Advertisement

Promo Sumpah Pemuda Harjo

Swadaya Energi Terbarukan Warga DIY untuk Pertanian, Pariwisata, dan Rumah Tangga

Triyo Handoko
Rabu, 16 Agustus 2023 - 13:07 WIB
Maya Herawati
Swadaya Energi Terbarukan Warga DIY untuk Pertanian, Pariwisata, dan Rumah Tangga Pengurus Kelompok Tani Lestari Bulak Sawah, Sumardi saat memperlihatkan boks berisi baterai aki instalasi PLTS yang digunakan untuk menghidupkan pompa air guna pengairan sawahnya. - Harian Jogja - Triyo Handoko

Advertisement

JOGJA—Berbagai kelompok warga DIY menginisiasi pemanfaatan energi terbarukan, di Kabupaten Gunungkidul untuk pertanian, di Bantul untuk pariwisata, dan Kulonprogo untuk rumah tangga. Swadaya inisiasi energi terbarukan kelompok warga ini menghemat biaya dan mendongkrak ekonomi.

Saat musim kemarau umumnya lahan kekeringan hingga retak tetapi di Kelurahan Ngawu, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul justru sebaliknya. Lahan sawah milik Kelompok Tani Lestari Bulak Sawah ini basah, tidak keker apalagi retak-retak.

Advertisement

Di saat ribuan lahan sawah di Gunungkidul tak digarap petani, Kelompok Tani Lestari Bulak Sawah justru khusuk menanam. Mereka menanam palawija hingga sayur mayur, seperti terung hingga cabai.

Mukjizat yang dimiliki Kelompok Tani Lestari Bulak Sawah di tengah kemarau di Gunungkidul—yang tak kemarau saja bisa ditemukan krisis air—adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).  Mukjizat  ini mampu mengangkat air sedalam 50 sampai 100 meter di bawah tanah, sehingga di tengah kemarau para petani itu riang gembira bertani.

Air yang diangkat PLTS ini bersumber dari terik matahari siang hari yang diubah jadi listrik oleh panel surya. Panel surya yang berdiri di tengah lahan sawah seluas lima hektare itu tampak mencolok. Luas panel suryanya sekitar tiga meter persegi.

BACA JUGA: HUT 17 Agustus, KPK Terima 2.707 Laporan Dugaan Korupsi

Di sekitar panel surya ada dua boks alumunium. Boks pertama berisi inverter yang mengubah listrik searah dari panel surya jadi listrik bolak balik untuk menggerakkan pompa air. Boks kedua berisi aneka ragam saklar dan pengaman instalasi yang ada.

Di samping panel surya dan dua boks itu ada bangunan semi permanen dari kayu yang mirip cakruk. Bangunan itu memang difungsikan layaknya cakruk tetapi bukan untuk ronda jaga malam. Melainkan untuk para petani Bulak Sawah istirahat. Di dalam bangunan itu, tertempel jadwal piket para petani mengoperasikan PLTS itu.

Pengurus Kelompok Tani Lestari Bulak Sawah Sumardi, 41, sedang mengoperasikan PLTS tersebut pada Sabtu (5/8/2023). Sore itu, Sumardi tengah menyirami terung yang baru ditanamnya seminggu lalu. “Disiram dengan air yang ada di tangki yang ditarik pakai panel surya itu, lumayan bisa tetap bertani meski musim kemarau,” katanya sambil tersenyum bahagia.

Sumardi menjelaskan panel surya yang digunakan Kelompok Tani Lestari Bulak Sumur berkapasitas 5.000 watt. Sedangkan pompa air yang digunakan kapasitasnya 2.000 watt. “Meski 5.000 watt tapi tidak full sampai segitu kapasitasnya, sekitar 3.000an watt saja,” ujarnya.

Sebab penurunan daya listrik dari panel surya itu, jelas Sumardi, karena Matahari tidak terlalu terik. “Selain itu pas waktu triknya juga cuma 6-7 jam saja,” ucapnya.

PLTS untuk pertanian di Kelurahan Ngawu itu, lanjut Sumardi, mulai digunakan pada awal 2022 lalu. “Sebelum itu kami hanya tadah hujan, kalau kemarau saya kerja di Jogja. Sekarang sudah full bertani terus setahun penuh, hasilnya juga alhamdulilah,” tuturnya dengan bangga.

Hemat Biaya

Sebelum memutuskan menggunakan PLTS untuk pertanian, sambung Sumardi, Kelompok Tani Lestari Bulak Sumur punya opsi lain yaitu menggunakan listrik PLN. “Tapi biayanya tinggi listrik dari PLN itu,ada biaya pemasangan apalagi ini di tengah sawah, biaya listriknya itu sekali isi pulsa Rp20.000 hanya untuk menarik air sumur sehari,” paparnya.

Biaya tinggi penggunaan listrik PLN untuk pertanian, menurut Sumardi, jadi alasannya untuk memilih PLTS. “Kebetulan waktu itu beruntungnya kami dapat hibah panel surya ini, dari kampus swasta di Jogja. Perhitungan yang ada ternyata murah pakai panel surya,” terangnya.

Meskipun dapat hibah panel surya 5.000 watt, Kelompok Tani Lestari Bulak Sumur tetap harus berswadaya patungan untuk menambah biaya lainnya. “Biaya lainnya ini untuk beli inverter, baterai aki, sambungan pipa paralon, itu juga biayanya cukup tinggi per orang waktu itu habis Rp2 juta untuk patungan,” katanya.

Sebelum menggunakan PLTS, cerita Sumardi, para petani itu menggunakan diesel untuk menarik air dari sumur. “Disel ini juga boros karena harga bensin juga naik, biayanya sama kayak listrik PLN sehari bisa habis Rp20.000 untuk angkat air,” jelas Sumardi sambil mengingat.

Melalui PLTS ini, biaya yang dihabiskan petani untuk pengairan sawahnya hanya Rp30.000 per bulan. “Biaya ini rutin disetorkan ke kelompok untuk pemeliharaan dan tabungan juga, nantinya kalau ganti baterai ada uangnya,” katanya.

Keuntungan hemat biaya dari pemanfaatan energi terbarukan juga dialami warga  Kedungrong, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh, Kulonprogo. Warga di sana membentuk Kelompok Pengurus Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), hasilnya biaya langganan listrik PLN mereka turun setengah harga sejak 2018 silam.

Berada di saluran irigasi yang bersumber dari Kali Progo, PLTMH Kedungrong ini memiliki gedung seperti cakruk untuk menampung berbagai peralatan. Letak gedung ini persis di samping irigasi yang memiliki kedalaman 2 meter dan lebar 3 meter.

Bercat putih, di dalam gedung tersebut terpasang inverter, pengaman kelistrikan, berbagai saklar yang semuanya menempel di tembok gedung tersebut. Kapasitas PLTMH ini cukup besar, yaitu 700.000 watt.

Ketua Kelompok Pengurus PLTMH Kedungrong Suhadi menyebut 700.000 watt yang dihasilkannya itu digunakan 60 keluarga. “Hampir seluruh warga Padukuhan Kedungrung pakai listrik dari PLTMH ini, selain digunakan rumah tangga kami juga digunakan untuk penerangan jalan kampung,” katanya penuh kebanggaan.

PLTMH Kedungrong, jelas Suhadi, pertama kali diinisiasi pada 2011. “Saat itu ada mahasiswa KKN, mereka bikin PLTMH itu tapi kapasitasnya kecil. Selain itu memang dari dulu kami ingin kembangkan itu karena memang punya potensi saluran irigasi yang alirannya cukup kuat juga,” jelasnya.

Setelah mahasiswa KKN di Kedungrung itu rampung, lanjut Suhadi, warga berinisiatif mengadakan PLTMH yang kapasitasnya lebih besar lagi. “Kami usulkan itu ke DPRD Kulon Progo, lalu disambungkan ke Dinas PU lalu kami dapat hibah yang kapasitasnya besar ini,” terangnya.

Hibah dari Dinas PU DIY itu, sambung Suhadi, hanya dinamo PLTMH saja tanpa instalasi. “Lalu kami secara mandiri manfaatkan hibah yang ada dengan membangun instalasinya, termasuk instalasi ke rumah-rumah warga ini. Kami pertama kali iuran bikin instalasi ini habis Rp500.000 orang,” katanya.

Inisiatif dan swadaya yang dipraktikan warga itu, cerita Suhadi, dilirik UGM sehingga ada bantuan peralatan. “Kami diberi inverter tambahan, saklar pengaman, dan semacamnya lagi. Salah satu pengurus kelompok kami juga dikirim ke Bandung untuk pelatihan pengoperasian PLTMH selama seminggu,” katanya.

Mendongkrak Ekonomi Warga

Sejak itu pengembangan PLTMH makin maju, menurut Suhadi, tidak hanya digunakan untuk rumah tangga saja tapi juga untuk dunia usaha. “Ada tukang las di dusun kami, ada juga tukang kayu, dan lainnya itu sekarang listriknya pakai PLTMH ini,” ujarnya.

Kelompok Pengurus PLTMH Kedungrong, cerita Suhadi, juga rutin menggelar rapat bulanan. “Rapat ini rutin, untuk membahas piket, iuran, dan rencana-rencana lainnya,” tuturnya.

Per bulan anggota PLTMH iuran sebanyak Rp20.000. “Besaran iuran itu lebih kecil dari langganan listrik mereka. Saya saja dulu sebelum ada PLTMH ini perbulan bayar PLN sekitar Rp250.000, sekarang hanya Rp100.000 paling,” katanya.

Tantangan yang masih dihadapi Kelompok Pengurus PLTMH Kedungrong adalah hasil listrik yang belum stabil sehingga jarang digunakan untuk daya perangkat elektronik. “Karena inverternya perlu ditambah untuk memperhalus listrik output-nya, jadi untuk perangkat elektronik seperti TV, charger HP, radio itu lebih disarankan menggunakan listrik PLN yang stabil agar tidak cepat rusak,” jelasnya.

BACA JUGA: Polres Bantul Ringkus Dukun Palsu Modus Boneka Jenglot

Daya ungkit ekonomi energi terbarukan juga dialami Kelompok Pengelola Wisata Bukit Tinatar, Kalurahan Srimulya, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul. Wisata Bukit Tinatar yang beroperasi saat sore hingga malam hari ini menggunakan PLTS untuk penerangannya.

Lampu kerlap-kerlip di puncak Bukit Tinatar ini jadi salah satu daya tarik wisata. Ketua Kelompok Wisata Bukit Tinatar Wintarto menjelaskan sejak awal dibukanya objek wisata itu menggunakan PLTS. “PLTS ini jadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung kami, sejak awal daya tariknya ini ditambah pemandangan dari ketinggian,” katanya.

Penggunaan panel surya di Bukit Tinatar diinisiasi oleh pengelola wisatanya sendiri. “Kami mengusulkan sejak awal perencanaan wisata ini menggunakan panel surya lalu difasilitasi kelurahannya hingga dapat itu,” ujar Wintarto.

Meskipun mendapat hibah panel surya, menurut WIntarto, pengelola juga melakukan swadaya patungan untuk melengkapi instalasi PLTS yang direncanakan. “Kami patungan Rp50.000 per orang total ada 40 anggota, lalu rutin patungan juga tiap bulan untuk operasional sehari-hari,” jelasnya.

Inisiasi penggunaan panel surya untuk operasional Bukit TInatar, jelas Wintarto, lantaran daerah itu cukup terik mendapat sinar matahari tiap harinya. “Karena ada potensi dan memang itu juga daya tarik tersendiri,” katanya.

Kini berkat Wisata Bukit Tinatar, warga Jolosutro, Kalurahan Srimulyo, Bantul ini dapat mendongkrak perekonomiannya. Selain bertani, penghasilan mereka ditopang dari wisata yang menawarkan pemandangan ketinggian itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menparekraf Pastikan Indonesia Siap Gelar Seri MotoGP 2023 di Mandalika

News
| Kamis, 05 Oktober 2023, 02:27 WIB

Advertisement

alt

Garrya Bianti, Resort Eksklusif Baru di Jogja yang Cocok untuk Healing Anda

Wisata
| Rabu, 04 Oktober 2023, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement