Advertisement
Mengintip Dapurnya Para Pemeran Adegan Berbahaya di Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Menjadi stuntman tidak hanya perlu kemampuan beladiri, namun juga acting, dialog, hingga logika yang terstruktur. Di Jogja Stunt Creative, para anggota mendapatkan seluruh bekalnya menuju dunia profesional.
Sedari kecil, Wildan Maulana Ashari senang menonton film aksi. Di waktu yang bersamaan, dia cukup intens berlatih silat. Saat sekolah dasar (SD), kegiatan Wildan semakin padat dengan mengikuti kelas acting. Di usia-usia itu, dia sempat ikut syuting film drama.
Advertisement
Di masa-masa perpindahan dari SD menuju SMP, Wildan terpikir untuk membuat komunitas stuntman, atau pemeran pengganti yang melakukan adegan berbahaya. Hal itu terutama dipantik informasi bahwa di film, adegan perkelahiannya tidak asli, namun bagian dari acting. Bersama tiga orang temannya, Wildan mendirikan Komunitas Jogja Stunt.
"Sempet beberapa kali waktu SMP ikut main di film kolosal, sempat di Makam Raja Kotagede Jogja, halamannya ditutup pakai pasir pantai. Itu film action-ku pertama kali," kata Wildan, saat ditemui di tempat latihan Jogja Stunt Creative, di Banguntapan, Bantul, Minggu (23/2/2025).
BACA JUGA : 1 Kakak 7 Ponakan Jadi Film Terbaru Yandy Laurens, Adaptasi dari Sinetron Tahun 1990-an
Jogja Stunt terus berkembang, dengan penambahan anggota. Pengelolaan komunitas semakin intens saat Stunt Fighter Community (SFC) dari Jakarta berbagi pendidikan dan pelatihan. Namun konsep tersebut hanya bertahan beberapa tahun. Selepas SFC tidak banyak terlibat, Wildan lebih mengembangkan Jogja Stunt dengan benderanya sendiri. Anggotanya dari banyak latar belakang, dari preman, tukang parkir, mahasiswa, hingga mantan anggota Densus 88.
Banyak pasang surut selama perjalanan komunitas tersebut. Pernah juga ada masa, saat anggota Jogja Stunt hanya dua atau tiga orang. Di tahun 2015, Wildan bertemu Dede Pratama Rominsyah di proyek film Saur Sepuh. Wildan juga sempat kuliah setahun di Filipina. Sepulang kuliah, Wildan dan Dede membangkitkan lagi Jogja Stunt, dengan kegiatan yang semakin intens dan terstruktur.
"Waktu anggota tinggal kami berdua, ada pembahasan, Jogja Stunt ditambah Creative di belakang namanya, agar bergeraknya bukan ke pemeran aja, tapi juga belakang layar (tim produksi film)," kata Dede.
Semakin Melebar
Dengan nama baru Jogja Stunt Creative (JSC), maka banyak keahlian yang kemudian mendapat ruangnya. Anggota JSC ada yang ahli di pembuatan konten, editing, hingga marketing. Mereka juga perlu membuka jalan untuk menjalin relasi dengan produser film.
Khusus untuk stuntman di JSC, kini jumlahnya 20 orang. Pada dasarnya semua boleh bergabung, baik yang punya dasar beladiri ataupun tidak. "Banyak yang tanya bisa enggak daftar tapi enggak ada basic beladiri? Enggak apa-apa, dateng dulu aja, kami latih dari awal. Poin utamanya kalau ada kesukaan dan keinginan, pasti bisa," kata Wildan yang merupakan Ketua JSC.
Saat anggota sudah punya basic beladiri, maka akan ada penyesuaian untuk kebutuhan syuting. Gerakan beladiri saat di film tidak sama persis dengan aslinya, perlu diubah agar terlihat cinematic. Tidak hanya itu, stuntman juga perlu memiliki keahlian acting, dialog, hingga logika.
"Misa habis dipukul improvisasinya gimana, dipukul di titik ini, ekspresi sakitnya perlu sesuai," kata Dede, Wakil Ketua JSC.
"Ketika pemain utamanya biasa dan stuntman mainnya jelek, jadi kelihatan jelek. Tapi kalau pemeran utamanya jelek, tapi stuntman-nya bagus, pemainnya ketolong," tambah Wildan.
Ingin Bikin Film Sendiri
Untuk melebarkan namanya, JSC awalnya banyak bekerja sama dengan mahasiswa-mahasiswi Institut Seni Indonesia Jogja. Lambat laun, para senior di sineas film mulai menggandeng JSC dalam film-filmnya. Proyek film naik turun, ada masa sepi dan ramai. Bulan ini, JSC terlibat dalam tiga produksi film.
Sebelumnya, dua proyek yang pernah JSC bantu yaitu serial Pertaruhan dan Zona Merah. Di serial Pertaruhan, JSC menyeleksi 300 orang untuk bergabung, dan tersaring 117 orang untuk syuting. Wildan dan Dede ingin membuat para anggota bisa berkembang dan hidup dari stuntman.
"Semoga [JSC] bisa saling menghidupi, saat kita menghidupi, kita juga akan dihidupi. Saling maju bersama, berkembang bareng. Inti dari semua ini kan berawal dari hobi. Pengennya [JSC] enggak cuma di Jogja, tapi pusatnya bisa di Jakarta," kata Wildan, laki-laki berusia 28 tahun.
Ke depan, JSC ingin melebarkan jangkauannya, tidak hanya sebagai penyedia stuntman. Mereka berharap bisa menggarap filmnya sendiri. "Konsep sudah ada, tim dari kami semua, ingin mengkaryakan temen-temen. Semoga bisa produksi [film atau serial] suatu hari nanti, tapi belum tahu kapan," kata Dede, yang kini berusia 28 tahun.
Semakin Berbahaya, Semakin Menarik
Stuntman mesti serba bisa mengisi semua adegan, termasuk yang berbahaya dan ekstrem. Maka JSC perlu memastikan keamanan proses produksi. Keamanan ini untuk menjamin para stuntman tetap bisa berkarya terus ke depannya.
Pernahkah cidera saat latihan atau syuting? Jangan tanya lagi. 'Catatan' luka dan cidera banyak menghiasi badan para stuntman. Apakah mereka kapok? "Justru saat adegan lebih berisiko jadi lebih menantang. Adrenalinnya naik. Saya pernah dibanting kena di bumper truck, pernah juga jadi body doble, nubruk mobil sampai jatuh ke sawah," kata anggota JSC, Fudholi.
BACA JUGA : Daftar Film untuk Ditonton Saat Valentine Day
Cak, panggilan Fudholi, mengatakan adegan berbahaya tetap menyenangkan karena semua berasal dari hobi. Saat memang tidak suka, maka stuntman akan terseleksi sendiri. "Saya biasanya memerankan karakter preman, intel, reserse, hingga polisi," kata laki-laki berusia 39 tahun tersebut.
Begitupun Wildan dan Dede, cidera saat latihan atau syuting sudah menjadi barang yang akrab. Dede misalnya, pernah cidera saat latihan lompat harimau. Bahunya patah. Dia perlu vakum dua pekan, untuk kemudian lanjut syuting.
"Saya dan Dede udah pernah mencoba semua adegan [berbahaya dan ekstrem], yang belum [pernah coba cuma adegan menggunakan] pesawat," kata Wildan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Upaya Percepat Pembangunan Proyek Strategis Nasional, PT PLN (Persero) UIP JBTB Lakukan Audiensi dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
Advertisement
Ramadan, The Phoenix Hotel, Grand Mercure & Ibis Yogyakarta Adisucipto Siapkan Menu Spesial
Advertisement
Berita Populer
- Harga Pangan di Bantul Hari Ini 4 Maret 2025: Cabai Turun Jadi Rp90.000, Bawang Merah Stabil
- Wali Kota Jogja Tolak Mobil Dinas Baru, JCW: Patut Dicontoh Kepala Daerah Lain
- Seorang Wanita di Bantul Tewas Setelah Pesta Miras Oplosan
- Awasi Keberadaan Gepeng Hingga Warung Makan Saat Bulan Ramadan, Satpol PP Bantul Perketat Patroli
- Kronologi Pesta Miras Oplosan Berujung Maut di Bantul
Advertisement
Advertisement