Advertisement

Promo November

Perusahaan Asal Klaten Mau Bantu Olah Sampah di Bantul Jadi Bahan Bangunan

Jumali
Sabtu, 17 Agustus 2024 - 09:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Perusahaan Asal Klaten Mau Bantu Olah Sampah di Bantul Jadi Bahan Bangunan Kondisi lokasi pembangunan ITF Bawuran di Padukuhan Sentulrejo, Bawuran, Pleret. - Harian Jogja/ Jumali\\r\\n

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Pemkab Bantul mengklaim mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan asal Klaten, Jawa Tengah yang akan membantu pengelolaan sampah di Bumi Projotamansari. Perusahaan tersebut menawarkan bisa mengolah sampah menjadi bahan bangunan.

Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja mengatakan, sejauh ini tawaran dari perusahaan asal Klaten masih sebatas penjajakan. Meski demikian, Agus menilai alternatif yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut satu pemikiran dengan Pemkab Bantul terkait penanganan dan pemanfaatan sampah.

Advertisement

" Kalau itu memungkinkan dari sisi lingkungan yakni tidak polutif dan sebagainya, maka langkah seperti itu akan kami ambil untuk alternatif dan hasilnya ekonomis," kata Sekda Bantul Agus Budi Raharja, Sabtu (17/8/2024).

BACA JUGA: Dapat Investor, Perumda Aneka Dharma Optimistis Pembangunan ITF Bawuran Rampung Sesuai Target

Hanya saja, Agus enggan membeberkan nama perusahaan asal Klaten tersebut. Mantan kepala dinas kesehatan Bantul tersebut juga mengungkapkan, jika perusahaan itu bahkan menyatakan bahwa bahan baku pembuatan bahan bangunan tersebut tidak harus plastik, akan tetapi residu sampah.

"Nanti outputnya berupa bahan bangunan seperti usuk dan sebagainya. Dan, mereka mau menerima," papar Agus.

Agus mengungkapkan jika dalam waktu dekat Pemkab akan melakukan pengkajian lingkungan agar sampah bisa diolah dan memenuhi kebutuhan dari perusahaan tersebut. Selain itu, pertemuan antara perusahaan asal Klaten tersebut dengan Pemkab Bantul akan digelar. Di sana, akan ada pemaparan terkait rencana pengelolaan sampah, sampai harga jual hasil produk tersebut.

"Yang jelas harapan kami ada nilai jual dan offtaker-nya dia sendiri," lanjut Agus.

Sehingga, Agus berharap, nantinya tidak hanya bisa berproduksi, tapi juga sudah ada jaminan purna produksi.

"Masalah nilai, value, margin, dan sebagainya nanti kami diperhitungkan lebih detail lagi. Kami juga masih akan kaji dari segi lingkungannya, dari segi polusinya seperti apa," jelas Agus.

Menurut Agus, saat ini Pemkab Bantul tidak hanya fokus satu teknologi untuk penanganan sampah, tapi juga menggunakan beberapa teknologi lainnya. Hal ini diperlihatkan dengan adanya teknologi karbonasi untuk ITF Bawuran, Niten dan Modalan. Lalu, ada penggunaan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) untuk TPST Dingkikan, Argodadi, Sedayu. "Sehingga banyak alternatif. Semua kita garap serius, agar bermanfaat dan tidak menghasilkan dampak buruk bagi masyarakat," ucap Agus.

RDF

Sementara terkait produk RDF atau keripik sampah dari TPST Dingkikan, Agus mengakui jika Pemkab Bantul telah melakukan MoU dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang pabriknya berada di Cilacap, Jawa Tengah. Dalam MoU tersebut, dinyatakan jika perusahaan tersebut akan menerima olahan RDF adri TPST Dingkikan dan ITF Niten.

"Sudah ada pembicaraan teknis juga antara PT SBI pabrik Cilacap dengan kami. Berapa potongannya, kandungan airnya, dan sebagainya. Jadi kami harus menyesuaikan, tidak kemudian asal saja. Kami harus selektif, makanya harus ada alat pengering dan sebagainya," jelas Agus.

Kepala DLH Kabupaten Bantul Bambang Purwadi Nugroho mengatakan, pihaknya telah belajar dari Pemkot yang hasil olahan sampah berupa RDF ditolak dua daerah, yakni pabrik pengolahan RDF di daerah Pasuruan, Jawa Timur dan PT SBI pabrik Cilacap, Jawa Tengah. Adapun alasan penolakan hasil RDF Pemkot Jogja tersebut berdasar karena keripik sampah yang diolah masih terlalu basah.

"Kandungan RDF sebagai hasil output olah sampahnya harus sesuai dengan standar kasar air yang terkandung pada RDF maksimal 25% sesuai dengan ketentuan spek yang ditentukan oleh PT SBI," kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Puncak Musim Hujan Diprediksi Terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025

News
| Minggu, 24 November 2024, 12:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement