Advertisement
Angka Stunting di Kota Jogja Naik, Pemkot Beberkan Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Prevalensi stunting di Kota Jogja pada triwulan ketiga tahun 2025 meningkat apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2024. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja paparkan penyebabnya.
Dinkes Kota Jogja mencatat angka prevalensi stunting di Kota Jogja hingga triwulan tiga tahun 2025 mencapai 12%. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan akhir tahun 2024 yang mencapai 11,27%.
Advertisement
Kepala Dinkes Kota Jogja, Emma Rahmi Aryani menyampaikan prevalensi stunting yang tinggi tersebut disebabkan karena pemberian makanan pendamping asi (MPASI) tidak memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
"Kualitas dan kwantitas MPASI yang diberikan masih rendah, belum memenuhi kebutuhan bayi," katanya, Minggu (4/5/2025).
Kemudian, menurutnya, ditemukan pula beberapa anak stunting yang disebabkan karena mengalami infeksi berulang. Infeksi berulang menyebabkan pola makan anak tidak teratur dan nutrisi yang diserap tidak optimal. Hal itu menyebabkan berat badan dan tinggi bayi tidak sesuai dengan usianya.
"Pola tidur larut malam pada balita, sehingga hormon pertumbuhan tidak bekerja optimal juga berpengaruh," katanya.
BACA JUGA: Mensos RI Tinjau Tamansiswa yang Akan Dijadikan Sekolah Rakyat di Jogja
Emma menuturkan beberapa bayi juga diperkirakan lahir stunting sejak dalam kandungan. Hal itu lantaran saat ibu mengandung kekurangan nutrisi.
Dia menuturkan selama ini, anak yang mengalami stunting perkembangan tumbuh kembangnya di pantau melalui posyandu di setiap wilayah. Bagi anak yang mengalami stunting diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) pula melalui kader posyandu. Dari situ, diharapkan kebutuhan nutrisi anak dapat terpenuhi dan tumbuh kembangnya terpantau.
Tahun 2025, Kota Jogja mendapatkan alokasi Rp70 juta per kelurahan dari Dana Keistimewaan (Danais) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk PMT anak stunting.
Sementara menurut Emma, bagi ibu hamil yang mengalami kekurangan nutrisi, telah diberikan tablet tambah darah. Pihaknya juga meminta ibu hamil agar rutin memeriksakan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) terdekat untuk memantau kesehatannya.
Lantaran prevalensi anak stunting masih tinggi, Emma pun berupaya memantau perkembangan anak yang mengalami gizi buruk agar tidak menjadi stunting. Saat ini menurut Emma, tercatat prevalensi anak yang mengalami gizi buruk telah mencapai 5,24%. Dia berharap orang tua memperbaiki pola asuh dan rutin memeriksakan tumbuh kembang anaknya melalui posyandu terdekat untuk mencegah anak tersebut menjadi stunting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tidak Dapat Murid Baru, 10 SD di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
- Operasi Patuh Progo di Jogja Segera Dimulai, Ini Sasaran Pelanggaran yang Ditindak
- Baru Diluncurkan, Koperasi Desa Merah Putih Sinduadi Dapat Ratusan Pesanan Sembako
- DIY Bakal Bentuk Sekber Penyelenggara Haji-Umroh, Upayakan Direct Flight dari Jogja ke Makkah
- Sasar 2 Terminal di Gunungkidul, Kegiatan Jumat Bersih Jangan Hanya Seremonial Semata
Advertisement
Advertisement