Advertisement

Promo November

Viral Anak Stres karena Ponsel Dijual Orang Tua, Dosen Psikologi Unisa: Jangan Dulu Disebut Depresi

Catur Dwi Janati
Minggu, 19 Mei 2024 - 19:37 WIB
Arief Junianto
Viral Anak Stres karena Ponsel Dijual Orang Tua, Dosen Psikologi Unisa: Jangan Dulu Disebut Depresi Foto ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Video seorang anak kelas VI Sekolah Dasar (SD) di Cirebon yang disebut depresi seusai ponselnya dijual oleh orang tuanya, sempat ramai dibicarakan di media sosial. Diduga, tindakan ini dipicu lantaran sang ibu menjual ponsel sang anak karena desakan ekonomi. 

Terkait dengan hal itu, Dosen Psikologi Unisa Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo turut memberikan pandangannya akan kasus depresi pada anak sekolah dasar tersebut.

Advertisement

Menurut Ratna masih banyak orang tua yang merasa bahwa segala milik anak menjadi hak orang tua, tanpa memperhatikan hak anak dan maupun perasaan anak. Dalam kasus tersebut kondisi ini makin parah ketika sang anak langsung dilabeli depresi tanpa diagnosa pasti dari professional.  

Dari segi definisi, depresi dijelaskan Ratna merupakan gangguan suasana hati yang cenderung bersifat sedih secara berkepanjangan dengan gejala seperti kehilangan minat atau demotivasi dengan kondisi fisik yang tidak mendukung seperti merasa mudah lelah. Depresi punya tingkatannya tersendiri, mulai dari low hingga tinggi. 

"Selain merasakan kesedihan secara berkepanjangan lebih dari dua pekan, gejala lainnya adalah adanya perasaan ingin menarik diri dan kondisi fisik terasa mudah lelah," ungkap Ratna pada Sabtu (18/5/2024).

Dalam kasus yang terjadi di Cirebon, baiknya terlebih dahulu melihat track record dari sang anak. Hak ini untuk menemukan berbagai faktornya yang mungkin bisa mengarah ke depresi. Pasalnya menurut penjelasan Ratna depresi muncul bukan hanya dikarenakan satu faktor melainkan beberapa faktor. 

"Jadi jangan hanya mengandalkan satu keterangan setelah kejadian lantas kita menyimpulkan sesuatu secara tiba-tiba, yang kemudian kita yakini sebagai depresi. Melihat kasus ini, seharusnya dilakukan pendalaman dengan cara menarik mundur untuk mencari track record-nya, karena depresi tidak hanya terjadi pada satu faktor melainkan faktor-faktor lainnya juga," tegasnya. 

Sementara pada kasus tersebut, tidak bisa dikatakan oleh satu faktor lantaran sang ibu menjual ponsel sang anak dari uang yang ditabungnya saja. Menurut Ratna perlu dicari tahu penyebab-penyebab lainnya. "Bukan justru meyudutkan anak dengan anggapan depresi tanpa lebih jauh kita dalami," ujarnya. 

Dari sisi ibu, dalam hal apapun seharusnya akan lebih baik jika kbu mengomunikasikan terlebih dahulu niatan untuk menjual benda milik samg anak. Mengajak berdiskusi adalah bagian dari pengasuhan demokratis. Anak lanjut Ratna juga memiliki hak yang sama dalam berbicara dan menentukan pendapatnya sendiri. 

BACA JUGA: OPINI: Bocah 14 Tahun Dianggap Depresi, Ini Analisis Dosen Psikolog Unisa

Secara umum, Ratna mengungkapkan ada beberapa faktor depresi. Mulai dari faktor genetik, faktor peristiwa dan faktor lingkungan. Keluarga sebagai support system terbesar menjadi bagian penting dari bermulanya depresi jika memang keluarga justru memberikan pengasuhan yang tidak berkualitas.

"Kalau untuk faktor peristiwa biasanya dari rasa traumatis yang tidak menyenangkan pada masa lalu. Terakhir faktor lingkungan yang biasanya dari keluarga sebagai lingkungan terdekat, ketika lingkungan keluarga tidak sehat tentu ini bisa menjadi penyebab salah satu faktor seseorang mengalami depresi," imbuhnya. 

Dalam kasus ini, sang anak yang kini menginjak usia 13 tahun berada dalam fase peralihan dari anak-anak menuju masa remaja. Beberapa teori menjelaskan pada fase ini merupakan fase anak memerlukan dukungan besar karena ini masuk pada fase self center dan support mode on.

"Harusnya dalam fase ini anak bisa mendapatkan lingkungan sosial yang support maka akan sangat semangat dan berenergi untuk mendapatkan sesuatu yang disukai. Namun ketika berada dalam lingkungan yang tidak support maka anak akan merasakan kegagalan atau rendah diri."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya

News
| Jum'at, 22 November 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement