Advertisement
Antraks Kayoman Bukan dari Gunungkidul, Pemkab: Kambing dari Sleman Sudah Lebih Dulu Positif

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) menegaskan bahwa kambing yang dibawa dan dikuliti dari Sleman ke Gunungkidul positif antraks. Dengan begitu, kasus antraks di Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Gedangsari tidak murni berasal dari Gunungkidul.
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan bahwa kasus antraks yang terjadi di Padukuhan Kayoman berasal dari Sleman.
Advertisement
Dia menjelaskan bahwa kambing dalam kondisi telah disembelih yang dibawa S dari Sleman ke Gunungkidul pada 24 Februari 2024 terlebih dahulu positif antraks. Kambing tersebut sempat dikuliti di Padukuhan Kayoman dan dimakan oleh beberapa orang. “Kambing yang dibawa S dari Sleman ke Gunungkidul positif antraks,” kata Wibawanti dihubungi, Minggu (17/3/2024).
Pada Kamis 7 Maret 2024, DPKH Gunungkidul menerima laporan adanya satu warga Gunungkidul, tepatnya Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Gedangsari berinisial S suspek antraks dan dirawat di RSUD Prambanan. DPKH lantas melakukan pelacakan dan surveillans bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.
Hasil sampel darah sapi dan sampel dari dua kambing yang mati mendadak kemudian dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Kulonprogo. Pada 10 Maret 2024, hasil tes darah dari BBVet menyatakan bahwa sapi milik S positif antraks. Beberapa hari setelahnya, hasil penyelidikan untuk dua kambing yang juga mati mendadak milik S positif antraks.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan ada 53 warga Gunungkidul yang terpapar hewan ternak positif antraks. Dari jumlah itu ada 19 warga bergejala. Dari 19 warga itu sebanyak 17 orang di antaranya telah diambil sampel darah dan hasilnya ada satu orang mengalami kelainan kulit dan 16 sisanya mengalami gejala diare dan demam.
Dengan begitu kelainan kulit menyasar tiga warga yaitu S dan istrinya lalu satu warga lain dari Padukuhan Kayoman. Menurut Dewi, kelainan kulit itu khas antraks.
BACA JUGA: Siapkan Perda Baru Atasi Antraks, Pemkab Gunungkidul Bakal Sanksi Pengonsumsi Daging Bangkai
Lurah Serut, Sugiyanta juga telah menjelaskan luka kulit khas antraks berbentuk bulat dan di bagian tengahnya seperti berlubang tetapi kering. Pinggirannya memiliki warna merah seperti terkena cacar. Penanganan telah dilakukan sejak 7 Maret 2024.
Sugiyanta mengaku selain dari sisi kesehatan, penanganan antraks juga dilakukan dari sisi edukasi menggunakan kelompok informasi masyarakat (KIM) yang dibentuk Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo). “KIM itu kan program baru . Memang sudah ada tetapi belum maksimal,” kata Sugiyanta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

3 Jenazah Korban Longsor Kembali Ditemukan Delapan Lainnya Masih Dicari, Berikut Daftar Pencarian Korban
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Januari-Mei 2025 Ada 22 Kejadian Kebakaran di Kota Jogja, Paling Banyak Karena Korsleting Listrik
- Tujuh Sekolah di Bantul Dipasangi Marka Zona Selamat Sekolah
- Nilai Produksi Ikan di Sleman Caturwulan I 2025 Menyentuh Rp603 Miliar
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini Sabtu 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Palur hingga Stasiun Tugu Jogja
- Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini Sabtu 31 Mei 2025, Berangkat dari Stasiun Lempuyangan hingga Purwosari
Advertisement