Advertisement
Hasil Survei: Perilaku Pemilih Kaum Muda Idealis

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ketua Komisi A DPRD DIY dari fraksi PDI Perjuangan, Eko Suwanto membeberkan hasil survei perilaku milenial dari hasil penelitian yang dilakukan.
Menurut dia, ada beberapa temuan menarik meski perilaku pemilih tidak banyak berubah. Yakni ada pemilih idealis sehingga ada harapan perbaikan lima tahun ke depan.
Advertisement
"Money politics, politisasi SARA tak laku di kalangan anak muda. Mereka pilih kampanye yang happy, berikan harapan di masa datang, misalnya bagaimana akses terhadap ruang terbuka di Yogyakarta,Ini jadi bagian diskusi kaum muda," kata Eko Suwanto, dalam rilis, Rabu (4/10/2023).
Survei perilaku pemilih ada tingkat partisipasinya diproyeksikan tinggi, total 80% pemilih muda menyatakan akan hadir di TPS. "Ini berbeda dengan penelitian KPK rilis soal terpilihnya orang karena pragmatisme money politics. Dualisme ini penting diperhatikan KPU, sehingga kaum muda dengan idealisme yang dimiliki, bisa wujudkan harapan. Baik juga dihadirkan festival, bagaimana lawan hoaks, politisasi SARA,". kata Eko Suwanto.
Pemilih usia 17 ke atas cukup akrab dengan sosial media, IG, TikTok dan YouTube sementara untuk Whatsapp jadi yang populer digunakan berkomunikasi.
Parpol termasuk juga para calon Presiden dan Wakil Presiden berlomba untuk masuk dalam alam kesadaran kaum muda. Hasil penelitian ada suara anak muda dalam tiga urusan yaitu klithih, sampah dan semangat lawan korupsi.
"Jadi urusan penyelesaian klithih, problema sampah dan korupsi harus direspons oleh peserta pemilu. Anak muda itu tidak suka hadirnya spanduk karena mengotori, jadi sampah visual," kata Eko Suwanto, politisi muda PDI Perjuangan.
Eko Suwanto menambahkan jangan juga menambah sampah digital di gadget masing-masing. Hal yang bisa kontrol adalah budi pekerti, berbudi pekerti luhur, ber Pancasila.
Hasil penelitian beberapa bulan lalu, mencatat perilaku pemilih, rakyat yang muda ingin ada penyempurnaan, pengen keadaan lebih baik, metode pendekatan yang berbeda. Kaum muda, rakyat ingin yang urus negara secara serius, tidak korupsi, yang muda ingin cita-cita dan harapan diwujudkan.
"Ayo jaga proses pemilu bermartabat dan berbudaya. Kalau ada yang money politics ujungnya korupsi, memilih karena ada kesadaran lima tahun ke depan lebih baik, bukan karena money politics," kata Eko Suwanto.
Data Pemilih
Ketua Divisi Perencanaan Data dan Informasi KPU Yogyakarta Moh Zaenuri Ikhsan menjelaskan KPU kini terus bekerja lakukan pemutakhiran data pemilih. Ada data pemilih tetap.Gen Z jumlah nya 32.000, di Yogyakarta atau 15,07% jumlahnya. Generasi milenial ada 732.000 pemilih muda atau 26,9%. Kalau total ada 40% lebih generasi muda yang akan ikut memilih, jelas mereka ini potensial dalam tahapan pemilu.
"Parpol jelas butuh berikan pendidikan politik, menyasar kelompok muda sehingga nanti bisa jadi pemimpin ke depan. Sosialisasi kita alhamdulillah tidak jalan sendiri karena banyak pihak yang bantu, pemda DPRD, Kesbangpol, Biro Tata Pemerintahan, Kominfo bantu sosialisasi," kata Moh Zaenuri Ikhsan.
Sosialisasi ke depan, diharapkan bisa menjangkau pendidikan politik kepada banyak pihak termasuk pemilih pemula. Harapan selain menyasar pemilih di DPT, ada banyak kampus yang memiliki mahasiswa perlu juga diberikan sosialisasi pendidikan politik.
"Pendidikan politik maupun penggunaan hak pilih bagi mereka, memberikan suara di Pilpres 2024 penting, agar penuhi harapan kaum muda," kata Moh Zaenuri Ikhsan dari KPU DIY.
Mahendra Bhirawa, dari Pusat Studi Pertahanan Nasional UGM menyebutkan pemilih muda di Yogyakarta ada 10% limpahan mahasiswa dari luar kota, ada yang cakap literasi digital, ada yang gagap. Tipikal gen Z dan milenial tak bisa di justifikasi yang penting ikut memilih. Tidak bisa begitu, ada yang pas lahir saja sudah akrab HP, tablet, kepedulian, harapan dan ekspektasi berbeda terhadap pelaksanaan pemilu.
"Ada yang masih ragu, ada yang mantap mana yang dipilih, ada yang swing voters, ada yang tipe open minded. Ada yang bisa menerima tapi ada juga yang menolak sama sekali. Secara umum begitu. Ada yang males mencoblos, susah, enggak ngerti mendaftarkan gimana, kartu suara seperti apa, ada jurang komunikasi yang macet akhirnya golput, butuh langkah sosialisasi yang tepat," kata Mahendra Bhirawa. (BC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

BOB Golf Tournament 2023 Jadi Wisata Olahraga Terbaru di DIY
Advertisement
Berita Populer
- Hari Ini Sejumlah Wilayah di Jogja dan Kulonprogo Mati Lampu
- Prakiraan Cuaca, Seluruh Wilayah DIY Hujan Ringan dan Sedang di Malam Hari
- Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini, Jumat 24 November 2023
- Jadwal KRL Solo Jogja 24 November 2023, Keberangkatan dari Stasiun Palur
- Simak Jadwal KA Bandara YIA Reguler 24 November 2023
Advertisement
Advertisement