Advertisement

BEDAH BUKU: Gizi Masih Jadi Pilar Utama Pertumbuhan Anak

Media Digital
Kamis, 17 Oktober 2024 - 21:27 WIB
Maya Herawati
BEDAH BUKU: Gizi Masih Jadi Pilar Utama Pertumbuhan Anak Anggota DPRD DIY, Anton Prabu Semendawai (berdiri) saat menyampaikan materi dalam program bedah buku berjudul Pilar Pertumbuhan Anak ; Menciptakan Fondasi Sehat, untuk Sukses Masa Depan yang digelar di Pendopo Pedukuhan Jlegongan, Kalurahan Margodadi, Kapanewon Seyegan, Kamis (17/10/2024). Istimewa - Dokumentasi DPAD DIY

Advertisement

SLEMAN—Persoalan gizi masih dianggap sebagai salah satu pilar utama dalam pertumbuhan anak. Topik ini dibahas Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY dan DPRD DIY lewat kegiatan bedah buku berjudul Pilar Pertumbuhan Anak ; Menciptakan Fondasi Sehat, untuk Sukses Masa Depan di Pedukuhan Jlegongan, Kalurahan Margodadi, Kapanewon Seyegan, Sleman, Kamis (17/10/2024).

Anggota DPRD DIY, Anton Prabu Semendawai, mengatakan gizi menjadi salah satu aspek yang tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan anak. Pemenuhannya bisa dicukupi lewat berbagai cara, termasuk memanfaatkan sumber gizi dari lingkungan sekitar.

Advertisement

Di tengah kebutuhan ekonomi yang meningkat, wacana program makan bergizi gratis diharapkan bisa membantu pemenuhan gizi masyarakat. Namun bila itu tidak cukup, warga bisa mengambil skenario akses bantuan bibit pertanian atau ternak seperti lele hingga ayam untuk mencukupi kebutuhan gizi anak.

"Biasanya dari Dinas Pertanian dan Peternakan ada bantuan bibit, dari Peternakan atau Perikanan ada budi daya lele, itu bisa juga untuk mencukupi kebutuhan wilayah setempat," tutur Anton dalam bedah buku, Kamis.

Selain dapat berperan dalam pemenuhan gizi masyarakat, skema budi daya pertanian dan perikanan semacam ini juga menggerakkan ekonomi di lingkungan masyarakat. Harganya pun bisa lebih terjangkau karena rantai distribusi yang pendek. "Program ini mampu meningkatkan ekonomi, warga sekitar bisa membeli murah karena distribusinya rendah," katanya.

BACA JUGA: 16 Oktober Ternyata Hari Roti Sedunia, Ini Asal Usulnya

Dari bedah buku ini, instansi lain dapat menidaklanjuti kegiatan ini dengan program yang lebih implementatif atau yang bersifat praktis.

Pustakawan Ahli Madya DPAD DIY, Mohamad Hadi Pranoto, mengungkapkan dari 222 sasaran, bedah buku yang diadakan telah mendekati target secara kuantitas. Kemudian secara kualitas, bedah buku yang digelar diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat. "Bedah buku ini pasti punya dampak jangka panjang, yakni minat baca masyarakat semakin bagus dan meningkat," ujarnya.

Pengetahuan ini bisa diperkuat dengan program dari instansi lain secara jangka panjang. Konsep transformasi perpustakaan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat yang lebih inklusif bisa menjadi pembuka jalan bagi instansi lain setalah kegiatan bedah buku. "Misalkan kalau bedah buku terkait pertanian, itu membuka potensi dan selanjutnya masyarakat membutuhkan pendampingan, Dinas Pertanian bisa masuk. Kalau saat ini bicara gizi, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk atau Dinas Kesehatan bisa masuk," katanya.

Keberlanjutan program, menurut Hadi, bisa dicapai bila masyarakat telah terliterasi dengan baik. "Semua bisa didasari bahwa literasi harus lebih baik dulu," katanya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Soal Jumlah Keterwakilan Perempuan di Kabinet Prabowo-Gibran, Ini Kata Pakar

News
| Jum'at, 18 Oktober 2024, 06:07 WIB

Advertisement

alt

Komunitas Vespa di Jogja Memulai Perjalanan ke Sabang Demi Mendapatkan Biji Kopi Lokal Setiap Daerah

Wisata
| Rabu, 16 Oktober 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement