Advertisement

Promo Desember

Cegah Kejahatan Jalanan, Jaga Warga & Satlinmas Diminta Optimalkan Pemanfaatan TI

Media Digital
Senin, 23 Oktober 2023 - 21:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Cegah Kejahatan Jalanan, Jaga Warga & Satlinmas Diminta Optimalkan Pemanfaatan TI Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad (Harian Jogja - Yosef Leon Pinsker)

Advertisement

JOGJA—Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY mendorong peran Jaga Warga dan Satlinmas yang ada di wilayahnya untuk memaksimalkan penggunaan teknologi informasi (TI) dan upaya konvensional dalam menangani kejahatan jalanan atau yang biasa disebut klithih. Upaya penanggulangan kenakalan remaja ini disebut butuh peran serta banyak pihak dengan Jaga Warga dan Satlinmas sebagai salah satu unsurnya.

Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad, mengatakan jumlah Satlinmas di wilayahnya ada sebanyak 28.524 personel sementara Jaga Warga sekitar 3.071 kelompok dari 4.673 pedukuhan di DIY dengan tiap padukuhan beranggotakan 25 orang. Jumlah ini disebutnya sangat potensial untuk mencegah munculnya fenomena kejahatan jalanan.

Advertisement

Sebab, Jaga Warga dan Satlinmas merupakan unsur pengawasan di tingkat terbawah dan paham kondisi wilayahnya masing-masing. "Memang sekarang fenomenanya tengah meredup tapi potensinya masih ada. Makanya dari Jaga Warga dan Satlinmas harus bisa memetakan kondisi wilayahnya masing-masing," kata Noviar, Senin (23/10/2023).

Apalagi pihaknya juga tengah menggodok Peraturan Gubernur soal sistem pengamanan terpadu. Dalam aturan ini nantinya kelompok Jaga Warga akan diisi oleh berbagai unsur seperti kepolisian, tokoh masyarakat dan lain sebagainya. Lewat forum itu mereka bisa berdiskusi dan melakukan langkah konkret dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi wilayahnya sendiri, termasuk kejahatan jalanan. Selain itu juga bisa memaksimalkan potensi wilayah agar bisa menjalankan suatu program yang berkelanjutan.

"Sementara ini kami kan sesuai tupoksi yakni patrol tapi kan hanya sementara penanganannya, mereka juga pintar untuk kucing-kucingan. Harapannya semua pihak bisa meredam ini, tidak hanya dari petugas keamanan saja," ujarnya.

Jaga Warga dan Satlinmas dianggap paling tahu soal keadaan masyarakat masing-masing. Dengan pemetaan akan terlihat pelajar dan anak-anak muda mana yang perlu untuk diberikan perhatian serius agar terhindar dari aktivitas negatif. Selain itu, kelompok ini juga diajak melek terhadap perkembangan media sosial yang semakin marak. Pemantauan juga bisa dilaksanakan lewat platform itu agar fenomena negatif di setiap wilayah bisa ditindaklanjuti.

"Apalagi di zaman media social sekarang, mereka pada saat tawuran kan janjian lewat itu. Jadikan sebagai peluang kemajuan teknologi ini, kalua tidak tentu malah tertinggal. Itu wajib dan semua harus bisa," ujarnya.

Menurutnya, fenomena kejahatan jalanan ini merupakan penyakit sosial yang ada di setiap kota besar. Hanya saja bentuk dan penamaannya yang berbeda. Di DIY, klithih atau kejahatan jalanan cenderung dilakukan oleh para pelajar dari SMP dan SMA. Biasanya mereka tergabung dalam geng sekolah yang tidak resmi. Aktivitasnya dimulai dari kumpul-kumpul selepas sekolah di sekitaran warung, kemudian berlanjut ke aktivitas negatif lainnya.

"Data terakhir yang kami terima ada sebanyak 117 geng sekolah di SMP, SMA, dan SMK yang ada di Jogja. Ini awal mula dari aktivitas klithih. Berbagai cara sudah ditempuh tapi belum mampu mengatasi sampai ke akarnya," ungkap Noviar.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Satpol PP DIY pola perekrutan anggota geng dimulai saat tahun ajaran baru dimulai. Para senior geng biasanya akan merekrut anggota baru dan berkembang pada pertengahan tahun ajaran sekolah. Secara tidak tertulis biasanya anggota geng baru diterima setelah mereka melakukan aktivitas tawuran dengan anggota geng lain. Jika tidak terjadi, selanjutnya yang jadi korban incaran adalah masyarakat lain.

"Meskipun ada penegakan hukum tapi belum mampu memberikan efek jera. Semua pihak juga sudah turun tangan mulai dari Polda DIY dengan gerakan Ibu Memanggil atau kabupaten kota yang memberlakukan aturan jam malam," katanya.

Menurut Noviar, di masa perkembangan teknologi seperti sekarang unsur pengamanan di tingkat masyarakat seperti Jaga Warga dan Satlinmas harus mampumemanfaatkan peluang. Media sosial yang sekarang marak bisa dijadikan sebagai ruang bagi kampanye edukasi positif pencegahan klithih. Kolaborasi antara penanganan dengan cara konvensional dan cara modern harus digencarkan agar fenomena kejahatan jalanan bisa ditekan supaya tidak muncul kembali.

"Jaga Warga dan Satlinmas kami harap harus pintar ya, harus dikolaborasikan antara penanganan konvensional dan TI. Tidak hanya dari face to face saja bisa buat konten dan edukasi yang memancing anak-anak muda ini agar berbuat yang lebih positif," katanya.

Noviar menilai munculnya fenomena kejahatan jalanan tidak lain merupakan imbas dari minimnya ruang pelajar dan pemuda untuk berkreasi. Di sisi lain masa perkembangan mereka masih membutuhkan wadah yang bisa menerima apapun aktivitas yang dilakukan. Lantaran tempat seperti itu jarang ditemui, maka pelariannya bisa menjurus ke hal yang negatif seperti masuk anggota geng,

berbuat kriminal dan lainnya. "Coba mereka diberikan wadah untuk mengaktualisasikan diri misalnya kelompok olahraga, kegiatan seni budaya atau yang lain. Itu harus ada di lingkungan dan semoga aktivitas negatif mereka bisa berkurang," jelasnya. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pulangkan 91 WNI dari Suriah

News
| Sabtu, 21 Desember 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup

Wisata
| Sabtu, 21 Desember 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement