Advertisement

5 Bulan Terjadi 130 Lebih Kasus DBD di Bantul, 2 Kapanewon Ini Paling Parah

Jumali
Senin, 06 Mei 2024 - 20:37 WIB
Arief Junianto
5 Bulan Terjadi 130 Lebih Kasus DBD di Bantul, 2 Kapanewon Ini Paling Parah Nyamuk Aedes Aegypti / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul meminta kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengoptimalkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mengantisipasi persebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya.

Pasalnya, berdasarkan data yang ada, sampai awal Mei 2024 sudah ada 130-an kasus DBD. Jumlah itu, hampir sama dengan jumlah kasus DBD selama 2023 yang mencapai 130 kasus.

Advertisement

Kepala Dinkes Bantul, Agus Tri Widiantoro mengatakan dari 17 kapanewon di Bumi Projotamansari, ada dua kapanewon yang memiliki kasus tinggi hingga awal Mei.

Kedua kapanewon tersebut adalah Pleret dengan 36 kasus dan Imogiri dengan 27 kasus. Adapun untuk kasus DBD yang berdampak kepada kematian, sejauh ini Dinkes belum menemukan hal itu di wilayahnya.

Dia menilai salah satu faktor tingginya kasus DBD adalah kepadatan penduduk di wilayah tersebut dan juga ada kemungkinan adanya tempat perindukan nyamuk di wilayah tersebut.

"Untuk itu, kami akan melakukan penyelidikan epidemiologi. Setelah itu nanti akan kami lakukan tindakan. Bisa nanti dengan melakukan fogging," kata Agus.

Sempat Naik

Sementara Direktur RSUD Panembahan Senopati Atthobari mengungkapkan, sempat ada peningkatan jumlah pasien DBD yang dirawat di tempatnya. Di mana pada Januari 2024 ada 3 kasus, Februari 3 kasus dan Maret 20 kasus.

"Kemudian pada April ada penurunan menjadi 15 kasus. Sedangkan awal Mei ini ada 1 kasus. Semua sudah menjalani perawatan dan tidak ada yang meninggal dunia," kata Atthobari.

BACA JUGA: Lonjakan Kasus DBD, Dinas Kesehatan DIY Belum Adakan Rapid Test

Atthobari mengungkapkan, peningkatan kasus yang sempat terjadi pada Maret dan April disebabkan adanya peningkatan curah hujan. Hal ini berdampak pada peningkatan nyamuk yang daur hidupnya di air dan genangan. "Jadi ini punya pengaruh. Untuk pasien DBD, kami pastikan pengobatannya ditanggung oleh BPJS," ucap Atthobari.

Meski ada penurunan kasus, Atthobari mengaku pihaknya tetap melakukan antisipasi jika nantinya adanya ledakan kasus pada bulan-bulan mendatang. Selain menyiapkan stok obat yang cukup, RSUD Panembahan Senopati juga telah menyiapkan sejumlah bed tambahan untuk mengantisipasi ledakan kasus.

"Kepada masyarakat kami terus imbau untuk memutus perkembangan nyamuk dengan mengoptimalkan PSN, paling tidak seminggu sekali. Kami minta masyarakat meningkatkan kebersihan dan daya tahan tubuh."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 11:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement