Masuk Pancaroba, Dinkes Jogja Imbau Masyarakat Waspadai Potensi ISPA
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kesehatan Kota Jogja menghimbau masyarakat untuk waspadai potensi penyakit selama masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Beberapa penyakit tersebut seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga diare khususnya pada bayi, balita, ibu hamil serta lansia.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Jogja, Endang Sri Rahayu, menjelaskan musim pancaroba yang terjadi antara musim kemarau dan musim hujan membawa perubahan cuaca yang signifikan yang dapat memicu peningkatan kasus ISPA.
Advertisement
Sampai saat ini, jumlah kunjungan balita penderita batuk dan kesukaran bernapas berjumlah sebanyak 6.374 kasus, dengan kasus terbanyak ditemukan di wilayah Gedongtengen. “Balita maupun ibu hamil ini adalah kelompok yang rentan terhadap penyebaran penyakit. Sehingga penderita ISPA di Kota Jogja banyak yang menyerang mereka,” ujarnya, Minggu (22/9/2024).
Penyakit ISPA terjadi akibat perubahan suhu dan kelembaban yang drastis yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat individu lebih rentan terhadap infeksi. Maka kasus ISPA cenderung meningkat saat pancaroba, dengan gejala umum seperti batuk, pilek, dan sesak napas serta demam dalam jangka waktu yang lama.
“Virus dan bakteri penyebab ISPA mudah menyebar pada cuaca yang tidak menentu. Sehingga, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan, terutama di tengah fluktuasi cuaca,” ujarnya.
BACA JUGA: Jogja Masuk Pancaroba: Musim Hujan di 5 Wilayah DIY Tidak Bersamaan, Ini Penjelasan BMKG
Pihaknya menghimbau masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan, seperti menggencarkan Gerakan masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan berolahraga, makan-makanan yang bergizi, tidak merokok, melakukan cek kesehatan secara berkala.
Selain itu, diharapkan masyarakat selalu mencuci tangan secara teratur, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kerumunan saat muncul gejala ISPA, menggunakan masker di tempat umum untuk mengurangi risiko penularan.
“Masyarakat diimbau untuk segera menghubungi fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan agar penanganan dapat dilakukan lebih awal. Hindari minuman dingin, merokok dan asap rokok,” tambahnya.
Kepala Puskesmas Mantrijeron, Eny Purdiyanti, menuturkan kasus kunjungan balita penderita batuk dan kesusahan bernapas atau ISPA cukup tinggi. Pada 2023, kunjungan pasien usia 0-10 tahun di Puskesmas Mantrijeron sebanyak 1.856 kunjungan. Sedangkan selama Januari hingga 20 September 2024, anak berusia 0-10 tahun yang melakukan kunjungan penderita batuk dan kesusahan bernafas mencapai 9.89 kasus.
Eny terus mempersiapkan kapasitas dan ketersediaan obat untuk menangani lonjakan kasus ISPA. “Kami sudah menyiapkan tim medis dan obat-obatan untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang tepat. Selain itu, pasien yang mengalami gejala infeksi seperti susah bernafas, batuk dan lainnya kami pisahkan dengan pasien lain untuk menghindari adanya penularan,” ujarnya.
Kasus ISPA menurutnya merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan sejak 2023. “Kami berharap, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi dan balita dapat terus mengkonsumsi makan-makanan bergizi, menjaga kebersihan dan berolahraga,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kritisi Anggaran Pemkot Jogja Terkait Penanganan Sampah, Dewan : Terlalu Njagakke Pusat
- Empat Pelaku Penganiayaan di Jambusari Sleman Masih Diburu Polisi
- Kapanewon Gamping Sleman Bentuk Satgas Pengelolaan Sampah
- Santer Kabar Ratusan Kader Membelot, Begini Penjelasan DPD PAN Sleman
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
Advertisement
Advertisement