Peran Hidroinformatika Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Banjir Bandang
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Keberadaan Hidroinformatika menjadi aspek yang tidak bisa ditinggalkan dalam upaya pengurangan risiko banjir bandang di Indonesia.
Guru besar bidang IlmuTeknik Sipil Prof. Adam Pamudji Rahardjo mengatakan banjir bandang menjadi salah satu bencana hidrometerologi yang sering terjadi di Indonesia. Titik kejadian banjir bandang hampir merata terjadi di semua pulau besar di Indonesia.
Advertisement
Faktor penyebabnya pun beragam. Mulai dari hujan dengan intensitas tinggi, siklon tropis, maupun keruntuhan dam. Padahal, banjir bandang memiliki daya rusak yang tinggi karena meluncur secara cepat dan mendadak.
"Untuk mengurangi risiko kerugian oleh kerusakan pada fasilitas publik, bangunan milik individu, serta kehilangan nyawa ada beberapa upaya mitigasi yang bisa dilakukan yakni bersifat fisik dan nonfisik," terang Adam dalam pidato yang berjudul Peran Hidroinformatika Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi saat dikukuhkan sebagai jabatan guru besar bidang IlmuTeknik Sipil Hidroinformatika pada Fakultas Teknik UGM, Selasa (14/11/2023) di Balai Senat UGM.
Baca Juga: Korban Meninggal Banjir Bandang di India Naik Menjadi 74 Orang & 101 Orang Hilang
Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM tersebut menjelaskan upaya fisik mengurangi risiko sampah banjir bandang dapat dilakukan dengan membangun sejumlah fasilitas. Tujuannya untuk mengurangi kecepatan aliran banjir bandang dan menahan material sedimen yang merusak dari aliran banjir atau membelokkan aliran banjir bandang.
"Dengan langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi kerugian atau melindungi fasilitas yang terserang banjir seperti dengan pelindung tebing, pelindung pilar atau abutmen jembatan," lanjutnya.
Untuk aspek nonfisik, upaya dapat dilakukan dengan adaptasi terhadap fenomena banjir bandang yang dihadapi. Adaptasi ini tidak lantas mengubah banjir namun dengan mengupayakan pemanfaatan lahan yang adaftif terhadap adanya banjir bandang dan kesiapsiagaan untuk menghindar jika banjir datang.
"Beberapa di antaranya adalah adaptasi tata ruang, pembuatan jalur evakuasi maupun tempat evakuasi dan pembangunan sistem peringatan dini banjir bandang," kata dia.
Lebih lanjut Adam menuturkan jika hidroinformatika dapat berperan dalam upaya mitigasi fisik. Pada perancangan bangunan air untuk mengurangi risiko bencana akibat banjir bandang atau banjir lahar seperti penurunan kemiringan dengan deretan dam, diperlukan data spasial-temporal hujan dan banjir. Data ini penting untuk menentukan ukuran-ukuran bangunan serta spesifikasinya sesuai standar perancangan yang berlaku. Selain itu keberadaan dan kualitas data serta analisis simulasi banjir akan meningkatkan keandalan dari suatu perencanaan prasarana fisik keairan.
Baca Juga: Hujan Lebat 2 Hari Picu Banjir Bandang, Objek Wisata di Bantul Ini Tutup Sementara
Sementara pada upaya mitigasi nonfisik bencana banjir bandang, hidroinformatika dapat berperan melalui kebijakan mitigasi bencana banjir bandang, tata-ruang, sosialisasi ancaman bencana, pelatihan kesiapsiagaan menghadapi banjir bandang, simulasi evakuasi, dan sistem peringatan dini banjir bandang.
Di akhir pidatonya Adam memberikan sejumlah rekomendasi dalam peningkatan peran hidroinformatika dalam pengurangan risiko bencana banjir bandang. Salah satunya yakni adanya kebijakan yang mendukung upaya monitoring parameter hidrometeorologi.
Dalam jangka pendek dan menengah, investasi pengadaan, operasi dan perawatan peralatan monitoring diserahkan kepada badan yang berwenang di tingkat daerah dan menjaga keberlangsungan fungsinya.
“Pengembangan keilmuan dan teknologi berbasis data yang mendukung pengurangan risiko bencana banjir bandang perlu didorong,”imbuhnya.
Baca Juga: Banjir Bandang Kembali Terjang Perumahan Dinar Indah dan Rowosari Semarang
Di sisi lain dalam jangka panjangnya, pemerintah pusat dapat memfasilitasi pemantauan kondisi hidrometeorologi dengan teknologi radar hujan jangkauan pendek yang lebih akurat (X-Band) di seluruh pelosok daerah rentan. Hal tersebut perlu diikuti dengan sistem peringatan dini termasuk peningkatan kapasitas masyarakat.
"Sistem informasi pemantauan kondisi bangunan air peredam banjir seperti dam pengendali banjir, dam pengendali sedimen, dam konsolidasi, dinding penahan tebing sungai, abutmen dan pilar jembatan juga harus diadakan, dioperasikan dan dijaga keberlangsungan fungsinya," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Rem Blong, Truk Tronton Sejumlah Kendaraan di Slipi, Satu Orang Meninggal Dunia
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dalam Sehari 3.000 APK Dicopot di Gunungkidul
- Urai Kemacetan Saat Liburan Natal dan Tahun Baru, Dishub DIY Siapkan Strategi Khusus
- Logistik Pilkada Bantul Mulai Didistribusikan ke Ribuan TPS
- Warga Sleman yang Mencoblos dengan KTP-el Akan Dilayani Mulai Pukul 12.00 WIB
- Sidang Pelanggaran Perda Rokok Kulonprogo, 16 Perokok dan 2 Penjual Didenda Ratusan Ribu
Advertisement
Advertisement