Pertanyaan Gibran Tentang Greenflation di Debat Cawapres Dikritik, TKN Anggap Bukan Recewh Tapi Berbobot
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pertanyaan calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka kepada Mahfud MD soal Greenflation atau Green Inflation dalam debat Cawapres kemarin malam banyak dikritik publik. TKN Prabowo-Gibran menilai pertanyaan itu bukan pertanyaan receh dan mengada-ada seperti tanggapan yang disampaikan oleh Calon Wakil Presiden nomor 3 Mahfud MD.
Wakil Komandan Golf TKN Prabowo-Gibran Supriyanto mengatakan, pertanyaan itu lumrah adanya dan sejatinya sesuai dengan tema dalam debat. Greenflation merupakan istilah yang lekat dalam pembahasan kebijakan pemerintah yang secara hukum menjadi kebijakan negara terkait pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dan ekonomi hijau (green economy) yang ramah lingkungan.
Advertisement
Greenflation merupakan singkatan dari dua kata yakni green (hijau) dan inflation (inflasi). Berdasarkan Blog Kamus Cambridge, greenflation diartikan sebagai "kenaikan harga akibat peralihan ke ekonomi hijau". Isu greenflation menjadi persoalan serius bagi Indonesia dalam masa transisi dari energi fosil ke energi terbarukan. Karena itu perlu regulasi pemerintah untuk mengantisipasi kebijakan transisi ekonomi hijau ramah lingkungan agar tidak menimbulkan green inflation pada kenaikan harga dan gejolak sosial.
"Kenaikan harga terjadi lantaran perusahaan mengeluarkan anggaran lebih untuk melakukan transisi energi mengingat biaya penggunaan energi hijau dianggap masih lebih mahal dibandingkan fosil," katanya, Senin (22/1/2024).
BACA JUGA: Ditanya soal Greenflation oleh Gibran, Mahfud: Tak Perlu Dijawab, Pertanyaan Receh
BACA JUGA: Debat Cawapres, Gibran Tegaskan Akan Tingkatkan Dana Desa
Menurut Supriyanto, hal tersebut dapat dilihat pada sektor kelistrikan nasional, mengenai tuntutan pengurangan emisi karbon pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Sesuai tuntutan global yang ingin mengurangi emisi karbon maka PLN wajib melakukan cofiring dari energi fosil (batubara) ke energi biomassa (wood chip, wood pellet dan cangkang sawit) secara bertahap dari mulai 5% sekarang naik 20% hingga mencapai 100% sepenuhnya tanpa energi fosil Net Zero Emissions.
"Masalahnya harga biomassa lebih tinggi dari harga batubara dan produksinya belum sebanyak batubara, sehingga secara bisnis bagi PLN biaya produksinya lebih tinggi. Maka dibutuhkan regulasi pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekonomi agar PLN tidak merugi tetapi harga listrik tidak membebani pelaku usaha dan rakyat," jelasnya.
Dengan begitu tidak terjadi gejolak demonstrasi dan pemogokan nasional seperti kasus demonstrasi rompi kuning di Perancis seperti yang disinggung oleh Gibran dalam debat semalam yang kasusnya bermula dari Presiden Prancis menerapkan kebijakan pengurangan emisi karbon yang menekan sektor transportasi dengan pajak tinggi, sehingga pelaku usaha transportasi dan sopir truk protes demonstrasi mogok berhari-hari secara massal.
"Maka pertanyaan Gibran mengenai greenflation sangat penting untuk dijawab karena publik ingin mengetahui solusi mengatasi dan mengantisipasi gejolak di dalam negeri akibat kenaikan biaya-biaya produksi sektor energi ramah lingkungan. Kalau kita objektif apa yang dipertanyakan oleh Gibran kepada Mahfud MD itu sangat relevan dengan tema debat dan bukan masalah receh mengada-ada tapi masalah yang sangat faktual dan substansial," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Natal dan Tahun Baru, Potensi Pergerakan Orang Diprediksi Mencapai 110,67 Juta Jiwa
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
- KPU Sleman Memprediksi Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS Rampung Maksimal Jam 5 Sore
- Indeks Masih Jomplang, Penguatan Literasi Keuangan Sasar Mahasiswa UGM
- Undangan Memilih Pilkada Gunungkidul Didistribusikan ke 612.421 Warga
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
Advertisement
Advertisement