Advertisement

Kasus PMK di Bantul Meningkat Dalam 3 Hari Terakhir, Peternak Diminta Melakukan Vaksinasi Mandiri

Stefani Yulindriani Ria S. R
Kamis, 16 Januari 2025 - 10:17 WIB
Abdul Hamied Razak
Kasus PMK di Bantul Meningkat Dalam 3 Hari Terakhir, Peternak Diminta Melakukan Vaksinasi Mandiri Dokter hewan Puskeswan Sanden memeriksa kondisi sapi positif PMK di Kapanewon Srandakan, Senin (13/6/2022). - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Bantul mencatat terjadi pertambahan jumlah ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). DKPP Bantul meminta agar peternak melakukan vaksinasi mandiri. 

Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo mengatakan pihaknya fokus melakukan penanganan PMK di wilayah Bantul karena dalam tiga hari terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus. “Ada peningkatan [sapi terkena PMK]. [Sapi] yang mati ada 37 ekor dan sakit ada 337 ekor,” ujarnya, Kamis (16/1/2025). 

Advertisement

BACA JUGA: Kasus PMK Meluas, DIY Ajukan 100.000 Dosis Vaksin

Dia pun meminta peternak memberikan vaksin PMK terhadap sapi-sapinya untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut. “Kami mengimbau vaksin mandiri, tidak hanya dari pusat. Terutama yang perekonomiannya agak [mampu melakukan vaksinasi mandiri],” ujarnya. 

Menurut Joko, pemerian vaksin PMK dapat mencegah agar sapi yang sehat tidak terkena PMK. Namun, selama ini Pemkab Bantul hanya menyalurkan alokasi vaksin PMK dari pemerintah pusat. 

“Vaksin nanti [Februari 2025]. [Alokasi vaksin PMK] Bantul terbesar dibanding kabupaten lain kita dapat 30.000,” ujarnya. 

Jumlah vaksin tersebut pun terbatas, hanya ditujukan bagi 30.000 ekor sapi, padahal ada 70.000 ekor sapi di Bantul. Joko mengaku anggaran terbatas menyebabkan vaksin PMK hanya mampu menyasar kurang dari 50% populasi sapi di Bantul. 

Dia pun mengaku ada penurunan harga jual sapi dengan merebaknya penyakit tersebut.  “Iya ada [penurunan harga jual sapi]. Karena itu kita ada komunikasi, informasi dan edukasi [KIE] kepada masyarakat [mengenai PMK],” ujarnya. 

Menurut Joko, masyarakat dapat mengkonsumsi daging hewan yang terkena PMK.  “Jadi masyarakat tidak usah trauma dengan adanya PMK. PMK bukan zoonosis tidak menular [pada manusia], tidak terus dijual. Kita disinfektan, kita obati,” ujarnya. (Stefani Yulindriani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kesal Keluhan Tak Ditanggapi, Warga Segel Pintu Masuk ke TPA Tanjungrejo Kudus

News
| Kamis, 16 Januari 2025, 12:47 WIB

Advertisement

alt

Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025

Wisata
| Selasa, 07 Januari 2025, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement