Vredeburg Pamerkan Koleksi Perang Jawa, Perang Gerilya hingga Periode Reformasi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menggelar pameran bertajuk Vredeburg Fair 2024 mulai Rabu (4/9/2024) hingga 29 September 2024 mendatang. Pameran yang dibuka hingga malam ini memamerkan kisah tiga periode mulai dari perang Jawa, masa revolusi hingga reformasi.
Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra mengatakan pameran ini dikemas berbeda, tidak hanya memamerka sejarah dalam tiga periode tersebut namun juga berbagai fasilitas dan layanan yang dapat dinikmati sampai malam hari. Pameran ini mengangkat tema kiWari euoniA aNInditha atau WANI yang bermakna nilai keberanian dan semangat perjuangan masyarakat lokal Jogja dalam perjalanan sejarah di Indonesia.
Advertisement
"Ini wujud dari reimajinasi museum, dengan menghadirkan program dapat dinikmati oleh semua kalangan, menyenangkan, dan menjadikan museum sebagai ruang eksplorasi dan kreasi, khususnya bagi generasi muda," katanya dalam rilisnya Rabu.
Pameran ini secara khusus disajikan di Ruang Sultan Agung yang menampilkan narasi sejarah perjuangan di Jogja dalam perjalanan sejarah Indonesia yang memperkaya memori kolektif bangsa. Pameran ini dibagi ke dalam tiga periode
sejarah, mulai dari periode Perang Jawa (Wani Raga), menampilkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Oleh karena itu dipamerkan dua koleksi Pangeran Diponegoro milik Museum Nasional Indonesia yaitu Tombak Kiai Rondhan dan Tongkat Kiai Cokro dari abad ke-16.
Selanjutnya periode revolusi (Wani Sukma) yang mengisahkan keberanian rakyat dalam perang gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman. Sertaperiode reformasi (Wani Jiwa) yang mengisahkan perjuangan rakyat untuk perubahan konstitusional dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hukum, dan budaya. Setiap periode ini memberikan interpretasi unik terhadap tema WANI.
Sekda DIY Beny Suharsono mengapresiasi terselenggaranya pameran tersebut. Ia melihat Museum Benteng Vredeburg sudah melakukan banyak perubahan sehingga tidak membosankan bagi pengunjung. Selain itu dalam pameran tersebut menghadirkan berbagai komunitas yang bisa memantik masyarakat untuk datang.
"Misalnya dengan menghadirkan komunitas Anggrek, ini kan bisa memacu komunitas itu untuk datang dan melihat konten museum. Memang era saat ini harus melakukan inovasi dalam mengelola museum dan saya melihat Vredeburg sudah melakukannya dengan reimajinasi sehingga museum itu tidak statis tetapi menjadi dinamis," katanya.
BACA JUGA : Polisi Gagalkan Aksi Perang Sarung di Musuk Boyolali
Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo menyatakan pameran itu melibatkan 25 komunitas yang sebagian besar berasal dari Jogja. Seluruh komunitas yang dilibatkan telah memiliki komitmen untuk menjadi agen museum. "Tentu kami terbuka dengan komunitas mana pun selama mereka berkomitmen terhadap museum. Oleh karena itu banyak komunitas yang terlibat dalam pameran ini," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
30 Orang Meninggal Dunia Saat Berebut Bagi-Bagi Makanan Gratis di Nigeria
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- Gereja HKTY Ganjuran Bantul Gelar Empat Kali Misa Natal, Ini Jadwalnya
- KAI Tambah 1.400 Perjalanan Saat Libur Natal dan Tahun Baru
- Perumda PDAM Tirtamarta Gelar Wayang Kulit Lakon Wahyu Pulung Warih
- Incar Mahasiswa, Kasus Penipuan Penggelapan Paling Banyak Terjadi di Sleman
- Pusat Oleh-Oleh Diharapkan Mampu Tumbuhkan Ekonomi Jogja
Advertisement
Advertisement