Advertisement

Kualitas Udara Jogja Menurun, DLH Klaim Debu Biang Utamanya

Triyo Handoko
Selasa, 26 September 2023 - 18:47 WIB
Arief Junianto
Kualitas Udara Jogja Menurun, DLH Klaim Debu Biang Utamanya Mobil laboratorium lingkungan hidup milik DLH Jogja yang digunakan untuk mengukur kualitas udara. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kualitas udara di Jogja mengalami penurunan akibat adanya partikel debu atau P2,5. Angka partikel debu di Kota Jogja ini di atas 50 dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di mana masuk kategori sedang.

Padahal, sebelum Agustus, partikel debu di Jogja masuk kategori baik di mana angkanya kurang dari 50 ISPU.

Advertisement

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jogja menjelaskan penyebab utama peningkatan polusi partikel debu ini karena musim kemarau berkepanjangan.

Perhitungan DLH dengan Air Quality Monitoring System (AQMS) juga menunjukkan parameter lain kualitas udara. Untuk parameter gas yang meliputi ozon, nitrogen dioksida, hingga sulfur dioksida masih dalam kategori baik. Sedangkan parameter meteorologis seperti tekanan udara, kelembaban, hingga suhu juga dalam kondisi baik.

Perhitungan terbaru DLH Jogja dilakukan menggunakan mobil laboratorium kualitas lingkungan di empat titik yaitu Jl. Kemasan, Jl Cendana, Tamansari, dan Tugu juga masih menunggu hasil. “Kemungkinan akan lebih mirip hasilnya, memang kalau partikel debu P2,5 ini terjadi peningkatan yang menurunkan kualitas udara di Kota Jogja,” jelas Analis Kebijakan DLH Kota Jogja, Intan Dewani, Selasa (26/9/2023).

BACA JUGA: Polusi Udara Jadi Faktor Risiko Peningkatan Kasus Pneumonia

Intan menjelaskan selain faktor cuaca, peningkatan partikel debu juga disebabkan oleh sektor transportasi dan industri. “Karena memang kalau kendaraan itu juga mengeluarkan partikel pencemar udara juga tapi tetap faktor utamanya cuaca yang masuk musim kemarau,” paparnya.

DLH Jogja, jelas Intan, akan terus menggencarkan pemantauan dan pengukuran kualitas udara agar dapat menentukan langkah-langkah mitigasi. “Sebelumnya ada AQMS yang itu real time pengukurannya tpai jaraknya hanya terbatas lima kilometer saja, sekarang sudah ada mobil laboratorium lingkungan ini sehingga dapat lebih luas jangkauan pantauan dan pengukurannya,” terangnya.

Perluasan jangkauan pengukuran kualitas udara diperlukan, jelas Intan, karena tiap titik bisa berbeda-beda kualitas udaranya. “Semakin komprehensif pengukurannya semakin banyak pilihan langkah yang efektif untuk melakukan mitigasi,” ujarnya.

Mitigas kualitas udara di Jogja, lanjut Intan, bisa dilakukan dengan beragam cara. “Tergantung parameter apa yang memburuk kualitasnya, lalu disebabkan oleh apa. Kalau dengan kondisi sekarang karena cuaca, tentu tidak banyak yang bisa dilakukan, tapi menjaga kendaraan agar tidak banyak mengeluarkan emisi juga penting dilakukan,” ungkapnya.

Menurunnya kualitas udara di Jogja juga menyebabkan peningkatan pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Data Dinas Kesehatan mencatat terjadi lonjakan peningkatan pasien ISPA sebanyak 40% selama Agustus dan September.

Dinkes Jogja menyebut penyebab peningkatan ini karena musim kemarau berkepanjangan yang berdampak langsung ke kesehatan masyarakat. Untuk mengantisipasinya, Dinkes meminta masyarakat mulai menggunakan masker dan menjaga stamina tubuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tiga Naskah Kuno Indonesia Ditetapkan Jadi Memory of the World oleh UNESCO

News
| Kamis, 09 Mei 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Makan Murah di Jogja Versi Mahasiswa, Cek Tempatnya

Wisata
| Kamis, 09 Mei 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement