Advertisement
Dinilai Terlalu Sempit, Warga Teletubies Tambah Bangunan Baru

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Warga di Perkampungan Teletubies di Padukuhan Nglepen, Sumberharjo, Sleman mulai menambah bangunan baru di sekitar rumah dome yang jadi tempat relokasi pascagempa 2006 lalu. Penambahan dilakukan karena bangunan yang ada dinilai terlalu sempit.
Ketua RT 02, Padukuhan Nglepen, Paijo mengatakan, Kampung Teletubies dibangun sebagai tempat relokasi akibat dampak gempa 2006. Pada awalnya, puluhan warga tinggal di area perbukitan, tetapi saat terjadi gempat tidak hanya merusak rumah, tapi juga mengakibatkan rekahan tanah sepanjang 500 meter dengan lebar sekitar 10 meter sehingga sangat rawan untuk ditinggali.
Advertisement
“Mirip sungai rekahannya tapi tidak ada airnya. Kalau sekarang rekahan sudah menutup karena tertimbun material tanah,” kata Paijo kepada Harianjogja.com, Kamis (27/3/2024).
Tempat relokasi yang digunakan saat ini dikenal dengan Kampung Teletubies dengan luas sekitar dua hektare. Untuk konstruksi dibangun rumah dome yang dinilai tahan gempa.
Total ada 71 rumah dome yang dibangun di tempat relokasi. Selain itu, juga ada tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya juga berbentuk dome.
Pada awalnya, sambung Paijo, selain bentuk bangunan rumah yang seragam, warna cat juga sama, yakni bercat putih. Kendati demikian, seiring dengan perkembangan zaman, warna cat berubah sesuai dengan keinginan masing-masing penghuni.
“Sekarang jadi warna warni dan tidak seragam seperti di 2007 [pascagempa] yang kesemuanya putih,” ungkapnya.
Baca Juga
Dikabarkan Lockdown, Rumah Dome Teletubies Aman Dikunjungi Wisatawan
Sebentar Lagi Jadi Bupati Sleman, Kustini: Berbah adalah Mutiara yang Menunggu Dipoles
Ini Wisata Ladang Jagung yang Viral di Gunungkidul, Mirip Bukit Teletubbies
Perubahan tidak hanya pada warna cat. Pasalnya, sejak 2010 lalu, warga juga mulai menambah bangunan baru yang tersambung dengan rumah dome.
Paijo berdalih penambahan bangunan dikarenakan rumah dome dinilai terlalu sempit karena hanya berdiameter 7 meter. Bangunan ini hanya cukup untuk dua kamar, ruang tamu dan dapur.
Penambahan dilakukan karena jumlah penghuninya ikut bertambah. Di sisi lain, juga sering ada perkumpulan warga sehingga rumah dome tidak cukup menampung pada saat kegiatan berlangsung.
“Saya sudah menambah bangunan baru sejak lima tahun lalu. Kalau tetap bertahan dengan romah dome, maka terlalu sempit. Mumpung ada lahan tersisa, maka dimanfaatkan perluasan dengan model layaknya rumah umumnya [bangunan baru tidak bermodel dome],” katanya.
Paijo mengakui di RT02, total ada 35 pemilik rumah dome. Mayoritas sudah menambah dengan bangunan baru sebanyak 28 pemilik.
“Masih ada tujuh yang tetap bertahan dengan model rumah dome, tapi rata-rata sudah tidak ditempati,” katanya.
Salah seorang warga, Dewi mengakui rumah dome dinilai terlalu sempit. Pasalnya, bangunan tersebut hanya cocok untuk keluarga kecil, tapi kalau jumlah anaknya banyak maka dianggap kurang pas.
“Makanya kami pelakukan perluasan dengan mendirikan bangunan baru di sampin rumah dome,” katanya.
Menurut dia, bangunan baru tetap terhubung sehingga bisa ditinggali semuanya. “Rumah dome tetap dipakai,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gubernur Jawa Timur Khofifah Diperiksa KPK Soal APBD untuk Dana Hibah
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Festival Karawitan Anak Jadi Upaya Pemkab Bantul Melestarikan Budaya Jawa
- Program Taman Budaya Yogyakarta, Ribuan Anak Daftar Art for Children
- Curi Dua Sepeda Motor, Pria Asal Mergangsan Jogja Diringkus Polisi
- Pembebasan Lahan Tol Solo-Jogja-YIA di Sleman Capai 37,11 Persen
- Pedagang di Sekitar Jembatan Pandansimo Menjamur, Ketua DPRD Kulonprogo: Perlu Ada Penataan
Advertisement
Advertisement