Advertisement
Jadi Lumbung Padi di Patuk, Warga Putat Gunungkidul Menggelar Festival Memedi Sawah

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Warga Kalurahan Putat, Patuk, Gunungkidul menggelar Festival Memedi Sawah. Selain mendorong peningkatan produktivitas pertanian, kegiatan ini juga sebagai upaya pengembangan pariwisata wilayah setempat.
Ketua Panitia Festival Memedi Sawah, Kemiran mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari mulai Sabtu (14/10/2023) hingga Minggu (15/10/2023). Ada banyak rangkian kegiatan dalam festival ini mulai dari fashion show, kirab memedi sawah hingga pameran UMKM.
Advertisement
BACA JUGA: Pengeluaran APBD 2024 Gunungkidul Didominasi untuk Gaji Pegawai
“Di Putat ada Sembilan padukuhan dan semua mengirimkan wakil untuk berpartisipasi dalam Festival Memedi Sawah,” kata Kemiran kepada wartawan, Minggu (15/10/2023).
Menurut dia, setiap padukuhan diminta membuat empat boneka memedi sawah. Rinciannya, dua boneka memedi sawah serta dua lainnya orang yang memeragakannya.
“Acara berlangsung meriah karena tidak hanya dari Putat, tapi warga dari luar daerah juga menyaksikan festival ini,” katanya.
Kemiran menjelaskan, boneka memedi sawah merupakan orang-orangan yang dibuat kemudian di pasang di tengah sawah yang ditanami padi. Tujuan pemasangan untuk mengusir serangan hama pipit.
Di tengah perkembangan zaman, pemasangan boneka memedi sawah mulai jarang terlihat karena digantikan dengan cara lain. Oleh karenanya, festival digelar untuk melestarikan tradisi serta mengenalkan kepada generasi muda tentang kegiatan dalam pertanian.
“Tentunya kegiatan ini juga sebagai upaya mendukung pengembangan wisata di Putat,” katanya.
Menurut dia, di wilayahnya ada sejumlah destinasi seperti Kampung Emas Plumbungan hingga sentra kerajinan topeng kayu di Padukuhan Bobung. “Kami ingin menyelenggarakan Festival Memedi Sawah secara rutin,” katanya.
BACA JUGA: Savana Bromo Kembali Menghijau Usai Terbakar, Begini Penampakannya
Lurah Putat, Rusbandi mengapresiasi penyelenggaraan Festival Memedi Sawah 2023. Hal ini sebagai penanda wilayahnya sebagai salah satu lumbung padi di Kapanewon Patuk.
“Dengan acara ini bisa merajut kebersamaan, kerukunan, kemandirian dan kemakmuran antar warga untuk saling bersinergi,” katanya.
Rusbandi mengakui wilayahnya banyak memiliki lahan abadi untuk pertanian. Potensi ini harus dikelola dengan baik sehingga upaya memperkuat ketahanan pangan bisa terlaksana.
“Program pangan dengan pemanfaatan lahan yang ada harus dilakukan. Selain itu, potensi yang ada juga bisa dikolaborasikan dengan pengembangan sektor kepariwisataan yang diwujudkan pengelanggaran Festival Memedi Sawah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Naik dari Stasiun Tugu Turun di Palur, Rabu (9/7/2025)
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Rabu (9/7/2025), Naik dari Stasiun Palur, Jebres, Purwosari dan Solo Balapan
Advertisement
Advertisement