Advertisement

Dinilai Terlalu Sempit, Warga Teletubies Tambah Bangunan Baru

David Kurniawan
Rabu, 27 Maret 2024 - 13:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Dinilai Terlalu Sempit, Warga Teletubies Tambah Bangunan Baru Rumah milik Ketua RT02 di Padukukan Nglepen, Sumberharjo, Prambanan, Paijo yang terdiri dari rumah dome dan bangunan rumah biasa. Rabu (26/3/2024). Harian Jogja - David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Warga di Perkampungan Teletubies di Padukuhan Nglepen, Sumberharjo, Sleman mulai menambah bangunan baru di sekitar rumah dome yang jadi tempat relokasi pascagempa 2006 lalu. Penambahan dilakukan karena bangunan yang ada dinilai terlalu sempit.

Ketua RT 02, Padukuhan Nglepen, Paijo mengatakan, Kampung Teletubies dibangun sebagai tempat relokasi akibat dampak gempa 2006. Pada awalnya, puluhan warga tinggal di area perbukitan, tetapi saat terjadi gempat tidak hanya merusak rumah, tapi juga mengakibatkan rekahan tanah sepanjang 500 meter dengan lebar sekitar 10 meter sehingga sangat rawan untuk ditinggali.

Advertisement

“Mirip sungai rekahannya tapi tidak ada airnya. Kalau sekarang rekahan sudah menutup karena tertimbun material tanah,” kata Paijo kepada Harianjogja.com, Kamis (27/3/2024).

Tempat relokasi yang digunakan saat ini dikenal dengan Kampung Teletubies dengan luas sekitar dua hektare. Untuk konstruksi dibangun rumah dome yang dinilai tahan gempa.

Total ada 71 rumah dome yang dibangun di tempat relokasi. Selain itu, juga ada tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya juga berbentuk dome.

Pada awalnya, sambung Paijo, selain bentuk bangunan rumah yang seragam, warna cat juga sama, yakni bercat putih. Kendati demikian, seiring dengan perkembangan zaman, warna cat berubah sesuai dengan keinginan masing-masing penghuni.

“Sekarang jadi warna warni dan tidak seragam seperti di 2007 [pascagempa] yang kesemuanya putih,” ungkapnya.

Baca Juga

Dikabarkan Lockdown, Rumah Dome Teletubies Aman Dikunjungi Wisatawan

Sebentar Lagi Jadi Bupati Sleman, Kustini: Berbah adalah Mutiara yang Menunggu Dipoles

Ini Wisata Ladang Jagung yang Viral di Gunungkidul, Mirip Bukit Teletubbies

Perubahan tidak hanya pada warna cat. Pasalnya, sejak 2010 lalu, warga juga mulai menambah bangunan baru yang tersambung dengan rumah dome.

Paijo berdalih penambahan bangunan dikarenakan rumah dome dinilai terlalu sempit karena hanya berdiameter 7 meter. Bangunan ini hanya cukup untuk dua kamar, ruang tamu dan dapur.

Penambahan dilakukan karena jumlah penghuninya ikut bertambah. Di sisi lain, juga sering ada perkumpulan warga sehingga rumah dome tidak cukup menampung pada saat kegiatan berlangsung.

“Saya sudah menambah bangunan baru sejak lima tahun lalu. Kalau tetap bertahan dengan romah dome, maka terlalu sempit. Mumpung ada lahan tersisa, maka dimanfaatkan perluasan dengan model layaknya rumah umumnya [bangunan baru tidak bermodel dome],” katanya.

Paijo mengakui di RT02, total ada 35 pemilik rumah dome. Mayoritas sudah menambah dengan bangunan baru sebanyak 28 pemilik.

“Masih ada tujuh yang tetap bertahan dengan model rumah dome, tapi rata-rata sudah tidak ditempati,” katanya.

Salah seorang warga, Dewi mengakui rumah dome dinilai terlalu sempit. Pasalnya, bangunan tersebut hanya cocok untuk keluarga kecil, tapi kalau jumlah anaknya banyak maka dianggap kurang pas.

“Makanya kami pelakukan perluasan dengan mendirikan bangunan baru di sampin rumah dome,” katanya.

Menurut dia, bangunan baru tetap terhubung sehingga bisa ditinggali semuanya. “Rumah dome tetap dipakai,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement