Advertisement

BPBD DIY Mewaspadai Potensi Kebakaran Lahan di Areal Gunung dan Perbukitan

Yosef Leon
Senin, 24 Juni 2024 - 12:57 WIB
Abdul Hamied Razak
BPBD DIY Mewaspadai Potensi Kebakaran Lahan di Areal Gunung dan Perbukitan Warga duduk di tepian ladang dengan latar belakang kebakaran Gunung Merbabu di Jlarem, Gladagsari, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (28/10/2023). - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—BPBD DIY mengimbau masyarakat yang tinggal di areal pegunungan untuk mewaspadai potensi munculnya kebakaran lahan. Musim kemarau yang mulai masuk di wilayah setempat disinyalir rentan menyebabkan fenomena kebakaran lahan terutama di perbukitan dan pegunungan. 

Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad mengakui wilayahnya memang rentan terjadi kebakaran lahan saat musim kemarau. Oleh karenanya ia meminta masyarakat agar tidak membakar sampah di lahan kering terutama di hutan atau di tempat yang mudah terbakar. 

Advertisement

BACA JUGA: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca DIY untuk Kulonprogo, Bantul dan Sleman, Senin 24 Juni 2024

"Semua pihak harusnya ikut membantu terutama dari kesadaran masyarakat ketika membuka lahan itu banyak yang membakar. Harapanya jangan dibakar karena mudah sekali menjalar apalagi kalau misalnya kekeringan itu disertai dengan angin kencang," katanya, Senin (24/6/2024). 

Ia menyebut, Satlinmas dan Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) nantinya akan bergerak memeberikan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak membakar sampah sembarangan. Pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan BMKG yang menyatakan kemarau kering baru akan terjadi di dasarian dua dan tiga di bulan Juli. 

"Kalau Juni masih kemarau basah, artinya kemarau terus tiba-tiba ada hujan ringan," ujarnya. 

Selain itu, personel Dankarmat di tiap kabupaten kota juga sudah diperingatkan untuk senantiasa waspada dengan potensi kebakaran lahan. Setiap wilayah nantinya diminta untuk saling mendukung jika insiden kebakaran terjadi di suatu titik. 

"Artinya tidak terbatas pada lingkup wilayah administrasi, karena kami sudah ada perjanjian dengan kabupaten/kota. Misal ada kejadian di Sleman maka wilayah kota atau Bantul dan Kulonprogo bisa ikut membantu memadamkan," ungkapnya. 

Ditambahkan, pada tahun lalu ada sebanyak 530 kasus kebakaran lahan yang ada di DIY. Sementara kebakaran rumah mencapai angka 35-50 kasus. "Yang paling banyak memang kebakaran hutan tetapi itu skalanya kecil-kecil. Faktor yang dominan penyebabnya karena kelalaian dan membakar sampah ditinggal," pungkasnya. 

Sebelumnya Stasiun Klimatologi DIY mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis belum lama ini yang ditandai dengan berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya.

Kepala Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga tanggal 20 Juni 2024 dan prakiraan peluang curah hujan dua dasarian kedepan, maka terdapat potensi kekeringan meteorologis dengan status siaga. 

"Artinya telah mengalami hari tanpa hujan >31 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20 mm/dasarian dengan peluang terjadi diatas 70% di Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul," jelasnya. 

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan.

"Juga pengurangan ketersediaan air tanah dan peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenperin Terbitkan Platform JIS dan Polimer untuk Percepatan Layanan Industri

News
| Sabtu, 28 September 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Menyusuri Assos, Permata di Aegean Utara Turki

Wisata
| Sabtu, 28 September 2024, 01:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement