Triharjo, Sleman. Potongan tubuhnya kemudian dibuang di lima lokasi berbeda, yakni; Sungai Bedog, Lapangan Gimberan, Merdikorejo, Jembatan Kelor di Turi  dan di dekat Kali Krasak di Tempel.

Tri Panungko mengatakan polisi terus melakukan investigasi. Dia mengimbau kepada seluruh masyarakat DIY agar memberi tahu polisi bila mengetahui berbagai informasi terkait kasus ini.

“Apabila ada yang menemukan hal-hal yang berkaitan dengan perisitiwa ini, seperti halnya potongan potongan tubuh lainnya yang mungkin belum ditemukan, kami minta segera melapor ke polisi. Kemudian apabila ada anggota masyarakat yang mengatahui kejadiannya bisa kami jadikan sebagai saksi,” kata dia.

BACA JUGA: Pelaku Mutilasi Sleman Ditangkap Saat Sembunyi di Rumah Saudaranya di Temanggung

Pembunuh dan pemutilasi Redho ditangkap di tempat pelariannya di Bogor, Jawa Barat.

Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol. FX Endriadi mengatakan identitas terduga pelaku mutilasi mulai dapat dirumuskan setelah identitas korban mutilasi yang potongan tubuhnya ditemukan di Turi diidentifikasi oleh Rumah Sakit Bhayangkara.

“Potongan tubuh tersebut kami bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, kami ambil sidik jarinya, kemudian kami olah, ada peralatan kami di Polda sehingga kami bisa mendapatkan identitas korban,” terangnya.

“Dari identitas korban tersebut kami melakukan penyelidikan mendalam melibatkan informasi dari lapangan masyarakat, kemudian digital forensik, kami dapatkan peralatan-peralatan medianya dan bisa merumuskan ataupun menemukan identitas pelaku.”

Dari pendalaman tim berdasarkan digital forensik, pengolahan TKP serta informasi lapangan yang didapat, terduga pelaku mutilasi lalu mengerucut kepada W yang memiliki KTP Magelang dan RD yang ber-KTP DKI Jakarta.

W dan RD kemudian ditangkap dalam pelariannya di wilayah Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (15/7/2023). Keduanya ditangkap di rumah rumah RD di Bogor.

Polisi masih mendalami motif tindakan pelaku melakukan aksi sadisnya kepada korban. “Pelaku sudah ada Direktorat Reserse Kriminal Umum. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan intensif terkait dengan motif perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan,” terangnya.

BACA JUGA: Interogasi Pelaku Mutilasi Terus Dilakukan, Polisi: Anggota Tubuh Korban Ditemukan di 5 Lokasi Berbeda

Endriadi mengatakan dua orang yang diduga membunuh dan memutilasi R bekerja di usaha kuliner. Satu pelaku adalah karyawan di suatu usaha kuliner di Jogja. Adapun satu pelaku lainnya penjual kue.

“Satu karyawan salah satu kuliner di Jogja. Kemudian yang kedua, yang orang Bogor, penjual kue," terangnya dalam jumpa pers, Minggu.

Endriadi menjelaskan R dan pelaku saling kenal. Mereka bertemen. Kendati demikian, relasi pertemanan macam apa yang dijalin antara pelaku dan korban masih didalami. 

Dari indekos pelaku di Triharjo, polisi menyita sejumlah barang bukti. Ada berbagai benda yang diamankan, mulai dari palu, pisau hingga cangkul kecil.

Polisi juga menyita panci berukuran besar, tali, ponsel, sandal, sejumlah ember dan sepeda motor. Sebuah kompor gas hingga tabung gas juga diamankan kepolisian sebagai barang bukti.

Hilangnya Redho Tri Agustian alias Tomy itu sempat viral di media sosial. Informasinya diunggah di Facebook oleh akun Tosa Aja dan mendapatkan beragam komentar dari warganet.

BACA JUGA: Mutilasi di Klaten Gara-gara Uang Rp20.000, Pelaku Mengaku Puas

Bismillahirrahmanirrahim, telah hilang teman saya bernama Redho Tri Agustian (Tomy) menghilang sejak hari selasa kemarin. Pakaian terakhir yang dia pakai berupa hoodie hijau tosca dan celana pendek. Tinggi badan kira kira 164 cm serta memiliki kulit putih. Mohon bantuannya semua apabila pernah melihat teman saya selasa atau rabu tanggal 11-12 Juli 2023 kabari saya lewat messager fb saya. Kami mohon bantuannya karena kami sudah berusaha melapor serta mengikuti track record masih belum ketemu. Terimakasih,” tulis akun tersebut.

Kasi Humas Polres Bantul Iptu Jeffry Prana Widnyana membenarkan adanya laporan mahasiswa salah satu universitas swasta di DIY yang hilang sejak 11 Juli 2023 lalu. Adapun laporan itu masuk ke SPKT Polsek Kasihan pada Kamis atau dua hari kemudian.

“Pada Kamis tanggal 13 Juni 2023 keluarga yang hilang datang ke Polsek Kasihan untuk membuat laporan orang hilang, atas nama Redho Tri Agustian. Hilang sejak Selasa, tanggal 11 Juli 2023,” katanya saat dimintai konfirmasi, Sabtu (15/7/2023) malam.

Ia menambahkan ponsel korban tidak aktif dan tidak bisa dihubungi keluarga. Menurut keterangan saksi, teman indekos korban terakhir bertemu dengan Redho pada Selasa, 11 Juli 2023, sekitar pukul 00.20 WIB di warung makan burjo yang tidak jauh dari indekos mereka di Kawasan Ngele, Tamantirtso, Kasihan, Bantul.

“Menurut keterangan saksi pada saat itu korban hanya memesan nasi lauk kemudian dibungkus dan buru-buru pergi namun saksi tidak tahu yang bersangkutan pergi ke arah mana,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan dari teman kuliah korban, setelah rekaman CCTV di rumah indekos diperlihatkan, korban keluar pada Selasa pukul 00.02 WIB menggunakan sweter warna hijau dan celana pendek warna hitam. “Keluar indekos hanya berjalan kaki tidak menggunakan sarana apa pun pergi ke arah utara,” ujarnya.

Tetangga rumah indekos salah satu pelaku mutilasi di Krapyak, Triharjo, Sleman, mengaku tak mendengar suara gaduh dari kamar pelaku pekan lalu. Mereka mengaku tidak mencium aroma atau bau tertentu.

Salah satu penghuni indekos di Krapyak, Triharjo, Reno, tinggal bersebelahan persis dengan kamar pelaku. Pria asal Sumatra itu mengaku sama sekali tak mendengar suara gaduh atau ribut-ribut dari kos pelaku pada pekan lalu. "Enggak ada [kedengaran], enggak ada terdengar apa-apa di sini, enggak ada," ujarnya, Senin (17/8/2023)

Selain itu, baik Reno maupun keluarganya juga tidak mencium bau tertentu dari kos pelaku. "Enggak ada [bau]. Khusus bagi aku kan, enggak ada [bau]," ucap dia.

"Keluarga juga enggak ada yang mengeluh [perihal bau]," ujar dia.

Lantaran tak mendengar suara ribut maupun bau tertentu, Reno berpendapat pembunuhan korban kemungkinan tidak dilakukan di indekos. "Kalau pendapat aku eksekusinya tampaknya enggak di sini," lanjutnya.

"Bunyi keran air saja kedengaran. Seandainya pembunuhan juga masa kami enggak dengar." 

BACA JUGA: Mahasiswa UMY Diduga Korban Mutilasi di Sleman, Kampus Tunggu Informasi Resmi Polisi

Reno mengaku tak mengenal karakter pelaku yang tinggal bersebelahan dengannya. Dia tak menyangka tetangga indekosnya itu menjadi pelaku pembunuhan. Di rumah indekos itulah W dan temannya memutilasi mahasiswa yang oleh tim penyidik Polda DIY disebut berinisial R.

"Enggak menyangka. Sebab dia [W] selama ini kan baik-baik aja," ujarnya.

Tertutupnya pelaku, membuat Reno hanya mengetahui sedikit informasi tentang pelaku. Reno hanya tahu W bekerja di sebuah restoran. Reno tak tahu di resto mana W bekerja. "Dia sempat ngomong kerja di resto. Tapi enggak tahu resto daerah mana," ujarnya.

"Kalau tertutup, memang tertutup orangnya." 

Interaksi W dan tetangga kos terbilang minim, hanya sebatas tegur sapa saat W akan berangkat kerja. "Paling dia berangkat kerja, [pagi] heem. Pas dia berangkat kerja itu. Kalau pulangnya kan ya sudah malam, jam 10 kadang-kadang kan," terangnya.

"Iya [tegur sapa biasa saja], enggak lebih dari itu," ungkapnya.

Selesai kerja, W biasanya langsung masuk ke kamar, tidak pernah ikut kongkow bersama tetangga kos.

"Duduk-duduk di sini enggak pernah. Walaupun kami ramai-ramai pasti pulang kerja langsung masuk. Enggak pernah gabung sama kami, makanya saya enggak tahu karakter yang selain itu enggak tahu. Iya [pendiam]," tandasnya. 

Menurut ingatan Reno, W belum lama tinggal di indekos. "Paling satu tahun. Agustus nanti satu tahun," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Karyawan Ucapkan Selamat Tinggal

News
| Sabtu, 04 Mei 2024, 22:57 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement