Advertisement

Kapanewon Semin Jadi Lumbung Padi Terbesar di Gunungkidul

David Kurniawan
Selasa, 03 Oktober 2023 - 16:57 WIB
Maya Herawati
Kapanewon Semin Jadi Lumbung Padi Terbesar di Gunungkidul Pertanian / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul mencatat pronogsa panen padi di 2023 sebanyak 302.055,87 ton gabah kering giling. Adapun penyumbang terbesar di Kapanewon Semin dengan jumlah 37.016,92 ton.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi mengatakan, luas panen bersih padi mencapai 56.612 hektare. Total panen yang dihasilkan mencapai 302.055,87 gabah kering giling.

Advertisement

“Jumlah ini merupakan akumulasi lahan padi sawah dan jenis gogo atau yang sering ditanam di lahan kering,” kata Rismiyadi kepada wartawan, Selasa (3/10/2023).

Menurut dia, ada lima kapanewon penghasil padi terbesar di Gunungkidul. urutan pertama ada Kapanewon Semin dengan luas panen bersih 5.852 hektare. Total panen padi yang dihasilkan mencapai 37.016,92 ton.

Di urutan kedua ada Kapanewon Ponjong dengan total panen 27.377,71 ton; Kapanewon Patuk yang panenya mencapai 25.043,35 ton; Kapanewon Karangmojo mencapai 24.702,12 ton dan Kapanewon Semanu dengan panen mencapai 19.740,35 ton.

“Untuk kapanewon tersedikit panennya ada Tepus dengan akumulasi mencapai 6.636,96 ton. Sedangkan kapanewon lainnya antara kisaran 8.089,76 ton hingga 17.647,55 ton,” katanya.

Menurut dia, Semin sebagai lumbung terbesar dikarenakan memiliki area tanam yang lebih luas dari pada kapanewon lainnya. Sedangkan dari sisi panen juga tertinggi karena mencapai 63,26 kuintal per hektare.

“Kami terus berupaya meningkatkan produksi padi, melalui pengembangan varietas unggul, pemupukan, perbaikan saluran irigasi, dukungan mesin pertanian dan yang lain,” ungkap Rismiyadi.

BACA JUGA: Sebutan Indonesia Lebih Tepat Negara Maritim Ketimbang Kepulauan, Sultan HB X: Telanjur Salah Kaprah

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan, sistem tanam padi yang dikembangkan petani merupakan sawah tadah hujan. Ia tidak menampik, untuk padi sawah juga ada, namun luasnya tidak sembanding dengan cara penanaman yang mengandalkan air hujan ini.

Menurut dia, dengan model tanam sawah tadah hujan, maka ada kencenderungn mengalami penurunan luas tanam dari musim tanam pertama hingga ketiga. Ia mencontohkan, di musim pertama atau awal musim hujan, lahan panen padi bisa mencapai 47.913 hektare. Namum di musim tanam kedua mulai berkurang dengan kisaran luas panen 8.017 hekare dan musim tanam ketiga seluas 683 hektare.

“Memang ada penyusutan luas tanam padinya, tapi dari sisi komoditas yang ditanam lebih bervariasi saat musim tanam kedua atau ketiga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hari Kedua Perundingan Gencatan Senjata, Perang Israel-Hamas Masih Buntu

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement