Advertisement
Domba Australia Dikembangkan di Wonosari

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Budi daya domba impor asal Australia jenis dorper mulai dikembangkan di Dusun Karangtengah 2, Karangtengah, Wonosari. Selain konsep peternakan modern, di sana juga dikembangkan model pertanian terpadu.
Pengelola ternak, Ari Junaidi Arsono mengatakan budi daya domba dorper sudah dimulai sejak 2022 lalu. Hingga sekarang, sudah ada 500 ekor kambing di kandang seluas 5.000 meter persegi. “Pada awalnya untuk ternak sapi, tapi sekarang dipergunakan budidaya domba jenis dorper asal Australia,” katanya kepada wartawan, Selasa (15/8/2023).
Advertisement
Dia menjelaskan, ternak yang dikembangkan lebih ke pembibitan. Adapun pemeliharaan juga mudah karena domba dorper karena terpenting pemeliharaan kandang yang bersih dan rutin diberikan makan sebanyak tiga kali dalam sehari. “Tidak bau karena di kandang diberi serbuk kayu hasil dari pengergajian. Serbuk sebagai alas ini diganti setiap satu bulan sekali,” katanya.
Menurut Ari, serbuk kayu yang habis digunakan tidak dibuang karena bisa menjadi pupuk organik. Ke depannya, konsep ternak dikembangkan dengan model pertanian terpadu sehingga ada siklus yang saling menguntungkan. “Jadi akan berputar. Pakan diambil dari sawah atau ladang yang ditanami kemudian pupuknya memanfaatkan sisa kotoran dari domba,” katanya.
BACA JUGA: Bank Pakan Dukung Peternakan Gunungkidul
Dia menambahkan, untuk pembibitan dilakukan dengan menempatkan satu domba jantan bersama dengan 25 ekor betina. Setelah menghasilkan anakan domba akan dipelihara selama enam bulan kemudian dijual.
Hingga sekarang, Ari mengakui pemasaran masih seputaran Pulau Jawa. Meski demikian, ia tidak menampik budidaya ini memiliki nilai bisnis yang baik karena domba berusia enam bulan dihargai Rp150.000 per kilonya.
“Untuk satu ekornya bobot bisa lebih dari 30 kilogram. untuk makannya juga mudah karena apa-apa mau,” katanya.
Disinggung mengenai serangan LSD maupun Penyakit Mulut dan Kuku, Ari mengatakan bahwa kasus bisa terkendali dan kondisi di kandang sudah terhindar dari penyebaran penyakit tersebut. “Sudah aman, tapi kami tetap mewaspadainya,” katanya.
Salah seorang warga Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Alex mengaku sudah melihat budidaya domba dorper di Dusun Karangtengah 2, Karangtengah, Wonosari. Menurutnya, pemeliharaan dilakukan dengan baik karena dipelihara secara modern yang terlihat dari pembuatan kandangnya. “Bau dari domba bisa ditekan sehingga tidak menganggu bagi yang berkunjung,” katanya.
Alex mengaku tertarik dengan budidaya ini karena pemanfaatan tidak hanya pada domba, tapi bulunya juga bisa diperjualbelikan. “Kebetulan saat berkunjung ada aktivitas pencukuran bulu-bulu domba,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

PWA DIY Bergerak Membantu Masalah Air Bersih di Beberapa Wilayah DIY
Advertisement

Tiket Gratis Masuk Ancol, Berlaku Bagi Pengunjung Tak Bawa Kendaraan Bermotor
Advertisement
Berita Populer
- Taman Pintar Bangun Wahana Nglaras Budaya
- 11 Abdi Dalem Kraton Yogyakarta Dilantik Jadi Komcad Matra Laut
- Banyak yang Enggak Bayar, Target Penerimaan Retribusi Sampah Kota Jogja Sulit Tercapai
- Kualitas Udara Jogja Menurun, DLH Klaim Debu Biang Utamanya
- Pemkot Jogja Salurkan Bantuan Beras untuk 1.036 Keluarga di Danurejan
Advertisement
Advertisement