Advertisement

Kasus Bunuh Diri di Bantul Masih Tinggi, Dinkes Upayakan Screening Kesehatan Mental

Ariq Fajar Hidayat
Selasa, 27 Mei 2025 - 21:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Kasus Bunuh Diri di Bantul Masih Tinggi, Dinkes Upayakan Screening Kesehatan Mental Pemakaman - Ilustraso - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL— Kasus bunuh diri di wilayah Bantul masih terbilang tinggi bahkan cenderung meningkat sejak tahun 2023.

Kepala Seksi Gizi, Kesehatan Keluarga, dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Siti Marlina menjelaskan, terdapat 8 kasus bunuh diri di Bantul pada 2023. Pada tahun 2024, terdapat 22 kasus bunuh diri atau meningkat hampir tiga kali lipat. Sedangkan, pada tahun 2025 hingga saat ini sudah terdapat lima kasus yang terlapor.

Advertisement

BACA JUGA: Wisatawan Asal Semarang Berusaha Mengakhiri Hidupnya di Pantai Baru Bantul, Diselamatkan Petugas

Tingginya kasus bunuh diri di Bantul membuat Dinkes berupaya melakukan screening kesehatan mental seluas-luasnya. Tujuannya ialah menemukan orang-orang dengan gejala depresi, kecemasan, sehingga bisa ditangani lebih cepat.

“Kita bisa menemukan banyak warga yang memiliki indikasi gangguan mental atau kecemasan dan bisa dilakukan tindak lanjut. Nanti bisa diarahkan ke tenaga profesional, bisa ke puskesmas,” jelas Marlina, Selasa (27/5/2025).

Marlina mengatakan, Dinkes Bantul juga berupaya memperbaiki sistem pelaporan kasus bunuh diri. Ketika ada laporan bunuh diri, pihaknya langsung menelusuri penyebab bunuh diri tersebut, termasuk dengan melakukan wawancara terhadap keluarga korban.

“Kita menggali sebabnya apa, lalu kita bahas. Tujuannya mencari rekomendasi kita harus berbuat apa,” katanya.

Dalam pencegahan, Dinkes berupaya meningkatkan kesadaran kesehatan mental kepada masyarakat, dimulai dari usia dini. Marlina mengatakan, pihaknya berencana membuat program Sekolah Sehat Jiwa yang akan menggandeng sekolah-sekolah di Bantul.

Dalam program ini, murid akan dilatih meningkatkan kesadaran seputar kesehatan mental. Nantinya, murid akan diajarkan dapat berperan terhadap teman sebayanya yang membutuhkan pendengar ketika mengalami masalah terutama gangguan kesehatan mental.

“Kita latih siswa-siswanya menjadi percontohan bagi sekolah lain bahwa mereka bisa berperan sebagai partner teman sebaya untuk memberikan edukasi kepada temannya, menjadi teman curhat temannya, melakukan healing bersama,” papar Marlina.

“Insya Allah di bulan Juni akan segera dilaksanakan. Dalam waktu dekat akan menentukan sekolah mana yang akan kita ajak,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Lelang 81 Barang Sitaan, Ada Rumah hingga Ponsel

News
| Rabu, 28 Mei 2025, 03:57 WIB

Advertisement

alt

Hilangkan Lelah di Desa Wisata Tinalah

Wisata
| Minggu, 18 Mei 2025, 09:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement