Pentingnya Cegah Stunting Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Rumah Sakit Jogja International Hospital (JIH), Rahma Kusumawardhani menyatakan pentingnya memenuhi gizi yang cukup terhadap anak mulai dari 1000 hari kehidupan atau bahkan dari mulai calon ibu untuk mencegah stunting.
“Di 1000 hari pertama kehidupan adalah periode emas bagi anak kita, maka jangan sampai lengah, jangan abai. Penuhi gizi sejak awal konsepsi [awal kehamilan] bahkan sebelum kehamilan sampai masa ASI esklusif dan MP-ASI,” katanya dalam Talkshow Cegah Stunting dengan Pola ASuh Anak yang Baik di Kantor Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwwakilan DIY, Jumat (1/9/2023).
Advertisement
Acara tersebut terselenggara atas kerjasama BKKBN Perwakilan DIY, Rumah Sakit JIH, dan Harian Jogja. Rahma mengatakan pada 1000 hari pertama kehidupan juga penting memenuhi gizi seimbang, baik secara makro dan mikro sesuai usia anak. Selain itu juga melakukan aktifitas fisik dan menjaga berat badan ideal, serta menjaga kesehatan.
Rahma menjelaskan stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat kurangnya gizi kronis. Dampaknya adalah berat lahir kurang, pendek, dan kurus, bahkan menyebabkan gangguan kognitif. Namun tidak berarti anak pendek adalah stunting, karena bisa jadi karena faktor keturunan.
Yang bisa dilihat adalah pertumbuhan otaknya kurang berkembang sebagaimana anak seusianya. Untuk mencegahnya bisa dilakukan pada 1000 hari pertama kehidupan, termasuk pemenuhan gizi pada calon ibu. Ketika seorang ibu kekurangan gizi maka akan memperngaruhi terhadap gizi pada anak yang dikandungnya.
Sebab menurutnya sulit untuk menangani stunting ketika anak sudah di atas dua tahun. “Maka penting bagi ibu-ibu untuk memeriksakan diri ke posyandu atau puskesmas pada 1000 hari kehidupan agar anak yang dilahirkan tidak stunting,” ujarnya.
BACA JUGA: 2023, Angka Prevalensi Stunting Sleman Ditargetkan Turun 14 Persen
Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani mengatakan dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting nasional menunjukkan angka 24,4%, dan mengalami penurunan menjadi 21,6% pada 2022. Untuk data DIY, berdasarkan hasil SSGI 2021 prevalensi stunting berada di 17,3 persen dan mengalami penurunan sebesar 0,9 persen menjadi 16,4 persen pada 2022.
Dari lima kabupaten dan kota, Gunungkidul dan Kulonprogo yang mengalami kenaikan dari 2021 ke 2022. Bahkan angka stunting di Gunungkidul dari 20,6 persen menajdi 23 persen, di atas rata-rata nasional. Kondisi tersebut menjadi PR bersama untuk sama-sama menekannnya. Tidak hanya dari BKKBN namun memerslukan lintas sektor baik dari pemerintah, pengusaha, perguruan tinggi, dan masyarakat. “Masyarakat yang mau membantu menjadi bapak dan bunada asuh stunting bisa langsung melalui Tim Pendamping Keluarga,” katanya.
Ia mengatakan penanganan stunting menjadi salah satu perioritas pembangunan. Karena itu setelah keluar Peraturan Presiden, BKKBN langsung membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat pusat sampai daerah, bahkan sampai kalurahan. kemudian membentuk satuan tugas dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari bidan dan kader KB dan kader PKK di tiap kalurahan, tim audit kasus stunting yang terdiri dari dokter dan ahli gizi.
Kemudian pihaknya juga membentuk Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR) di sekolah formal dan non formal. Kemudian masuk kepada calon pengantin. Sebab calon pengantin penting untuk diedukasi sebelum merencanakan kehamilan agar anaknya nanti tidak lahir stunting.
“Calon pengantin harus sehat sebelum nikah. Ada aplikasi elektronik siap menikah siap hamil [Elsimil]. Calon pengantin tersebut akan dipandu tim pendamping keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh kelurahan,” paparnya.
“Calon pengantin jangan lupa isi Elsimil. Ibu hamil lakukan pemeriksaan kehamilan minimal delapan kali selama masa kehamilan. Kemudian pascapersalinan gunakan alat kontrasepsi untuk menjaga jarak kehamilan supaya ASI esklusif terjaga,” sambungnya.
Menurutnya tidak hanya ibu, namun pengasuhan tumbuh kembang anak sangat ditentukan siapa yang mengasuh anak. Karena itu semua pihak diminta terlibat dalam menjaga gizi anak, mulai dari ibu, bapak, saudara, dan tetangga sekitar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
Advertisement
Advertisement