Advertisement
Unik! Di Jogja Ada Toko Buku Theotraphi, Hanya Tutup Saat Kiamat

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Theotraphi berusaha tidak hanya menjual buku, tapi juga menyebarkan ilmu. Theotraphi akan senang menjadi teman bicara, untuk merekomendasikan buku sesuai kebutuhan pengunjungnya.
Di Theotraphi, kita akan melihat perpaduan antara hobi, usaha, dan cita-cita. Pemiliknya, yang suka membaca, memulai usaha Toko Buku Theotraphi sejak 2015. Salah satu pemilik, Alan Ramadhani, mengatakan bahwa Theotraphi merupakan singkatan dari teologi, sastra, dan filosofi.
Advertisement
"Kurasi genre bukunya sesuai dengan kesenangan owner-nya, banyak buku seputar itu, memang personal banget," kata Alan, Sabtu (12/7/2025).
Awal membuka usaha, semuanya full online, dengan cash on delivery (COD) untuk distribusinya. Hari demi hari, pesanan buku semakin banyak, dan COD semakin meningkat. Agar lebih efisien, pemilik Theotraphi membuka toko fisiknya di Timoho, Umbulharjo, Kota Jogja, pada akhir 2019.
Toko buku yang bersanding dengan cafe juga menjadi ruang berkumpul sesama pecinta buku. Pembukaan toko buku offline ternyata menyedot banyak pecinta buku. Bahkan orang-orang luar kota seperti Jakarta, Bandung, hingga Surabaya sering menjadikan Theotraphi ruang singgah saat sedang ke Jogja.
Melihat orang-orang yang datang ke Theotraphi, serta penjualan bukunya, kadang kala membuat Alan kurang sepakat bahwa minat baca di Indonesia tergolong rendah. "Ada fase saat orang belanja buku bisa sampai jutaan. Kayaknya enggak bener-bener banget kalau minat baca di Indonesia itu rendah," katanya.
Sebarkan Ilmu
'Tidak Sekadar Menjual Buku, Tapi Menyebarkan Ilmu'. Tagline itu yang menjadi nyawa Toko Buku Theotraphi. Pengelola Theotraphi akan berusaha terhubung dan merawat para pengunjungnya.
Alan mencontohkan ada pengunjung yang hendak mencari buku filsafat. Maka Alan akan merekomendasikan buku dasar logika serta pengantar filsafat. Hal ini agar pengunjung bisa lebih mudah dalam belajar filsafat ke depannya.
Rekomendasi juga bisa sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pengunjung. "Misal ada orang dateng dan lagi sakit hati nih, dikasih rekomendasi puisi romantis segala macam, kaya ngasih obat. Sentuhan personal pada pelanggan cukup kenceng di sini, enggak ditinggalin silakan ambil buku apapun demi ngejar cuan," kata Alan, yang saat ini berusia 25 tahun.
Hubungan jenis ini tidak jarang menjadikan orang yang tadinya pelanggan, kini menjadi teman. Termasuk Alan, yang awalnya merupakan pengunjung Theotraphi pada 2019, kini menjadi salah satu pengelolanya. Theotraphi juga menjadi tempat 'kabur' beberapa orang dari kondisi tertentu. "Kami punya pelanggan, yang dari jam 22.00 hingga 05.00 WIB tetap membaca buku di cafe Theotraphi, padahal toko tutup jam 24.00 WIB," kata Alan.
Tutup Saat Kiamat
Setelah enam tahun di Timoho, sejak 2025 Theotraphi berpindah ke Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Apabila diakumulasi sejak awal, setidaknya Theotraphi sudah berusia sebelas tahun. Alan mengatakan tantangan toko buku indie seperti Theotraphi, berupa sewa tempat hingga persaingan harga dengan penerbit atau toko buku besar.
BACA JUGA: Hasil Man United vs Leeds United: Skor 0-0
Apabila tidak berambisi menjadi kaya raya, Alan menganggap usaha toko buku bisa menjadi pekerjaan utama untuk menghidupi. Meski banyak dinamikanya, bertahannya Theotraphi menjadi bukti bahwa masih ada ruang untuk toko buku hidup dan bertumbuh. Alan merasa toko buku indie seperti ini tetap perlu ada di Jogja, sebagai ruang bertemu para pecinta buku.
Alan sangat senang, saat melihat ada pengunjung yang datang, meski hanya melihat-lihat buku di rak. Apalagi saat ada orang yang tadinya tidak suka baca buku, kemudian senang membaca buku karena berkunjung ke Theotraphi. "Itu menyenangkan banget, bisa ngasih tempat untuk orang-orang baca buku dan dapet ilmu," kata Alan, yang berasal dari Bangka.
Bagi yang ingin membuka toko buku, Alan menyarankan orang tersebut untuk pertama dan utama cinta mati pada buku. "Kalau udah cinta banget, mau profit atau enggak, toko buku ini tetap harus ada, sepersonal itu," katanya.
"[Theotraphi] enggak akan pernah tutup sampai kiamat."
Pola Pengunjung
Dari luar, Toko Buku Theotraphi nampak seperti rumah pada umumnya. Namun saat kita memasuki ruangan melalui pintu utamanya, 'surga' bagi pecinta buku terpampang dengan sempurna.
Di bagian dalam, Theotraphi terbagi dalam empat ruang utama. Tembok di tiga ruangan penuh dengan buku. Sementara ruang satunya menjadi arena barista menciptakan karyanya. Di bagian luar ruangan, terdapat deretan kursi dan meja untuk minum dan membaca buku.
Toko buku berubah, begitupun pola pengunjungnya. Alan melihat pada awal pandemi Covid-19 sekitar tahun 2020, toko buku menjadi ruang melarikan diri dari kepenatan situasi. Di Theotraphi, banyak yang membaca buku sembari ngopi.
"Di tahun 2024 dan 2025 ini, ada perubahan pola pengunjung, [beberapa] cuma nongkrong di toko buku, tapi enggak beli dan enggak baca buku, di cafenya doang," kata Alan. "Sekitar 2021, pada ngopi tapi tetep baca buku, sekarang beda, meskipun enggak [bisa juga] memaksakan orang untuk baca buku, [mungkin] ada tren baru."
Saat ini, toko buku menjadi semacam wisata alternatif. Usia Theotraphi yang sudah cukup panjang juga membuat pengunjung beragam. Pernah suatu ketika, ada orang yang datang dan bertanya, "Mas ini tempat pijat ya?".
Mungkin unsur nama Theotraphi dikira memiliki unsur 'terapi-nya'. "Atau ada juga yang nanya buku tentang terapis segala macem, cukup menyebalkan, tapi buat lucu-lucuan juga," kata Alan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Viral Polisi Minta SIM Jakarta, Ini Penjelasan Polda Metro Jaya
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja 19-31 Juli 2025, dari Pertamax Turbo Drag Fest 2025, Gamelan Festival, KAI Bandara Night Fun Run hingga Tour De Merapi
Advertisement
Berita Populer
- Leo Tupamahu Nilai Laga Persahabatan Kontra Persebaya Dapat Jadi Bahan Evaluasi PSS
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 19 Juli 2025, 3 Warga Tewas dalam Pesta Pernikahan Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut, Becak Listrik Resmi Mengaspal di Malioboro, Nelayan Butuh SPBU Khusus
- Penahanan Dokumen Kelulusan di Sleman, Sarang Lidi: Tunggakan Biaya Sekolah Tak Boleh Jadi Alasan Penahanan Dokumen Kelulusan
- Semua Kopdes Merah Putih di Bantul Sudah Berbdan Hukum dan Punya Nomor Induk
- Gedung Baru SMPN 1 Wates Dapat Digunakan Tahun 2026
Advertisement
Advertisement