Advertisement
Suhu Udara Panas Picu Lonjakan Kasus DBD di Sleman hingga 675 Pasien
![Suhu Udara Panas Picu Lonjakan Kasus DBD di Sleman hingga 675 Pasien](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/06/1203302/demam-berdarah-pasien-rumah-sakit-dbd.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman menyampaikan ada kenaikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada 2024 hingga 675 pasien dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 146 kasus. Kenaikan kasus ini disebabkan salah satunya akibat kenaikan suhu global.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, dr. Khamidah Yuliati, M.M.R mengatakan kasus DBD yang berubah menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) ada enam kasus. Dari jumlah kasus tersebut, ada dua kematian.
Advertisement
“Kalau tahun 2023 ada satu kasus kematian; yang bersangkutan memiliki komorbid diabetes melitus tidak terkontrol juga. Ini juga kasus impor,” kata Khamidah, Kamis (6/2/2025).
Khamidah menjelaskan perubahan iklim menjadi sebab terjadinya El-Nino, yaitu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur lebih panas dari suhu normal.
Terpaan El-Nino di Pulau Jawa meningkatkan suhu hingga lebih dari 30°celcius pada 2024. Suhu ini meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan kemampuan nyamuk dalam menularkan penyakit.
Kata Khamidah, kasus DBD terjadi paling banyak terjadi pada Mei, Juni, dan Juli. Apabila melihat dari sisi kewilayahan, Kapanewon Prambanan dan Depok menjadi lokasi paling banyak terdapat kasus DBD; dan Cangkringan menjadi lokasi paling sedikit kasus DBD.
Menurut dia, dua kapanewon tersebut berada di jalur di mana mobilitas masyarakat tinggi. Selain itu, kasus yang terjadi merupakan kasus impor atau DBD yang berasal dari luar daerah.
Selama ini Dinkes telah dan terus melakukan serangkaian program pencegahan kasus DBD, seperti sosialisasi dan pembentukan kader juru pemantau jentik, pemantauan angka bebas jentik, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui bimbingan teknis, larvasida dan fogging, serta penggunaan teknologi wolbachia.
BACA JUGA: WNI Jadi Sopir Bus Asing Pertama di Jepang, Hasil Program Pekerja Terampil
Demam Mendadak
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman, Novita Krisnaeni mengatakan gejala utama DBD adalah demam secara mendadak dengan suhu tinggi. Suhu ini kemudian akan turun, namun tidak lama kemudian naik lagi.
“Pada hari ketiga hingga kelima saat demam sedang turun, kita harus waspada terhadap fase kritis DBD,” kata Novita.
Novita menambahkan tenaga kesehatan di RSUD Sleman telah disiapkan untuk menangani kasus DBD, ada pelibatan bukan hanya dokter anak namun juga dokter penyakit dalam. Kata dia, kunci dari penanganan DBD adalah cairan.
Petugas kesehatan akan mendorong agar pasien memperbanyak minum. “Kalau dari kami sendiri ya kami beri infus dengan baik. Patokannya ada pada trombosit dan hematokrit,” katanya.
Dia mengimbau agar masyarakat yang merasa bergejala DBD segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. BPJS Kesehatan telah mengkover pengobatan pasien DBD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/06/1203316/mensesneg.jpg)
Mensesneg Tegaskan Belum Ada Rencana Reshuffle Kabinet Merah Putih
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Efisiensi Anggaran, Bupati Sleman Terpilih Harda Kiswaya Akan Efektifkan Kemampuan Keuangan Daerah
- DPRD Bantul Minta Sanksi Diperberat untuk Pelanggar Perda Miras
- Kalurahan di Gunungkidul Mulai Urus Pencairan Dana Desa Termin Pertama
- Tembus Dinginnya Antartika, Peneliti UGM Ini Bawa Pulang Batu Berumur 2 Miliar Tahun demi Pengetahuan
- Jelang Pelantikan, Hasto Wardoyo Siapkan Tim Transisi
Advertisement
Advertisement