Bukan Kemiskinan, Penyebab Utama Stunting di Sleman karena Pola Asuh yang Keliru
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan Sleman mencatat masalah kemiskinan bukan jadi penyebab utama bayi lahir stunting. Hingga saat ini, angka stunting di Bumi Sembada mencapai 4,41%.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama mengatakan, angka stunting di Bumi Sembada terus menurun di setiap tahunnya. Sebagai contoh di 2023, kasusnya mencapai 4,51% dan di tahun ini turun tipis menjadi 4,41%.
Advertisement
Pihaknya bersama dengan Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) kabupaten sudah membuat kajian terkait dengan penyebab terjadinya stunting. Adapun hasilnya, faktor kemiskinan bukan penyebab utama terjadinya stunting.
Hal ini dikarenakan, kasus stunting yang disebabkan kemiskinan hanya 5% dari kasus yang ada. Adapun penyeban terbesar dan mencapai 95% dikarenakan salahnya pola asuh.
“Faktanya memang bukan karena kemiskinan karena banyak anak-anak orang mampu juga mengalami stunting,” katanya, Jumat (18/10/2024)
Cahya menjelaskan, pola asuh ini memiliki peran yang besar terkait dengan tumbuh kembang anak. Selama ini, lanjut dia, banyak yang salah sehingga menjadi penyebab tertinggi masalah stunting di Kabupaten Sleman.
BACA JUGA: Kabar Baik, Angka Stunting Sleman Turun Tipis di 2024
Ia mencontohkan, anak lebih banyak diberikan camilan yang dari sisi kandungan gizi sangat kurang. Sedangkan utuk makanan utamanya tidak begitu diperhatikan.
“Di sisi lain juga karena konsumsi minuman berpemanis, ada juga jadwal makan yang tidak teratur. Selain itu, sanitasi lingkungan juga penting karena paparan e-Coli juga dapat mengganggu pertumbuhan pada anak,” katanya.
Menurut dia, upaya pencegahan stunting akan terus dilakukan dengan melibatkan lintas sektor hingga pemerintah kalurahan. Sesuai dengan rekomendasi dari tim pakar Audit Kasus Stunting (AKS) dilaksanakan program Kalurahan Dlaam Perubahan Budaya Pola Pemberian Makan Anak.
Program ini teridiri dari kelas Makanan Pendamping ASI dan pemberian makanan untuk balita. Selain itu, juga ada kewal wajib perawatan anak, pengasuhan dan pemberian anak sebagai syarat sebelum menikah.
Selanjutnya ada kelas menyusui dan merawat bayi; kelas Ayah ASI dan MPASI serta dilaksanakan konseling psikologi parenting untuk orang tua.
“Mudah-mudahan dengan program yang dipersiapkan maka kasus stunting bisa terus ditekan setiap tahunnya,” katanya.
Pejabat Bupati Sleman, Kusno Wibowo menyambut baik angka stunting di Sleman terus menurun setiap tahunnya. Keberhasilan ini merupakan bukti dari komitmen pemkab dalam upaya pencegahan dan penanggulangan yang terus dijalankan setiap tahunnya.
“Angkanya terus turun dan jumlahnya sudah dibawah rerata nasional. Tapi, tidak boleh berpuas diri karena upaya pencegahan harus terus dilakukan,” katanya.
Menurut dia, pencegahan stunting harus dioptimalkan. Pasalnya, tugas ini tidak hanya menjadi ranah dari Dinas Kesehatan atau Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman, namun seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga harus terlibat sesuai dengan ketugasan yang dimiliki.
“Sinergi bersama harus terus ditingkatkan agar hasilnya bisa lebih dimaksimalkan. Sebab, penanganan stunting menjadi tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Prediksi BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Diguyur Hujan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hiswana Migas DIY Berharap Keempat SPBU yang Ditutup Segera Beroperasi dengan Sistem KSO, Begini Respons Pertamina
- Jadwal SIM Keliling di Jogja, Sabtu Malam Ini Pukul 19.00-21.00 WIB di Alun-alun Kidul Jogja
- Kasus ASN Ikut Kampanye Pilkada Ditangani Bawaslu Bantul
- Pilkada 2024, KPU Kulonprogo Tetapkan 775 Daftar Pemilih Tambahan
- Polres Gunungkidul Bakal Terjunkan Ratusan Personel Pengamanan Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement