Advertisement

Mendulang Cuan dari Puing-puing Rumah Gusuran Tol

Catur Dwi Janati
Senin, 07 Agustus 2023 - 09:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Mendulang Cuan dari Puing-puing Rumah Gusuran Tol Suasana pembongkaran rumah untuk dijadikan tanah uruk yang dilakukan Supriyati di Tirtoadi pada Rabu (2/8/2023). - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Migrasi warga terdampak tol, menyisakan bangunan-bangunan kosong tak berpenghuni. Namun di mata seorang perempuan paruh baya, dinding-dinding sepi dapat menjadi materi untuk mendulang uang. Berikut laporan Reporter Harian Jogja, Catur Dwi Janati.

Suara gemuruh bangunan runtuh, terdengar jelas dari rumah-rumah kosong yang ditinggalkan. Disusul debu yang menyerbak setelahnya, tembok-tembok yang terlihat kokoh kini resmi roboh. Rata dengan tanah, yang lebih dulu digilas roda eskavator.

Advertisement

Di seberang sudut rumah, seorang perempuan paruh baya dengan serius mengamati. Mengenakan helm proyek berwarna putih, perempuan tadi sesekali memberi arahan kepada pengemudi eskavator yang ada di dalam kabin.

Supriyati, begitu jawabnya saat diminta memperkenalkan diri. Perempuan kelahiran 1974 itu ternyata dalang dari aktivitas pembongkaran rumah ini. Dia datang dari rumah kosong ke rumah kosong lainnya di lokasi terdampak jalan tol, meminang bangunan-bangunan kosong jadi tanah uruk.

Penggarapan Tol Jogja-Solo maupun Jogja-Bawen di wilayah Sleman membuat penggusuran besar-besaran tak terelakkan. Setidaknya ribuan bidang tanah di Sleman yang dipakai untuk jalur bebas hambatan, membuat sejumlah rumah yang ada di pada bidang-bidang tanah tersebut kudu ditinggalkan.

Baca juga: Ternyata Bukan September, Ini Target TPA Piyungan Transisi Tahap II Selesai Dibangun

Kala itu, tetangganya yang terdampak tol Jogja-Bawen harus menawarkan bekas rumahnya untuk dibeli. Lantaran ia sudah melihat banyak jasa eskavator yang lalu lalang di desanya, Supriyati lantas menjajal peluang ini.

"Awalnya itu kan saya dekat dengan yang kena tol itu. Tetangga, terus ya termasuk bos itu, bosnya suami saya yang membangun rumah di situ kena [tol]. Terus ditawarin, mbak kalau rumah saya itu nanti tak kasih jenengan tapi ya enggak dikasih alus gitu aja, ada istilahnya ada maharnya lah," cerita Supriyati pada Rabu (2/8/2023).

"Awalnya seperti itu, terus saya lihat pendatang-pendatang ke situ membeli kaya gitu, kok asyik. alangkah baiknya kalau kita mengikuti," lanjutnya.

Tanpa latar belakang proyek, Supriyati lantas membangun bisnis tanah uruknya sepotong demi sepotong. Ia mulai dengan mencari informasi penyewaan eskavator, jasa angkutan truk dump dan sebagainya. Tanpa terasa tahu-tahu sudah tiga tahun usahanya berdiri.

Satu bangunan kosong bisa dihargai beragam oleh Supriyati, tergantung luas bangunan dan materialnya. Kisaran harganya dari Rp1,5 juta sampai di atas Rp5 juta per bangunan.

"Kadang-kadang orang jual itu sekalian gentengnya, sekalian kusennya gitu. Kadang-kadang ada yang dipakai sendiri lagi tinggal puingnya doang yang saya beli," terangnya. 

Bangunan seluas 100 meter bisa menjadi lebih dari 15-20 bak truk tanah uruk bila dirobohkan. Sementara harga tanah uruk per baknya dibanderol di harga mulai Rp200.000.

Di area terdampak tol Jogja-Solo setidaknya ada 5-6 rumah yang akan dibeli oleh Supriyati. Jumlah ini masih akan terus bertambah seiringnya bergulirnya proyek pembangunan tol yang membuat warga harus meninggalkan dan membongkar rumahnya. 

Baca juga: Jumlah Manusia di Bumi, Maksimal Hanya Bisa Segini...

Dalam sebulan Supriyati pernah merobohkan tujuh rumah. "Agustus ini calonnya tiga rumah [dibongkar]," ungkapnya.

"Ini kan yang pembeli [rumah] banyak, bukan saya saja. Beli yang dari punya rumah langsung. Jadi nanti ya biasa kalau orang jual beli itu siapa yang cocok dari pihak yang punya rumah," ujarnya.

"Saya kalau beli itu ya juga pakai kuitansi dengan yang punya rumah, iya [ada kontraknya]," lanjutnya.

Setelah sepakat, Supriyati menyiapkan eskavator sekaligus kendaraan angkutnya. Hasil tanah uruk ia turunkan langsung ke pencari tanah uruk. "Sebelum saya mendatangkan alat berat, saya ke lokasi siapa yang membutuhkan," terangnya.

Tak jarang pembeli tanah uruk adalah warga terdampak tol lainnya yang membutuhkan timbunan tanah untuk pondasi rumah barunya. Sehingga Supriyati hanya berkutat berkutat di lingkungan sekitar saja. "Kalau bikin rumah yang kena tol ini kan kadang kadang belinya sawah terus dikeringkan terus diuruk gitu lho. Untuk pemadatan," jelasnya.

Dulunya, Supriyati hanya pedagang beras di Pundong, Tirtoadi. Hari-harinya akan dilalui dengan membeli beras di penggilingan lalu mengepaknya ke dalam kemasan lima kiloan. Aktivitas itu ia jalani lama hingga akhirnya proyek tol datang ke desanya.

"Saya [sebelumnya] dagang, dagang beras. Saya tinggal soalnya saya kan modalnya sedikit. Terus sekarang itu ibu-ibu muda yang modalnya lebih banyak, maksudnya bisa pinjam di KUR, dipermudah kan sekarang itu," kata dia.

Bila dia dulu Supriyati berkeliling menawarkan beras dari toko ke toko, warung ke warung, kini dia juga masih muter-muter, namun mencari pemilik rumah yang mau dibongkar. "Beli beras di penggilingan terus saya kemas lima kiloan. Itu harus keliling ngirim ke ruko ruko, suplier setiap hari muter," ujarnya.

"[Sekarang] muter, nawarin siapa yang mau dibongkar dan siapa yang mau diuruk," tambahnya.

Secara kaffah ia meninggalkan usaha dagang berasnya. Usaha tanah uruk ia tekuni, kini jadi penopang pendapatannya. Dari sini lah, uang untuk menyekolahkan ketiga anaknya dihasilkan. "Buat sekolah tiga anak, SMP dan SMK" ujarnya.

Meski untungnya mepet, dukungan dari sang suami membuat Supriyati mantab terus bertahan di usaha tanah uruk. "Sebetulnya mepet banget, cuma karena ada suami mendukung," ungkap dia.

Sebenarnya ada tawaran untuk membongkar rumah di daerah Klaten, namun Supriyati enggan jauh-jauh karena harus momong anaknya yang paling Kecil.  "Kalau saya jauh-jauh ya enggak mau. Lokasi pembongkarannya saya batasi. Ya maksudnya enggak kecandak saya kan sambil momong anak," ujarnya.

Siapa sangka, dari puing-puing bangunan yang ada Supriyati kini mampu mendulang uang untuk keluarganya. Dua orang tenaga bongkar, seorang tenaga penurun tanah uruk hingga empat sopir truk kini turut mencari nafkah dari usahanya. 

Hingga proyek tol rampung, Supriyati berencana bertahan pada lini usaha ini. Sambil menabung, ia pengin buka usaha rumah makan bila sewaktu-waktu proyek tol usai dan tiada lagi rumah yang harus dibongkar.  

"Siapa tahu nanti kalau ada peluang jualan atau rumah makan gitu rencananya," ungkapnya.

Project Director PT. Adhi Karya, Oka Chandra Sukmana yang menangani pengerjaan tol pada seksi 2 Paket 2.2B menerangkan bila penggarapan tol pada ruas ini telah dimulai. Titik penggarapannya dilakukan mulai ujung ruas tol Jogja-Bawen yakni di sekitar Tirtoadi hingga wilayah Trihanggo.

"Pengerjaan tol 2.2 dari batasnya Jogja - Bawen yang di sebelah SMP Mlati itu sampai dengan ring road utara. Ring road utaranya itu di perempatan Jln. Kabupaten, Trihanggo," tuturnya.

Proyek pembangunan tol Jogja-Solo seksi  paket 2.2B ini, kata Oka menghabiskan anggaran Rp1,1 triliun. Penggarapannya sendiri ditargetkan rampung sebelum Mei 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Prabowo Wacanakan Pembubaran Sejumlah Lembaga Negara, Demi Efisien Jalannya Pemerintahan

News
| Minggu, 12 Mei 2024, 19:47 WIB

Advertisement

alt

Unik, Ada Lampu Bangjo Khusus Unta di Tengah Gurun Pasir

Wisata
| Sabtu, 11 Mei 2024, 18:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement