Baru Satu TPS3R yang Beroperasi, Sampah di Jogja Sementara Ditahan di Depo
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—TPA Piyungan ditutup setelah 30 April 2024, sedangkan TPS3R di Kota Jogja yang sudah beroperasi baru satu unit dengan kapasitas yang sangat terbatas. Akibatnya, sampah pun akan ditahan di depo-depo sampai skema pengelolaan sampah berikutnya bisa berjalan.
Subkoordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Mareta Hexa Sevana menjelaskan dari tiga TPS3R yang dibangun Pemkot Jogja, saat ini yang sudah beroperasi baru TPS3R Nitikan dengan kapasitas 60-70 ton per hari atau sekitar 30% dari total sampah yang biasanya dibuang harian ke TPA Piyungan.
Advertisement
“Progress pengembangan TPS3R/TPST Nitikan sudah mulai per April 2024 ini, metode pengolahan sampah menggunakan metode pengolahan sampah menjadi bahan baku RDF [refused derived fuel],” katanya, Senin (29/4/2024).
Karena kapasitas yang masih sangat terbatas, maka sisa sampah yang tidak terangkut akan ditahan di depo. “Selama proses penyiapan peningkatan kapasitas di tingkat hilir, sisa sampah yang belum terkelola sementara akan ditahan di depo-depo sampah,” katanya.
Adapun, dua TPS3R lainnya yakni Karangmiri dan Kranon. Progres pembangunan TPS3R Kranon sampai saat ini sudah sampai pembangunan hanggar dan pemasangan alat modul RDF. Progress pembangunan ini baru sekitar 35%, dengan target mulai beroperasi akhir Mei 2024.
Untuk TPS3R Karangmiri, saat ini masih dalam tahap pembangunan hangar dan penataan akses jalan menuju TPS3R Karangmiri. “TPS3R Karangmiri saat ini progresnya sekitar 31.60 persen dan akan beroperasi sekitar pertengahan Juni 2024,” ungkapnya.
Kalaupun sudah beroperasi semuanya, ketiga TPS3R ini juga tidak bisa mengakomodir seluruh produksi sampah Kota Jogja karena keterbatasan lahan dan kapasitas mesin. Maka Pemkot Jogja akan menggunakan skema dengan pihak swasta.
“Apabila masih ada sisa sampah yang belum bisa dikelola TPS3R, maka akan dikirim ke pihak pengolah sampah swasta yang mampu melakukan pemusnahan terhadap sampah-sampah tersebut dengan pola tipping fee atau belanja jasa pengolahan sampah,” paparnya.
Namun, skema ini pun masih perlu proses dan tidak bisa mengangkut banyak sampah. “Pihak swasta baru ada satu yang bisa menerima sampah kita, masih di kisaran 3 ton per hari. Sementara masih menunggu mereka menyiapkan fasilitas pengolahannya juga bertahap,” kata dia.
Di luar itu, upaya pengelolaan sampah juga dilakukan dari hulu, dengan pengurangan 40% sampah dari sumbernya dengan Gerakan Zero Sampah Anorganik (GZSA) dan Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah Organik dengan Biopori ala Jogja (Mbahdirjo).
“Pengelolaan Sampah di hilir dengan pengolahan sampah di TPS3R dan skema kemitraan dengan mitra pengolah sampah. Pengelolaan Sampah di TPS3R direncanakan mengakomodir sekitar 50 persen sampah, sisanya akan menggunakan skema kemitraan yang direncanakan sekitar 10 persen dari total sampah Kota Jogja,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gunung Ibu di Halmahera Erupsi, Keluarkan Api Setinggi 350 Meter
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Korban Apartemen Malioboro City Syukuri Penyerahan Unit, Minta Kasus Tuntas
- Tak Gelar Kampanye Akbar Pilkada Sleman, Tim Paslon Harda-Danang Bikin Kegiatan Bermanfaat di 17 Kapanewon
- Kembali Aktif Setelah Cuti Kampanye, Ini Pesan KPU Kepada Bupati Halim dan Wabup Joko Purnomo
- Semarak, Ratusan Atlet E-Sport Sleman Bertarung di Final Round E-Sport Competition Harda-Danang
- Tahun Ini Hanya Digelar Sekali, STTKD Mewisuda 691 Lulusan
Advertisement
Advertisement