Advertisement

Kisah Gunung Api Purba di Menoreh Kulonprogo Jadi Tempat Persembunyian Pangeran Diponegoro

Triyo Handoko
Jum'at, 23 Februari 2024 - 07:07 WIB
Sunartono
Kisah Gunung Api Purba di Menoreh Kulonprogo Jadi Tempat Persembunyian Pangeran Diponegoro Suasana Puncak Widsoari yang tenang dan menawarkan banyak pemandangan yang indah pada Rabu (21/2/2024). Harian Jogja - Triyo Handoko

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Hamparan perbukitan yang penuh pemandangan indah mudah dijumpai di sepanjang jalan menuju Puncak Widosari, Kapanewon Samigaluh, Kulonprogo. Perkebunan teh, rimbunnya pohon sengon, hingga beraneka ragam hayati lain tumbuh subur terhampar di kanan-kiri jalan.

Meski penuh pemandangan, jalan menuju Puncak Widosari cukup terjal sehingga mesti hati-hati. Terjalnya landscape itu disebabkan proses pergerakan tanah yang sudah terjadi di sana sejak jutaan tahun yang lalu, khas Perbukitan Menoreh.

Advertisement

Geopark Jogja mencatat keberadaan Gunung Api Purba Menoreh sudah ada sejak 33-22,5 juta tahun lalu. Pencatatan itu didasarkan pada bukti endapan piroklastik yang memiliki komposisi fragmen litik, batu apung, serta kristal kuarsa-hornblende yang berumur di Era Oligosen-Miosen.

BACA JUGA : Angka Kunjungan di Desa Wisata Kulonprogo Meningkat Ketika Libur Lebaran

Puncak Widosari jadi bukti lain keberadaan Gunung Api Purba Menoreh tersebut. Di mana puncak ini juga sudah terdaftar sebagai warisan geologi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang turut menaungi Geopark Jogja.

Sekitar lima kilometer menuju Puncak Widosari nampak rumah warga semakin renggang. Dua kilometer mendekati puncak ini, nampak jarak antar rumah warga dipisah area perbukitan yang cukup curam. Meski pun jarang rumah warga, sesampainya di Puncak Widosari terdapat rumah seorang warga. Ia adalah Sukiyono yang sehari-hari bertani sekaligus menjaga wisata Puncak Widosari.

Sukiyono tak tinggal sendiri di rumah bergaya Jawa dengan bangunan permannya itu. Bersama istri dan anaknya, Sukiyono meninggali rumah yang berhadapan langsung dengan Puncak Widosari itu.

Bahkan halaman rumah Sukiyono juga masuk kawasan wisata Puncak Widosari di mana sebelah kanan rumahnya terdapat taman lengkap dengan bangkunya. Di taman itu juga hadir sebuah patung berwarna emas yang dinamai Dewi Sri.

Patung itu membelakangi lembah di selatannya dan menghadap ke rumah Sukiyono di sisi utaranya. Sang empu rumah juga membuka kedai kopi dan jajanan tradisional seperti geblek, tempe bacem, hingga aneka keripik dari umbi-umbian lokal.

Pelarian Pangeran Diponegoro

Puncak Widosari pernah viral pada 2020 silam saat bendera merah putih melilit puncak tersebut. Wajar viral karena panjang bendera pusaka itu 75 meter dengan lebar 4,5 meter. Kala itu bertepatan dengan momen Hari Kemerdekaan yang ke-55.

Puncak dengan ketinggian sekitar 900 meter dari permukaan laut ini konon pernah jadi pelarian Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa. Sukiyono menceritakan keterangan pelarian Pangeran Diponegoro di Puncak Widosari itu sebagai cerita turun temurun.

"Simbah-simbah kami dulu yang menceritakannya, wajar juga karena daerah ini cukup aman dan terpencil sehingga susah dicari," ujar Sukiyono pada Rabu (21/2/2024).

Selain sebagai tempat persembunyian, jelas Sukiyono, Pangeran Diponegoro juga diyakini bertapa di Puncak Widosari. "Suasananya tenang, jadi sangat mungkin untuk bertapa juga, tapi bukan untuk yang mistis-mistis," katanya.

Dahulu di kawasan tersebut juga banyak pengikut Pangeran Diponegoro. "Simbah-simbah kami dulu semuanya pengikut Pangeran Diponegoro, baik sebagai pemuka agama Islam ataupun pemimpin perlawanan penjajahan, semuanya mengikuti Pangeran Diponegoro," tuturnya.

Keindahan Puncak Widosari

Tak hanya kaya sejarah, Puncak Widosari juga kaya pemandangan indah. Dari atas puncak ini pemandangan laut selatan terhampar jelas. Di sisi timur terhampar pemandangan perkotaan Jogja juga dari sana.

Di atas Puncak Widosari juga disediakan berbagai fasilitas untuk memandang keindahan Bumi Mataram. Terdapat bangku berjajar rapi, gardu pandang untuk memperluas cakupan pemandangan, hingga lampu penerangan.

Jalan menuju puncak itu juga sudah dibangun paving block dan tangga yang menjamin keamanan wisatawan saat mendakinya. Di kaki Puncak Widosari juga ada lokasi untuk berkemah dimana banyak juga yang sudah menjajalnya.

"Ramainya kalau akhir pekan, sebulan sekali biasanya ada yang kemah di bawah itu, lalu kalau menjelang Subuh  banyak yang naik buat lihat terbitnya matahari," jelas Sukiyono.

BACA JUGA : Mengenang Rektor ISI Jogja Almarhum Timbul Raharjo, Kuda Kasongan Pewaris Jejak Pangeran Diponegoro

Ramainya Puncak Widosari oleh wisatawan berarti menguntungkan Sukiyono. Pasalnya ia mengelola parkir, retribusi, dan makanan atau minuman di sana.

Harga yang dipatok juga tergolong murah, parkir hanya seharga Rp2.000 dan retribusi hanya Rp6.000. "Kalau makan minum vareatif, tapi ya tetap murah juga. Kopi yang disajikan juga kopi lokal," terang warga Kalurahan Ngargosari, Kapanewon Samigaluh itu.

Gunung Api Purba

Bentuk Puncak Widosari yang begitu tegak menjulang nan terjal menurut seorang peneliti geologi, Barianto pada 2010 dijelaskan terbentuk oleh proses struktur rekahan dan erosi. Barianto menyebut Gunung Api Purba di Kawasan Menoreh yang membentuk Puncak Widosari itu.

Barianto menyebut selain sebagai bukti struktur geologi, Puncak Widosari memiliki keunggulan pada aspek estetika berupa keunikan bentang alam dan aspek rekreasi sebagai agrowisata kebun teh. Sehingga kekayaan Puncak Widosari juga mencakup banyaknya pengetahuan geologi yang bisa terus dipelajari oleh para peneliti hingga kini.

BACA JUGA : 20 Situs di DIY Ditetapkan Pusat sebagai Warisan Geologi, Ini Daftarnya

Ketua Desa Wisata Widosari Heri Susanto mengkonfirmasi kekayaan geologi puncak tersebut. "Puncak Widosari ditetapkan sebagai warisan geologi dan tergolong sebagai Geoheritage pada 2021, artinya kawasan ini dilindungi dan kami diminta turut menjaganya," katanya.

Heri menceritakan sudah banyak universitas dan peneliti yang meneliti Puncak Widosari. "Karena memang sangat unik, bentuknya kan seperti bongkahan batu yang kokok menancap bumi," ungkapnya.

Berkat Puncak Widosari, desa wisata yang dikelola Heri juga dapat terus berkembang. "Cukup jadi daya tarik wisata karena berkat ini kami juga bisa mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 lalu," ucap Heri.

Pengembangan Puncak Widosari, jelas Heri, akan terus dilakukan dimana dipastikan menyesuaikan bentuk ruang dan kaidah geologi yang ada. "Tahun ini akan ada event untuk makin memeriahkannya, yang sebenarnya kami gelar rutin tiap tahun yaitu Merti Dusun, ini bentuk kekayaan budaya yang dipadukan dengan kekayaan alam juga agar semuanya seimbang," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BNPB: Gempa Garut Rusak 110 Rumah dan Berdampak pada 75 KK

News
| Minggu, 28 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement