Advertisement

Promo November

Penyebab Suhu Udara di Jogja Terasa Panas, Ini Penjelasan BMKG

Ujang Hasanudin
Rabu, 02 Oktober 2024 - 17:27 WIB
Sunartono
Penyebab Suhu Udara di Jogja Terasa Panas, Ini Penjelasan BMKG Cuaca panas / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Suhu udara di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terasa panas dalam beberapa hari terakhir ini, di siang maupun malam hari. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab suhu panas di tengah musim pancaroba tersebut.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jogja, Reni Kraningtyas mengatakan saat ini DIY sudah masuk musim pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sementara musim hujan baru akan dimulai sekitar Oktober dasarian II atau pertengahan bulan ini.

Advertisement

BACA JUGA : Prakiraan Cuaca di Wilayah DIY Hari Ini, Rabu 2 Oktober 2024: Cerah Berawan hingga Kabut

Transisi atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, kata Reni, meningkatkan perawatan sehingga suhu terasa panas. Selain itu, gerak semu posisi matahari yang sudah bergerak ke BBS (Belahan Bumi bagian Selatan).

Kemudian uap air yang tinggi akibat adanya interaksi antara lautan dan daratan, hal ini meningkatkan kelembapan udara dalam proses sehingga menyebabkan suhu terasa panas.

"Fenomena peningkatan perawanan mempengaruhi radiasi balik energi panas ke atmosfer, yang berakibat pada cuaca gerah pada sore dan malam hari," jelas Reni saat dihubungi Harianjogja.com Rabu (2/10/2024).

Dilansir dari laman resmi BMKG, Akhir September hingga Oktober mendatang, sejumlah wilayah Indonesia memasuki masa peralihan dari musim kemarau menuju penghujan. Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.

BMKG menyebut potensi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi di sejumlah wilayah Indonesia. Sementara potensi angin kencang terjadi di DIY, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan.

Dengan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, maka masyarakat diimbau untuk tetap tenang namun waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Kemudian mengenali potensi bencana di lingkungannya dan mulai memahami cara mengurangi resiko bencana tersebut, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.

BACA JUGA : Prakiraan Cuaca Jogja dan Sekitarnya, Selasa 1 Oktober 2024, Cerah Sepanjang Hari

Khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang.

Kemudian waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ini Lima Nama Pimpinan KPK Periode 2024-2029 yang Ditetapkan DPR

News
| Kamis, 21 November 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement