Advertisement

REI Sebut Rumah Susun Jadi Peluang untuk Sektor Properti 2025 di DIY

Yosef Leon
Kamis, 20 Maret 2025 - 13:57 WIB
Abdul Hamied Razak
REI Sebut Rumah Susun Jadi Peluang untuk Sektor Properti 2025 di DIY Ketua DPD REI DIY, Ilham Muhammad Nur memberikan keterangan kepada wartawan ditemui di Parasamya Pemkab Bantul, Kamis (20/3 - 2025).(email)

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL – DPD Real Estate Indonesia (REI) menyebut adanya peluang yang cukup signifikan dalam pengembangan rumah susun di DIY di tengah fenomena kelesuan ekonomi.

Ketua DPD REI DIY, Ilham Muhammad Nur menjelaskan, selain program rumah murah, skema rumah susun, baik rumah susun sewa (Rusunawa) maupun rumah susun milik (Rusunami), menjadi solusi potensial untuk mengatasi backlog perumahan di DIY.

Advertisement

"Menurut saya, peluang tertinggi adalah rumah susun. Ada dua skema yang bisa diwujudkan, yaitu Rusunawa yang sepenuhnya didanai pemerintah dan Rusunami yang pengembangannya dilakukan oleh pengembang," ujar Ilham ditemui di Parasamya Pemkab Bantul, Kamis (20/3/2025). 

BACA JUGA: Menteri PKP Maruarar Sirait Klaim Presiden Prabowo Akan Umumkan Tambahan Kuota Hunian untuk MBR

Ia menjelaskan bahwa Rusunawa diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan sistem sewa, sedangkan Rusunami memungkinkan kepemilikan hunian secara permanen. Namun, kendala utama dalam pengembangan Rusunami adalah harga tanah yang tinggi di kawasan perkotaan DIY.

"Patokan harga per meter persegi untuk Rusunami di luar Jabodetabek itu sekitar Rp8,5 juta. Dengan tipe minimal 21 meter persegi, harganya bisa mencapai lebih dari Rp170 juta. Di pusat kota, harga tanah sudah sangat tinggi, sehingga proyek ini sulit direalisasikan," ungkapnya.

Sebagai alternatif, pengembangan Rusunami bisa diarahkan ke daerah penyangga seperti Prambanan, Piyungan, dan Sedayu. Namun, Ilham menilai ada tantangan berupa cultural shock atau gegar budaya karena masyarakat di DIY masih terbiasa dengan hunian tapak.

Backlog Perumahan

DIY masih menghadapi backlog perumahan yang signifikan. Berdasarkan data terakhir yang diterimanya, Ilham menyebut backlog di DIY mencapai 15.150 unit. Dengan jumlah penduduk sekitar tiga juta jiwa, angka ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lain.

"Backlog tertinggi kemungkinan ada di Kota Jogja. Namun, daerah seperti Bantul masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai kawasan hunian," katanya.

Menurutnya, pasar perumahan di Bantul masih terbuka lebar dan masyarakatnya cenderung menerima perkembangan investasi properti.

Di sisi lain, kondisi pasar properti di DIY saat ini diklaimnya mengalami perlambatan yang signifikan. Ilham mengungkapkan bahwa dalam dua bulan terakhir, penjualan properti di DIY mengalami penurunan hingga 50 persen.

BACA JUGA: Pasar Properti di DIY dan Jateng Dinilai Masih Potensial

"Bulan Januari masih cukup baik, tapi memasuki Februari dan Maret, penjualan turun drastis. Hampir semua sektor usaha mengalami pelambatan, termasuk properti. Banyak pengusaha di DIY mulai mengencangkan ikat pinggang," ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa faktor utama perlambatan ini adalah ketidakpastian ekonomi dan belum cairnya dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah.

"Sampai hari ini, Menteri PUPR belum menandatangani persetujuan untuk pencairan dana FLPP. Ini tentu berdampak karena dana tersebut belum bisa disalurkan ke bank pelaksana," tambahnya.

Meski demikian, Ilham berharap setelah Lebaran, kondisi pasar properti bisa kembali membaik. Ia juga menyebutkan bahwa pengembang perlu menyiapkan strategi seperti rescheduling atau restrukturisasi guna menghadapi situasi ini, sebagaimana yang pernah dilakukan saat pandemi COVID-19.

"Kami tidak tahu bagaimana ke depannya, tetapi harapannya setelah Lebaran pasar akan rebound dan kembali normal," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gigi Terasa Ngilu Jangan Anggap Remeh, Ini Penjelasan Pakar

News
| Kamis, 20 Maret 2025, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Menikmati Keindahan Danau Baikal di Siberia Tenggara, Tertua di Bumi Berusia 25 Juta Tahun

Wisata
| Rabu, 19 Maret 2025, 21:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement