Advertisement
Sekda DIY Minta Program MBG Tak Bebani Guru

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di DIY terus dievaluasi. Beberapa kendala dan kekurangan di lapangan perlu dikomunikasikan dan menjadi masukan, termasuk tentang bertambahnya beban kerja tenaga pendidikan atau guru di sekolah.
Sekda DIY Beny Suharsono, menjelaskan pelaksanaan MBG di DIY saat ini masih dalam tahap uji coba, sehingga wajar jika masih banyak ditemukan kendala di lapangan. “Sekarang kan baru uji coba, pasti banyak yang harus dievaluasi,” ujarnya, Selasa (6/5/2025).
Advertisement
BACA JUGA: Serapan Anggaran MBG Capai Rp2,38 Triliun
Salah satu keluhan yang muncul dari sekolah sebelumnya adalah bertambahnya beban tenaga pendidik di sekolah karena harus mengurusi MBG. Terkait hal ini, Beny menegaskan agar guru tidak terbebani dengan pelaksanaan MBG.
“Tugas guru kan dari awal murni melaksanakan tugas edukasi. Kalau diberi tambahan mestinya ada secretariat yang membantu tugas guru dan kepala sekolah. Walaupun bisa membantu, tapi kalau jadi berubah fungsi untuk mengelola MBG, harus jadi bahan evaluasi,” katanya.
Menurutnya, guru bisa membantu dalam batasan tertentu, sepanjang tidak mengganggu tugas utamanya sebagai pengajar. “Paling tidak ngaruhke sudah terbagi lengkap atau belum, itu bagian dari proses pendidikan. Tapi kalau harus mengambil dari catering bukan tugasnya,” paparnya.
Sekolah maupun dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) diminta untuk lebih komunikatif untuk menyampaikan kendala atau kekurangan yang terjadi di lapangan. “Kalau menerima dampak dan harus terus dipendam kasihan siswanya dan tenaga pendidiknya,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, Suhirman, menuturkan pendistribusian dan pengembalian paket MBG bisa disiasati agar tidak terlalu membebani tenaga pendidik. “Karena setiap hari seperti itu, tapi kami kondisikan agar bisa tetap berjalan,” kata dia.
Ia juga menyarankan sekolah untuk menerapkan sistem piket dalam pelaksanaan MBG agar bebannya tidak menumpuk di beberapa orang tertentu saja. “Sekolah kan punya beberapa tenaga selain guru. Bisa dimaksimalkan tenaga-tenaga yang lain, mungkin ada piket,” ujarnya.
Untuk sekolah yang sudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), ia mengakui konsekuensi pelaksanaan MBG mengurangi pendapatan sekolah. “Ada konsekuensi itu, sehingga harus sama-sama mengerti sekolah ada program dari pemerintah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

BMKG Ingatkan Curah Hujan Tinggi Saat Kemarau, Bakal Berdampak ke Pertanian
Advertisement

Lion Air Buka Penerbangan Langsung YIA-Tarakan, Pariwisata Jogja Diproyeksikan Kian Maju
Advertisement
Berita Populer
- Kelurahan Suryodiningratan Optimalkan Bank Sampah dan Transporter
- Kreativitas Siswa Diasah lewat Mural di Artsplosion bersama Amikom Yogyakarta
- Ratusan Anak Penderita Autoimun-Lupus Nonton Bareng Film Jumbo
- Alasan Pensiun dan Sekolah, Ada 27.000 Orang Migrasi ke Sleman
- Eko Suwanto: Semar Ajarkan Pemimpin Ora Melik Kuasa Jabatan & Harta, Tidak Menjadi Orang Yang Pentingkan Keluarga
Advertisement
Advertisement