Advertisement

Mufdlilah, Guru Besar Perempuan Pertama Ilmu Kebidanan di Indonesia

Media Digital
Jum'at, 10 November 2023 - 06:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Mufdlilah, Guru Besar Perempuan Pertama Ilmu Kebidanan di Indonesia Profesor Dr. Mufdlilah S.SiT, M.Sc, (dua dari kiri) saat menerima SK Guru Besar dari LL Dikti Wilayah V, Jumat (6/10 - 2023). Ist

Advertisement

JOGJA—Ilmu kebidanan dianggap sebagai bidang teknis untuk membantu persalinan seorang ibu, sehingga keilmuannya tidak perlu diperdalam. Anggapan ini dipatahkan oleh Profesor Dr. Mufdlilah S.SiT, M.Sc, dosen Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta yang berhasil menjadi guru besar pertama di bidang kebidanan di Indonesia.

Dalam tradisi persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagai sayap perempuan, kemunculan profesor perempuan bukan hal baru. Sebut saja Profesor Baroroh Baried yang menjadi guru besar perempuan pertama di Indonesia. Ia merupakan Guru Besar di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 27 Oktober 1964, saat berusia 39 tahun.

Advertisement

Profesor Baroroh Baried tercatat menjadi Ketua Umum PP Aisyiyah selama periode 1965-1985. Di tengah kesibukannya mengasuh salah satu organisasi perempuan terbesar di Indonesia itu, ia terus mengukir prestasi akademik di bidangnya.

BACA JUGA: Humas UNISA Yogyakarta Meraih Penghargaan Silver Winner Insan PR Indonesia 2023

Api semangat Profesor Baroroh Baried ini diteruskan oleh Profesor Mufdlilah. Perempuan kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 15 Desember 1963 ini dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Kebidanan lewat Surat Keputusan (SK) Guru Besar yang diserahkan langsung oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah V, Jumat (6/10/2023).

Profesor Mufdlilah saat ini memegang amanah sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Al-Islam Kemuhammadiyahan dan Keaisyiyahan Unisa Yogyakarta. Ia juga menjadi penanggungjawab Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Unisa Yogyakarta.

Latar Belakang Lingkungan

Mufdlilah dibesarkan di lingkungan keluarga petani dan pedagang. Setelah lulus pendidikan dasar, Mufdlilah kecil dikirim ke Jogja untuk menjalani dua sekolah sekaligus, yakni pagi harinya di Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta, dan sore hari menempuh pendidikan di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta.

“Orang tua saya mendidik anak-anaknya kesederhanaan, namun bisa memberi kebermanfaatan. Juga bagaimana menjadi orang yang pandai tapi tidak sombong. Menjadi orang yang sederhana, bisa bermakna. Pintar tapi tidak riya atau memamerkan sesuatu,” ujarnya, belum lama ini.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan sesuai cita-citanya, yakni menjadi bidan. Mufdlilah mengawalinya dengan Sekolah Perawat dan Bidan di SPBA PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang sekarang menjadi Unisa Yogyakarta.

Setelah menjadi bidan, Mufdlilah diminta mengabdi menjadi bidan di Pusat Layanan Kesehatan Siti Khodijah Kudus, Jawa Tengah, selama enam tahun. Selama tinggal di Kudus, Mufdlilah dikaruniai dua anak. Dia kemudian kembali ke Jogja dan bekerja di almamaternya yang waktu itu bernama SPK Aisyiyah.

Sembari mengajar, Mufdlilah melanjutkan studinya dengan beberapa kali mengikuti program penyesuaian, di antaranya Diploma III Keperawatan dan Diploma III Kebidanan di Surabaya, serta Diploma IV di Kebidanan Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran UGM yang ditempuhnya bersamaan dengan S1 di Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Tak berhenti di situ, Mufdlilah terus mendorong kompetensi akademiknya dengan melanjutkan S2 Prodi Ilmu Kedokteran Klinik (IKK) Minat Maternal Neonatal UGM. Terakhir, Mufdlilah menempuh S3 Prodi Penyuluhan Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Jabatannya sebagai Wakil Ketua 1 Stikes Aisyiyah Yogyakarta pun dilepas demi studinya tersebut.

Menyelesaikan studi S3 bukan hal yang mudah. Dengan perjalanan Jogja-Solo yang harus ditempuh menggunakan kereta api setiap menghadiri kelas, Mufdlilah menjalaninya dengan semangat yang tak pernah surut. “Dengan kereta, pukul 04.30 WIB saya harus sudah bangun. Kereta Jogja-Solo itu dulu harus berebut naik. Ini perjuangan yang saya lakukan,” katanya.

Terkait dengan bidang studi kebidanan, ia melihat selama ini banyak label yang menyatakan kebidanan tidak bisa dilanjutkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Padahal, dalam konteks pendidikan berkelanjutan, kebidanan sangat memungkinkan untuk diperdalam. Dalam studinya, ia mengaku mendapat inspirasi dari Profesor Ali Ghufron untuk fokus pada satu kajian. Maka, Mufdlilah mendalami satu kajian spesifi k yakni tentang tumbuh kembang anak, lebih spesifi knya pada ASI eksklusif.

“Saat itu, dokumen tentang ASI eksklusif tidak ada. Saya mencoba penelitian baru. Ada pengembangan dokumen-dokumen, data tentang ASI eksklusif yang dilakukan oleh kader posyandu. Ini kan tanggung jawabnya lingkup bidan,” kata dia.

Pada 2020, stunting menjadi isu yang menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Untuk mengantisipasi stunting, 1.000 hari pertama kehidupan anak menjadi penting untuk dicermati. “Saya sudah berpikir, 8.000 hari kelahiran, sudah harus menjadi perhatian. Karena keberhasilan ASI eksklusif, kita tidak bisa langsung ketika ibu melahirkan atau hamil, tapi dari remaja harus disadarkan,” katanya.

Dukungan Unisa

Perjalanan karier dan akademik Mufdlilah tidak lepas dari dukungan Unisa Yogyakarta. “Dukungan materiel sesuai dengan kemampuan Unisa, memberi penghargaan pada karya tulisan, rekomendasi saya memperoleh hibah. Kalau tidak ada dukungan Unisa, tidak bisa,” kata dia.

Maka ia pun ingin membalas budi dengan menghidupkan proses akademik dan turut membesarkan nama Unisa Yogyakarta. Ia berharap Unisa Yogyakarta bisa menjadi kampus yang unggul dan diperhitungkan oleh masyarakat. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Prabowo Bakal Susun Kursi Menteri hingga 40, Gerindra Membantah

News
| Kamis, 09 Mei 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Makan Murah di Jogja Versi Mahasiswa, Cek Tempatnya

Wisata
| Kamis, 09 Mei 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement