Advertisement

Packrafting Canden Bantul, Padukan Wisata Sungai dan Jamu Tradisional

Yosef Leon
Rabu, 16 April 2025 - 21:47 WIB
Maya Herawati
Packrafting Canden Bantul, Padukan Wisata Sungai dan Jamu Tradisional Wisatawan menikmati wisata packrafting dan jamu tradisional yang ditawarkan di Canden, Jetis, Bantul, Rabu (16/4/2025). - Harian Jogja - Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Di kaki perbukitan Bantul, tepatnya di Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, aliran sungai Opak yang melewati desa setempat dimanfaatkan warga sebagai destinasi wisata anyar. Wisatawan ditawari menyusuri sungai sambil menikmati sajian jamu tradisional.

Wisata packrafting masih jarang ditemui di wilayah DIY. Padahal potensi sungai yang ada di wilayah ini bisa dimanfaatkan menjadi destinasi. Packrafting biasanya dikenal sebagai salah satu cabang olahraga yang menggunakan perahu karet portabel (packraft) untuk menjelajahi sungai dan danau.

Advertisement

Peluang inilah yang dibidik masyarakat Canden, Jetis, Bantul. Kali Opak yang melintas di wilayah itu selama ini hanya dimanfaatkan sebagai aktivitas tambang liar, tetapi lama kelamaan warga menyadari ada yang salah dengan hal itu. Wisata pun dipilih untuk menggerakkan roda ekonomi.

Dikelola oleh Badan Usaha Milik Kalurahan (Bumkal) Candi Artha, destinasi ini lahir dari kesadaran warga bahwa potensi lokal harus menjadi poros pembangunan. Manajer Operasional Wisata Packrafting Canden, Chandra Purna Setyaka, mengatakan keamanan dan profesionalitas menjadi fondasi dalam pengelolaan wisata ini. “Kami melakukan pelatihan dan evaluasi secara berkala,” katanya, Rabu (16/4/2025).

Saat ini, Candi Artha memiliki dua pemandu bersertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dari Kementerian Ketenagakerjaan. Selain itu, beberapa pemandu juga merupakan atlet dari Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI).

Wisata susur sungai ini memang dirancang berbeda. Tidak menantang nyali dengan jeram-jeram ekstrem, melainkan mengajak wisatawan untuk meresapi kesunyian air, mendayung dalam damai, dan menyelami kearifan lokal. Nilai jual utamanya adalah individual paddling experience, sensasi mendayung sendiri menyusuri aliran tenang, ditemani hijaunya semak dan semilir angin perdesaan.

BACA JUGA: Dusun Mlangi dan Jejak Islam di Jogja

Paket Wisata

Di balik kegiatan mendayung itu, wisata ini lebih dari sekadar relaksasi. Ini adalah instrumen pemberdayaan. Tercatat ada 20 orang pemandu, lima pengemudi kendaraan operasional, dan sepuluh pelaku UKM lokal yang terlibat aktif. Tidak hanya itu, warga sekitar juga dilibatkan sebagai petugas kebersihan di titik start dan finis, sebagai semangat gotong royong.

"Kami berharap wisata ini menjadi ujung tombak kesadaran masyarakat terhadap potensi pariwisata dan mampu mengalihkan profesi lama, seperti penambang pasir atau pedagang keliling, ke arah yang lebih berkelanjutan dan berdampak ekonomi," imbuh Chandra.

Sistem asuransi pengunjung juga telah disiapkan, menjamin kenyamanan dan keamanan selama wisata berlangsung. Kolaborasi dengan FAJI turut memastikan standar keselamatan bagi wisatawan.

Keunikan lain dari wisata ini adalah keterpaduannya dengan budaya jamu tradisional yang telah menjadi identitas warga Kiringan, salah satu wilayah di Canden. Dalam beberapa paket wisata, wisatawan diajak tidak hanya mencicipi jamu, tetapi juga belajar meraciknya dan memahami manfaatnya.

Adapun paket yang ditawarkan yakni long trip (Rp150.000) berupa susur sungai sejauh 5 km selama 1,5–2 jam, lengkap dengan jamu, kelapa muda, makanan tradisional, dan makan siang; short trip (Rp125.000) berupa perjalanan 2 km dengan sajian jamu dan kudapan lokal, dan edukasi jamu (Rp250.000) berupa kombinasi susur sungai, sajian kuliner, serta edukasi jamu dari pengenalan hingga praktik membuat jamu yang bisa dibawa pulang.

Diluncurkan pertama kali pada 2022, wisata ini terus berkembang meski terbatas oleh infrastruktur. Operasional bersifat fleksibel, tergantung permintaan dan event tertentu. Chandra menyebutkan, meskipun tarif yang ditawarkan tergolong murah, nilai pengalaman yang dibawa pulang oleh wisatawan sangat berharga.

“Rp150.000 itu sudah termasuk makan siang, jamu, dan pengalaman yang membuat badan bugar. Bahkan bisa juga jadi ajang belajar berenang,” tuturnya.

Wisata Kebugaran

Lurah Canden, Bejo menyebut wisata ini sebagai wisata kebugaran, berbeda dari wisata kesehatan yang lazim dikenal masyarakat.

“Kalau wisata kesehatan itu untuk yang sedang sakit, maka wisata kebugaran ini untuk yang sudah sehat agar semakin bugar,” ungkapnya.

Menurutnya, aktivitas fisik seperti mendayung adalah bagian dari olahraga, sementara pemandangan alam bisa menyegarkan pikiran. Di sepanjang perjalanan, tersedia rest area di Kiringan yang dikenal sebagai pusat jamu gendong legendaris. Selain minuman sehat, wisatawan bisa mencicipi kuliner khas berbagai masakan.

Packrafting Canden bukan sekadar destinasi. Ia adalah simbol bagaimana desa bangkit melalui potensi alam dan kearifan tradisional. Di antara riak air sungai dan potensi jamu masyarakat setempat Canden tengah memasuki babak baru tentang kemandirian dan masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Demi Redam Ancaman Tarif Trump, Indonesia Hendak Beli Alutsista dari AS?

News
| Sabtu, 19 April 2025, 04:27 WIB

Advertisement

alt

Hidup dalam Dunia Kartun Ala Ibarbo Fun Town

Wisata
| Sabtu, 12 April 2025, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement