Advertisement
PMK Merebak di Bantul, Peternak Mulai Resah

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Kalangan peternak di Bantul mulai resah akan penularan Penyakit Mulut dan Kuku di wilayah mereka.
Salah satunya, Santoso, 33, peternak dari Seloharjo, Pundong yang meski sampai saat ini sapi yang dipeliharanya tidak ada yang positif PMK, tetapi tetap merasa cemas karena adanya penularan PMK. "Karena adanya PMK telah berdampak kepada penurunan harga sapi yang sehat. Penurunan bahkan bisa mencapai Rp2 juta. Dari semula Rp17 juta per ekor menjadi Rp15 juta per ekor," ujar dia.
Advertisement
Untuk mencegah penularan PMK, Santoso mengaku telah melakukan antisipasi. Salah satunya dengan menjaga kebersihan kandang.
Hal sama juga dilakukan oleh peternak sapi di Murtigading, Sanden, Budi. Budi terus menjaga kebersihan kandang agar sapi yang dipelihara terhindar dari PMK. "Untuk harga memang ada penurunan sejak adanya PMK. Turun sekitar Rp3 juta per ekor. Dan, dibandingkan 2022, PMK kali ini memang lebih parah karena bisa tiba-tiba sapi mati," jelasnya.
Budi juga mengungkapkan, dengan adanya PMK, dirinya saat ini memilih untuk tidak membeli sapi dari peternak lokal di Bantul. Agar sapi terhindar dari PMK, Budi juga mengoptimalkan penyemprotan disinfektan di kandang, pada pagi dan sore hari. "Vitamin juga saya suntikan lima hari sekali. Karena saya tidak ingin sapi yang dipelihara terinfeksi PMK," ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Bantul Novriyeni mengatakan dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah sapi yang mati karena PMK tahun ini cukup besar. Sebab pada 2023, tidak ada sapi yang mati karena PMK. "Tetapi pada 2022 pas puncak wabah itu ada 400 ekor yang mati," jelasnya.
Sementara terkait dengan kapanewon yang berpotensi adanya penambahan kasus PMK, Novriyeni mengungkapkan ada dua kapanewon, yakni Imogiri dan Kretek.
Untuk kapanewon Imogiri, penambahan kasus mungkin terjadi karena di sana, ada pasar hewan Imogiri yang selama ini menjadi tempat keluar masuk penjualan ternak sapi. "Itu sapi yang sakit dan mati biasanya dari pembelian sapi dari Pasar Siyono, Gunungkidul. Sapi itu biasanya didatangkan dari Jawa Timur. Selain itu ada kapanewon Pleret yang letaknya berbatasan. Meskipun sampai saat ini di Pleret belum ada kasus," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Jaga Aksi Demo Warga Pati, Polresta Amankan Tiga Titik Strategis
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kanthi Pawiyatan KPID DIY Ajak Mahasiswa UNY Melek Penyiaran
- BPBD DIY Catat 62 Kecelakaan Laut, 107 Orang Jadi Korban
- Pemkab Sleman Jadi Kabupaten Terbaik Keempat se-Indonesia Versi GM-DTGI 2025
- Juara Nasional dan Internasional, 828 Pelajar DIY Diberi Penghargaan
- Manunggal Fair Kulonprogo Targetkan 100 Ribu Pengunjung Tahun Ini
Advertisement
Advertisement