Pakar Sebut Suntik Filler untuk Payudara Tak Umum, Bahan yang Dipakai Mirip Lem Akuarium
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kasus tewasnya seorang perempuan asal Kota Jogja seusai melakukan suntik filler payudara di sebuah salon Sleman menjadi sorotan.
Pakar Kedokteran Estetika Bedah Plastik UGM, Ishandono Dachlan mengungkapkan penggunaan silikon cair memang masih banyak ditemukan di salon-salon kecantikan. Bahan ini paling sering disuntikkan di bagian hidung dan dagu.
Advertisement
Di dua bagian tersebut, dampak buruk penyuntikan cairan silikon biasanya berupa bengkak dan warna kemerahan hingga kebutaan. "Biasanya kalau di situ [hidung dan dagu] enggak terlalu banyak [volume yang disuntikkan], tetapi kasus kebuataan juga ada. Saat disuntik ke hidung, terlalu banyak naik ke dekat mata, mungkin mengenai pembuluh darah ke arah mata, kita kurang tahu, tetapi itu bisa menyebabkan kebutaan," kata Ishandono, Kamis (30/5/2024).
Sementara praktik penyuntikan cairan silikon di bagian payudara dinilainya tidak umum. "Kalau secara medis, itu kan enggak ada, tidak boleh. Tidak ada suntik-suntikan, kalau yang disuntikkan lemaknya ada," imbuhnya.
Silikon yang dimasukkan dalam payudara diungkapkan Ishandono biasanya dikemas dalam bentuk implan, bukan disuntikkan secara langsung. "Kalau payudara itu dia dikemas dalam bentuk implan. Cairannya itu ada pembungkusnya, jadi sama-sama silikon cairan ada pembungkusnya dari silikon juga, tetapi tebalnya kira-kira hampir 1-2 mili," ungkapnya.
Dari segi bahannya, cairan silikon ada yang digunakan untuk kebutuhan medis dan silikon nonmedis. Ishandono pun meyakini bila silikon yang dipakai di salon-salon tersebut bukan silikon medis.
Silikon nonmedis tentu sangat berbahaya bila digunakan pada tubuh. Pasalnya, silikon nonmedis hampir sama materialnya dengan yang dipakai untuk lem kaca akuarium. Biasanya bahan ini dijual sebesar ukuran odol dengan harga Rp200.000.
"Kalau yang medis sedikit saja mahal. Jadi bisa Rp2-3 jutaan, yang medis itu terjamin sterilitasnya, terjamin lebih diterima oleh tubuh, tidak ada reaksi penolakan," ungkapnya.
Ishandono mengungkapkan biaya pasang implan payudara berkisar antara Rp50 juga-70 juta. Yang termahal bahkan sampai Rp100 juta-200 juta. "Kalau kita tidak menggunakan suntik silikon, kalau medis tidak menggunakan suntik silikon," ujarnya.
Penggunaan silikon nonmedis, lanjut Ishandono, bila disuntikkan ke tubuh akan menyebabkan kulit berwarna merah-merah. Sementara silikon medis relatif diterima tubuh saat dimasukkan.
Tubuh tidak menganggap cairan silikon medis sebagai benda asing di tubuh dan tidak bereaksi seperti silikon nonmedis. "Kalau disuntikkan ke kulit itu merah-merah, itu berarti ada reaksi tubuh. Silikon yang betul itu sifatnya itu inert, tubuh tidak menganggap dia benda asing, tubuhnya tidak ada reaksi," lanjutnya.
Ishandono menilai kasus-kasus suntik filler silikon ilegal ini banyak sekali dilakukan di kota-kota besar. Beberapa dokter pun menerima pasien dengan keluhan kesehatan pasca menjalani suntik silikon ilegal.
Kasus dugaan praktik ilegal suntik filler payudara di sebuah salon kecantikan di Tambakbayan, Depok, Sleman berujung maut menimpa perempuan berinisial PK, 27.
BACA JUGA: Perempuan asal Jogja Meninggal Dunia Setelah Suntik Filler
Korban menjalani perawatan di salon tersebut, meninggal dunia saat menjalani suntik filler payudara. Polisi pun lantas menahan SMT, 40, selaku pemilik salon dan EK, 36, yang merupakan karyawan salon.
Kasatreskrim Polresta Sleman, AKP Riski Adrian mengungkapkan bila bahan yang disuntikkan pelaku kepada korban adalah cairan silikon. Cairan itu dimasukkan dengan cara disuntikkan ke payudara korban, bukan dengan cara operasi medis. "Silikon [cairannya], filler itu cara dan proses pemasukannya. Kalau operasi itu kan dia dibuka dan dimasukin, kalau ini disuntik," jelasnya.
Dalam praktiknya ini, pelaku mematok tarif Rp2,5 juta untuk tiap 100 cc silikon yang disuntikkan. Sementara dalam konsultasi antara korban dan pelaku, korban dinilai membutuhkan penyuntikan sebanyak 500 cc cairan silikon. Sehingga dari segi hitungan setidaknya pelaku meraup uang senilai Rp12,5 juta dari praktik ini. "Untuk biaya si pemilik salon menarif dengan harga Rp2,5 juta per 100 cc," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Seniman Keluhkan Mahalnya Sewa Panggung Seni, Fadhli Zon Bilang Begini
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dr. Raden Stevanus: Ingatkan Kembali, Tolak Istilah Nataru
- Lakukan Pemetaan, Bawaslu Sebut Ada Ratusan TPS Rawan selama Pilkada Gunungkidul
- Hadapi Potensi Bencana Hidrometeorologi, Sekolah Diminta Waspada
- Biro PIWP2 Setda DIY Terus Dorong Percepatan Layanan Sanitasi Berkelanjutan
- Hadapi PSBS Biak di Lanjutan Liga 1, Ricky Cawor: Atmosfer Positif sedang Lingkupi PSS
Advertisement
Advertisement