Advertisement

PMK Merebak di Bantul, Peternak Mulai Resah

Jumali
Jum'at, 03 Januari 2025 - 19:27 WIB
Arief Junianto
PMK Merebak di Bantul, Peternak Mulai Resah Ilustrasi pemeriksaan PMK di tempat penampungan ternak Dagan, Murtigading, Sanden. - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Kalangan peternak di Bantul mulai resah akan penularan Penyakit Mulut dan Kuku di wilayah mereka.

Salah satunya, Santoso, 33, peternak dari Seloharjo, Pundong yang meski sampai saat ini sapi yang dipeliharanya tidak ada yang positif PMK, tetapi tetap merasa cemas karena adanya penularan PMK. "Karena adanya PMK telah berdampak kepada penurunan harga sapi yang sehat. Penurunan bahkan bisa mencapai Rp2 juta. Dari semula Rp17 juta per ekor menjadi Rp15 juta per ekor," ujar dia.

Advertisement

Untuk mencegah penularan PMK, Santoso mengaku telah melakukan antisipasi. Salah satunya dengan menjaga kebersihan kandang.

Hal sama juga dilakukan oleh peternak sapi di Murtigading, Sanden, Budi. Budi terus menjaga kebersihan kandang agar sapi yang dipelihara terhindar dari PMK.  "Untuk harga memang ada penurunan sejak adanya PMK. Turun sekitar Rp3 juta per ekor. Dan, dibandingkan 2022, PMK kali ini memang lebih parah karena bisa tiba-tiba sapi mati," jelasnya.

Budi juga mengungkapkan, dengan adanya PMK, dirinya saat ini memilih untuk tidak membeli sapi dari peternak lokal di Bantul. Agar sapi terhindar dari PMK, Budi juga mengoptimalkan penyemprotan disinfektan di kandang, pada pagi dan sore hari. "Vitamin juga saya suntikan lima hari sekali. Karena saya tidak ingin sapi yang dipelihara terinfeksi PMK," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Bantul Novriyeni mengatakan dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah sapi yang mati karena PMK tahun ini cukup besar. Sebab pada 2023, tidak ada sapi yang mati karena PMK. "Tetapi pada 2022 pas puncak wabah itu ada 400 ekor yang mati," jelasnya.

Sementara terkait dengan kapanewon yang berpotensi adanya penambahan kasus PMK, Novriyeni mengungkapkan ada dua kapanewon, yakni Imogiri dan Kretek.

Untuk kapanewon Imogiri, penambahan kasus mungkin terjadi karena di sana, ada pasar hewan Imogiri yang selama ini menjadi tempat keluar masuk penjualan ternak sapi. "Itu sapi yang sakit dan  mati biasanya dari pembelian sapi dari Pasar Siyono, Gunungkidul. Sapi itu biasanya didatangkan dari Jawa Timur. Selain itu ada kapanewon Pleret yang letaknya berbatasan. Meskipun sampai saat ini di Pleret belum ada kasus," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Panglima TNI Agus Subiyanto Mutasi 101 Perwira Tinggi, Termasuk Kepala Basarnas

News
| Minggu, 05 Januari 2025, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul

Wisata
| Kamis, 02 Januari 2025, 15:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement