Advertisement

Promo November

Tujuh Sungai di Gunungkidul Dinyatakan Tercemar

Andreas Yuda Pramono
Rabu, 30 Oktober 2024 - 20:57 WIB
Maya Herawati
Tujuh Sungai di Gunungkidul Dinyatakan Tercemar Sungai tercemar. - Foto ilustrasi dibuat oleh AI - StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul menyebutkan ada tujuh sungai yang tercemar dan tidak memenuhi baku mutu air.

Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup DLH Gunungkidul Fitri Iswinayu mengatakan uji kualitas air permukaan dilakukan pada tiga segmen, yaitu hulu, tengah dan hilir. Sungai utama yang diuji yakni Sungai Oya beserta anak-anak sungainya.

Advertisement

Total ada 14 sungai yang menjadi objek uji penelitian air permukaan dengan dua hasil, yaitu cemar ringan (CR) dan memenuhi (M). Sungai dengan kategori CR ada tujuh, yakni Sungai Oya Semin, Sungai Besole, Sungai Krapyak/Pancuran, Sungai Oya Getas, Sungai Ngalang, Sungai Widoro dan Sungai Pentung.

Untuk sungai dengan kategori M yakni Sungai Oya Karangtengah, Sungai Oyo Watusigar, Sungai Gedangan, Sungai Kluwih Blimbing, Sungai Wareng, Sungai Oyo Bleberan dan Sungai Oyo Jelok.

Fitri menjelaskan standar kualitas air yang DLH pakai adalah baku mutu air sungai kelas II yang peruntukannya untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pengairan pertanaman.

“Kalau melihat indeks kualitas air semester I 2024 itu nilainya 57,50 dari target 36,00,” ungkapnya, Rabu (30/10/2024). Uji kualitas air permukaan dilakukan setahun dua kali. Uji pertama ketika musim kemarau dan kedua ketika musim hujan.

BACA JUGA: Puluhan Tahun Terbengkalai, Bangunan Gama Bookstore Akhirnya Dirobohkan Tahun Ini

Hasil uji laboratorium air permukaan memiliki perbedaan jauh di dua musim tersebut. Ketika musim kemarau, kualitas air cenderuk buruk lantaran limbah yang ada terkonsentrasi. Sementara ketika musim hujan, kualitas air cenderung baik mengingat limbah terurai akibat debit air yang besar.

“Uji kualitas air permukaan kan arahnya ke air sungai sebagai salah satu indikator penyusun IKLH [indeks kualitas lingkungan hidup],” katanya. Sumber pencemar biasanya berasal dari limbah rumah tangga, industri rumahan dan pertanian yang menggunakan pupuk kimia.

Kepala DLH Gunungkidul Antonius Hary Sukmono mengungkapkan upaya menjaga kualitas air permukaan tanah perlu dilakukan bersama-sama, bukan hanya Dinas atau pemerhati kali.

“Pelibatan elenen masyarakat untuk gerakan menjaga kualitas air dengan mengurangi timbulan polutan di sungai. Caranya ya bisa dari sumber rumah tangga untuk membuat instalasi pengolahan air limbah. Jadi tidak langsung dibuang ke kali,” tuturnya.

Hary menambahkan masyarakat juga perlu menjaga dan mengurangi timbulan sampah di sungai. Selain itu, penting untuk meenerapkan gerakan vegatasi yang dapat mempertahankan keberadaan air. Beberapa pohon yang dapat menyimpan dan mengelola air pohon aren, gayam dan bambu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KJRI Upayakan Pemulangan 7 Jenazah TKI dari Malaysia

News
| Senin, 25 November 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement