Advertisement
Kemarau Tahun Ini Lebih Parah dari Sebelumnya, BPBD DIY Klaim Salurkan 17 Juta Liter Air Bersih

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY mencatat sampai dengan 2 Oktober 2023, sebanyak 17.315.000 liter air sudah disalurkan ke sejumlah area yang terdampak kekeringan di wilayah DIY. Adapun, jumlahnya tersebar di empat kabupaten, 33 kapanewon, 90 kalurahan dan 399 dusun.
Manajer Pusdalops BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto mengatakan bencana kekeringan tahun ini memang sedikit lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Advertisement
Hal ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang terjadi di seluruh wilayah. Pada tahun ini musim kemarau sama sekali tidak diikuti dengan turunnya musim hujan. "Bencana kekeringan tiga tahun lalu kan sedikit dampaknya, musimnya juga beda yakni kemarau basah, meski kemarau tetapi masih ada hujan, sehingga permintaan air juga relatif sedikit," ujar Lilik, Kamis (5/10/2023).
BACA JUGA: 5.224 Kepala Keluarga di Bantul Terdampak Kekeringan
Bencana kekeringan di tahun sebelumnya juga tidak berdampak sama sekali pada Kabupaten Sleman sedangkan Kabupaten Kulonprogo hanya meminta sedikit bantuan air bersih untuk penanganan di wilayahnya. Sementara tahun ini hanya Kota Jogja yang belum terdampak bencana kekeringan di DIY.
"Tahun ini memang cukup luar biasa karena ada fenomena El Nino. Jadi memang sangat berbeda. Durasinya juga lebih panjang tahun ini. Bahkan tiga tahun lalu yang bersamaan dengan Covid-19 itu dropping air sangat sedikit," jelasnya.
Lilik menjelaskan, Kaliurang Timur menjadi wilayah yang terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Sleman, kemudian juga terjadi di Tempel yang mengakibatkan sumur warga mengering. Masyarakat setempat pun melakukan upaya mandiri dalam memenuhi kebutuhan air bersih mereka.
Data terakhir yang diterima BPBD DIY, bantuan air bersih sudah disalurkan ke Gunungkidul sebanyak 13.045.000 liter, Bantul 3.105.000 liter, Kulonprogo 830.000 liter dan Sleman 335.000 liter.
Selain itu juga dilakukan penanganan dengan pembuatan sumur bor serta penyuluhan kepada petani tentang pola tanam yang sesuai pada saat musim kemarau. "Sampai sekarang baru Kulonprogo saja yang baru memakai dana belanja tidak terduga [BTT] untuk penanggulangan bencana kekeringan, daerah lain belum," katanya.
Menurut Lilik, meskipun Gunungkidul menjadi wilayah terparah yang terdampak bencana kekeringan, tetapi daerah itu masih menggunakan dana reguler untuk upaya penanganan. Dana tersebut, kata dia langsung disalurkan ke kapanewon agar lebih mudah menangani bencana kekeringan. "Untuk dana BTT provinsi belum ada yang pakai. Sudah kami sampaikan ke teman-teman yang wilayahnya terdampak tapi dari dana reguler dan BTT kabupaten terkait masih cukup," ucap Lilik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penerima Bansos Bermain Judol, Cak Imin Tegaskan Akan Ada Sanksi Tegas
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 4 Juta Wisatawan Melancong ke Sleman Selama Enam Bulan 2025, Candi Prambanan dan Kaliurang Masih Primadona
- Semua Jemaah Haji Sudah Kembali ke Bantul, 2 Meninggal di Tanah Suci
- DPRD Kulonprogo Geram Penghentian Operasional PT Selo Adikarto
- Kasus Leptospirosis di Jogja Tinggi, Dinkes Ambil Sampel Tikus di Rumah Pasien
- Rumah Sakit UII Bantul Buka Lowongan untuk Marketing, Ini Kualifikasinya
Advertisement
Advertisement