Advertisement
Dr. Raden Stevanus: Ingatkan Kembali, Tolak Istilah Nataru

Advertisement
JOGJA—Anggota DPRD DIY, Dr. Raden Stevanus Christian Handoko, S.Kom., M.M., mengungkapkan penolakan kerasnya terhadap penggunaan istilah "Nataru" yang sering dipakai untuk merujuk pada perayaan Natal dan Tahun Baru.
Menurutnya, penggunaan istilah tersebut dapat mereduksi makna sakral dari perayaan Natal yang memiliki nilai keagamaan yang sangat mendalam bagi umat Katolik dan Kristen.
Advertisement
Dr. Raden Stevanus menjelaskan bahwa Natal bukanlah sekadar sebuah perayaan akhir tahun yang bersifat duniawi, melainkan merupakan Hari Suci yang memiliki makna spiritual bagi umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia.
"Natal adalah momen penting dalam agama kami yang merayakan kelahiran Yesus Kristus. Ini bukan sekadar event biasa atau dikaitkan dengan kegiatan komersial lainnya, seperti Tahun Baru," ucap dia, dikutip dari keterangan resminya, Rabu (20/11/2024).
Lebih lanjut, Dr. R. Stevanus menambahkan bahwa istilah "Nataru" yang merupakan gabungan dari kata "Natal" dan "Tahun Baru", tidak sesuai dengan penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam perayaan Natal.
Menurutnya, dengan menggabungkan kedua perayaan tersebut dalam satu istilah, makna Natal yang sakral bisa tercampur dengan kesan komersial dan sekular.
Sebagai seorang anggota DPRD, Dr. Raden Stevanus menegaskan pentingnya menjaga kesakralan setiap perayaan keagamaan, termasuk Natal. Bagi umat Kristen dan Katolik, Natal bukan hanya soal perayaan kelahiran Yesus Kristus, tetapi juga sebuah momen refleksi dan perayaan iman yang mendalam.
Oleh karena itu, menurutnya, penggunaan istilah yang menggabungkan Natal dengan Tahun Baru seperti "Nataru" justru dapat mengaburkan nilai keagamaan tersebut dan terindikasi upaya pelecehan terhadap hari besar keagamaan
"Natal adalah hari yang penuh dengan nilai-nilai spiritual, kasih, dan pengorbanan, yang seharusnya dihormati dengan penuh rasa syukur dan kesakralan. Tidak seharusnya istilah Natal digabungkan dengan nama event atau perayaan lain yang lebih bersifat sekuler dan tidak ada hubungannya dengan kesakralan hari keagamaan," ujarnya.
"Saya mengajak semua pihak untuk lebih menghargai makna Natal bagi umat Kristiani. Mari kita pastikan bahwa Natal tetap memiliki identitasnya yang jelas sebagai hari suci, tanpa dicampuradukkan dengan perayaan lainnya," tuturnya.
Dr. Raden Stevanus berharap agar Pemerintah Pusat, pemerintah daerah hingga masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga dan menghormati makna dari setiap perayaan keagamaan.
Dia juga mengimbau agar perayaan Natal tetap diperlakukan sebagai sebuah hari suci yang penuh dengan kedamaian, tanpa harus digabungkan dengan perayaan lain seperti Tahun Baru dalam istilah yang bersifat komersial atau sekuler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Jumlah Pemudik dari DKI Jakarta Menurun, Begini Penjelasan Bang Doel
Advertisement

Taman Wisata Candi Siapkan Atraksi Menarik Selama Liburan Lebaran 2025, Catat Tanggalnya
Advertisement
Berita Populer
- Banjir dan Longsor Mengintai DIY hingga Awal April
- Kesulitan Ekonomi Mengancam 6.000 Pelaku Wisata di Sleman Utara
- Harda Kiswaya Gelar Open House di Kediamannya, Ini Jadwalnya
- Jelang Lebaran, Dua Orang Jadi Korban Penganiayaan di Bantul
- Lebaran 2025, Ada 1.321 Warga Binaan Permasyarakatan DIY Terima Remisi Hari Raya Idulfitri, 10 Orang Langsung Bebas
Advertisement
Advertisement