Advertisement
Produksi Ikan Hasil Budi Daya di Sleman Menurun
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman mencatat ada penurunan produksi budi daya ikan di wilayahnya pada musim kemarau tahun ini. Sebab, adanya masalah kekurangan air di kolam ikan milik pembudi daya ikan.
Untuk mengatasi hal itu, beberapa upaya dilakukan olen Pemkab Sleman untuk mengatasi penurunan produksi ikan tersebut. Selain mengurangi kerapatan ikan di kolam, pembudi daya diminta untuk melek dan menerapkan teknologi.
Advertisement
"Untuk penurunan produksi antara 5 sampai 10%. Sementara produksi ikan kita setahun itu sekitar 55.000 ton. Dari jumlah itu, 60% hasil produksi ikan kita untuk memenuhi kebutuhan ikan di DIY," kata Kepala DP3 Sleman Suparmono, Kamis (2/11/2023).
Ia membeberkan, saat ini kolam ikan budi daya di Sleman yang mengalami kekurangan air tercatat mencapai 126,21 hektare atau 11,13% dari total 1.134 hektar luas kolam. Meliputi 75,71 hektare kolam di wilayah Sleman barat seperti Kapanewon Minggir, Moyudan, Seyegan, Mlati, Godean, dan Gamping.
BACA JUGA: Soal Kenaikan Upah 2024, Disnakertrans DIY: Tunggu Regulasi Pusat
Sedangkan di Sleman sisi utara seluas 7,8 hektare meliputi kapanewon Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Serta wilayah Sleman lain seperti Kapanewon Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Kalasan, Prambanan, Berbah dan Depok dengan luas terdampak 42,7 hektare.
Meski cukup banyak kolam yang terdampak karena kekurangan air, Menurut dia, penurunan produktivitas perikanan ini seharusnya tidak berpengaruh ke pembudi daya ikan.
Sebab, harga ikan saat ini di pasaran relatif tinggi yakni Rp26.000 per kilogram untuk jenis ikan Nila. Sementara hitungan dari DP3 Sleman mencatat jika break even point (BEP) dari tiap kilogram ikan yang dihasilkan saat ini di tingkat pembudi daya adalah Rp19.500 per kilogram.
"Jadi keuntungannya masih masih besar kalau kita mau pakai teknologi. Salah satunya kincir angin," jelasnya.
Salah satu pembudi daya ikan di Kapanewon Turi, Wahyu Hidayat mengakui jika pihaknya sengaja melakukan pengurangan kepadatan ikan di kolam. Selain itu juga memaksimalkan penggunaan teknologi kincir angin. Dengan dua teknik ini, diakuinya tidak banyak berpengaruh terhadap produksi ikan pada musim kemarau.
"Dengan luasan kolam 300 meter kita kemarin terakhir kita panen itu, bisa dapat 2,28 ton. Karena kalau pakai kincir ini kita lebih stabil," jelasnya.
Pakan Mahal
Di sisi lain, Wahyu justru menyayangkan peningkatan harga pakan ikan yang signifikan. Sebab, peningkatan harga pakan ini berdampak kepada keuntungan dari pembudi daya ikan.
"Sebelum pandemi, harga pakan kelas A sekitar Rp280.000 per sak dengan harga ikan Rp26.000 per kilogram. Kini harga pakan tersebut naik menjadi Rp370.000 per sak, dengan harga jual Rp26.000 per kilogram," katanya.
Selain itu, Wahyu menambahkan, risiko usaha budi daya ikan di musim kemarau sangat besar. Selain itu, perubahan cuaca yang cenderung ekstrim juga berdampak kepada kelangsungan budi daya ikan."Sekarang panas gini, tiba-tiba hujan. Otomatis berdampak ke ikan. Banyak yang mati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Prabowo Bakal Susun Kursi Menteri hingga 40, Gerindra Membantah
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Perhatikan! Ini Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Selama Libur Kenaikan Yesus Kristus 9-12 Mei 2024
- Libur Kenaikan Yesus Kristus, Ini Jadwal KA Prameks Jogja Kutoarjo, Kamis 9 Mei 2024
- BMKG Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 9 Mei 2024, Cerah Berawan
- Jelang Iduladha, DKPP DIY Pantau Kesehatan Hewan
- Top 7 News Harianjogja.com Kamis 9 Mei 2024: Masalah Sampah, Keracunan Massal, hingga Indonesia Vs Guinea
Advertisement
Advertisement