Advertisement

Terungkap! Madukismo Miliki Pembangkit Listrik Unik Sejak 1958

Anisatul Umah
Sabtu, 14 Oktober 2023 - 20:17 WIB
Abdul Hamied Razak
Terungkap! Madukismo Miliki Pembangkit Listrik Unik Sejak 1958 Wakil Kepala Bagian Pabrik Gula PT Madubaru, Pabrik Gula Madukismo, Taufik Ramdhan sedang mengecek ruang kontrol generator PLTBm Madukismo, Selasa (5/9 - 2023). Anisatul Umah/Harian Jogja.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Pabrik Gula Madukismo sudah punya Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) ampas tebu sejak 1958. Di lahan seluas 1.600 m2 pembangkit ini bisa memasok 80% dari kebutuhan listrik saat musim giling tebu yang berlangsung 6-7 bulan. 

Bangunan PLTBm ampas tebu itu sudah nampak tua setelah 65 tahun beroperasi. Menaiki beberapa anak tangga dari besi, Harian Jogja diajak melihat ruang kontrol generator dan 3 unit ketel uap di pembangkit yang berlokasi di sebelah kiri pabrik gula.

Advertisement

PLTBm ini sudah seminggu tidak beroperasi, sebab musim giling sudah berakhir. Di masa istirahatnya, pembangkit ini akan direparasi oleh petugas. Dicek apa saja yang perlu diperbaiki dan diganti sparepartnya. Sebelum nantinya akan dioperasikan lagi pada musim giling tahun depan.

BACA JUGA: Lahan Tebu Pabrik Gula Madukismo di Bantul Terbakar

Jika sedang beroperasi 3 ketel uap ini masing-masing akan menghasilkan 1.000 kilowatt (kW) listrik dari kapasitas maksimal 1.280 kW, sehingga total listrik yang dihasilkan sekitar 3.000 kW atau 3 megawatt (MW). Selama ini listrik yang diproduksi hanya digunakan untuk internal perusahaan.

Wakil Kepala Bagian Pabrik Gula PT Madubaru, Pabrik Gula Madukismo, Taufik Ramdhan menceritakan PLTBm ini dibangun berbarengan dengan pabrik gula pada 1955 silam, kemudian mulai beroperasi pada 1958 sampai sekarang.

Berdasarkan informasi, menurutnya kontraktor pembangkit ini berasal dari Jerman Timur. Sehingga beberapa peralatan di pembangkit ini berasal dari Jerman.

"Luasnya kurang lebih 1.600 m2 untuk pembangkit, terus untuk genset 250-300 m2. Pembangkit ini kami miliki sejak awal pembangunan Pabrik Gula Madukismo jadi sudah didesain seperti itu. Pembangkit listrik uap berbahan bakar biomassa," paparnya ditemui di kantornya, Selasa (5/9/2023).

Konsep pabrik gula kala itu harus bisa memenuhi semua kebutuhannya sendiri baik listrik dan air. Seiring berkembangnya waktu kapasitas pabrik berkembang semakin besar, sehingga pasokan listrik juga disuplai dari PLN.

Pengelolaan PLTBm ini secara keseluruhan dilakukan oleh internal pabrik. Daya yang dihasilkan dari pembangkit juga tidak disimpan, namun langsung didistribusikan. Selama musim giling pembangkit akan beroperasi 24 jam selama 6-7 bulan.

BACA JUGA: Arak-arakan Sepasang Pengantin Menandai Musim Giling Tebu di Madukismo

"Kebetulan kami selesai penggilingan di awal September [2023] ini. Musim giling turbin jalan 24 jam gak berhenti selama 6-7 bulan, baik melayani operasional mesin-mesin pabrik maupun penerangan lingkungan pabrik," jelasnya.

Jika dibandingkan dengan pembangkit fosil, PLTBm ini memang lebih ramah lingkungan. Tapi yang menjadi tujuan utama sebenarnya adalah mencegah pencemaran. Sebab ampas sisa jika tidak dimanfaatkan akan menyebabkan pencemaran.

"Lebih logis lagi ketika mengambil gula pasti akan ada ampasnya, kalau gak dimanfaatkan malah akan jadi sumber pencemaran lingkungan. Kalau digunakan kami kurangi salah satu sumber pencemaran lingkungan."

Pembangkit Didesain untuk Ampas Tebu

Bahan bakar sebisa mungkin berasal dari ampas tebu meski bisa juga berasal dari sumber biomassa lain seperti sekam padi, tatal kayu, atau cangkang sawit. Selain perlu biaya tambahan jika menggunakan biomassa lain, sumber bahan bakar dari biomassa lain juga ada kekurangan.

"Pembangkit kami didesain untuk pabrik gula. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan biomassa lain seperti sekam karena secara design masih mirip."

Sumber biomassa lain yang pernah digunakan adalah cangkang sawit, namun kurang cocok karena menghasilkan asap yang hitam. Kemudian tatal kayu, namun tidak bisa menggunakan yang bergetah karena akan membuat lengket ketel. Sejauh ini biomassa yang paling cocok adalah ampas tebu.

"Bisa sekam padi pernah, juga pakai tatal kayu, kalau cangkang sawit pernah coba tapi kurang cocok, ini lebih ke arah asapnya jadi hitam sekali," ucapnya.

Ia menjelaskan ampas tebu sangat dipengaruhi oleh kadar air. Biasanya akan diukur zat kering ampasnya, yang bagus ada di kisaran 50-52. Dengan kandungan air 48-50 sudah bagus. Jika dinilai dari kalorinya sekitar 1.600-1.800.

"Selain zat kering yang diukur, satu hal lagi yakni kandungan sisa gula di ampas tebu, semakin rendah semakin bagus. Ampas tebu sisa penggilingan bisa langsung digunakan," paparnya.

Kendala Pasokan Bahan Bakar

Sepanjang PLTBm beroperasi menurutnya tidak ada kendala yang berarti. Sebab masa operasi pembangkit tidak sepanjang tahun. Sehingga masa istirahat dan perawatan bisa dilakukan maksimal. Kendala dalam pengoperasian pembangkit ini adalah pasokan bahan bakar.

Sebab bahan bakar biomassa kalorinya tidak sebesar bahan bakar dari fosil. Sehingga jumlah bahan bakar yang dibutuhkan jauh lebih besar daripada bahan bakar fosil.

Ongkos produksi dari listrik bisa ditekan karena ampasnya tidak perlu beli. Sebagai gambaran 1 kWh listrik membutuhkan sekitar 20 kg ampas tebu atau setara 60-65 kg tebu.

"Dibutuhkan jumlah bahan bakar yang banyak, karena nilai kalornya lenbih kecil dari bahan bakar fosil. Sehingga kalau dikonversi lebih lanjut butuh bahan baku tebu banyak," ujarnya.

Pasokan tebu yang hanya 6 bulan setahun menyebabkan pasokan listrik tidak bisa disuplai dari PLTBm sepanjang tahun. Kebutuhan listrik saat musim giling juga jauh lebih besar dibandingkan dengan luar musim giling.

BACA JUGA: Produsen Bersedia Suplai Etanol untuk BBM Asal Harga Beli Sesuai Keekonomian

"Saat musim giling pemakaian listrik PLN kami juga nambah dibandingkan di luar masa giling. Jadi memang lebih besar di dalam masa giling tapi dari kebutuhan total 80% bisa dari PLTBm sisanya dari PLN."

Lebih lanjut dia mengatakan terkait izin pembangkit baru diurus 10 tahun terakhir. Sebab sebelumnya belum tahu apakah pembangkit yang dikelola oleh perusahaan harus memiliki izin tersendiri. Setelah izin diurus, ini menjadi PLTBm pertama yang ada di DIY. Menurutnya izin dikeluarkan oleh Dinas Perizinan dan Penanaman Modal. Namun untuk pemantauan rutin dilakukan oleh Dinas PUP ESDM

"Izin pertama kali baru sepuluh tahun terakhir izin pembangkit. Dulu belum tahu karena ini merupakan milik sendiri. Pas pembelian genset baru tahu katanya harus izin." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hari Kedua Perundingan Gencatan Senjata, Perang Israel-Hamas Masih Buntu

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement