Advertisement

Dua Siswa dan Satu Guru Mundur dari Sekolah Rakyat di Sonosewu Bantul

Kiki Luqman
Selasa, 12 Agustus 2025 - 16:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Dua Siswa dan Satu Guru Mundur dari Sekolah Rakyat di Sonosewu Bantul Foto ilustrasi sekolah rakyat, dibuat menggunakan AI ChatGPT.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dua siswa dan satu guru memilih mengundurkan diri dari Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 Sonosewu, Bantul.

Kepala SRMA 19 Sonosewu, Agus Ristanto, menjelaskan dua siswa tersebut memutuskan keluar karena alasan ketidaksesuaian dengan harapan mereka. Meski demikian, pihak sekolah memastikan jumlah siswa tetap 200 orang sesuai data dari Dinas Sosial.

Advertisement

BACA JUGA: Cerita Siswa Sekolah Rakyat di Jogja Saat Bertemu Mensos, Bercita-cita Jadi ASN, Dokter hingga Bupati

“Tidak sesuai dengan harapan. Ini harus ada komitmen antara siswa dan orang tua. Ketika orang tua setuju, anaknya tidak setuju, jangan dipaksa untuk masuk ke SR,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).

Menurut Agus, rasa betah atau tidaknya siswa di sekolah sangat dipengaruhi kesepakatan kedua belah pihak. Ia menekankan pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak sebelum memutuskan bersekolah di SRMA.

Selain siswa, seorang guru agama Katolik juga mengundurkan diri. “Betul, itu guru agama Katolik. Beliau sudah secara jam mengajar terpenuhi. Kemudian alasan mundur karena alasan kesehatan,” kata Agus.

Surat pengunduran diri pun telah disampaikan secara resmi kepada Dinas Sosial. Pihak sekolah telah menyiapkan langkah antisipasi untuk memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan.

Menurut Agus, pengajaran agama bagi siswa Katolik akan dioptimalkan oleh guru yang ada, atau jika diperlukan, siswa akan dibimbing untuk mengikuti pelajaran di SMA terdekat, seperti SMA Negeri 1 Kasihan.

Agus juga menanggapi isu kesehatan dan kedisiplinan siswa. Ia mengatakan setiap siswa yang sakit segera mendapatkan penanganan melalui kerja sama dengan puskesmas setempat.

Sedangkan untuk perilaku seperti merokok, pengawasan dilakukan ketat oleh wali asuh di asrama.

“Di sini penuh dengan tatanan, dengan aturan. Ketika sudah tidak sesuai frekuensi, ya nanti bisa mundur diri saja, tidak masalah,” ujarnya.

Meski ada yang mengundurkan diri, Agus memastikan kuota siswa sekolah rakyat tetap dijaga. “Pokoknya 200 ya 200, aturannya begitu. Kalau stok penggantinya tidak ada, ya sudah berarti adanya itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

100 Anak di Gaza Meninggal Akibat Malnutrisi, 300 Ribu Lainnya Berpotensi

100 Anak di Gaza Meninggal Akibat Malnutrisi, 300 Ribu Lainnya Berpotensi

News
| Selasa, 12 Agustus 2025, 18:37 WIB

Advertisement

Pendakian Rinjani Dibuka Kembali 11 Agustus 2025

Pendakian Rinjani Dibuka Kembali 11 Agustus 2025

Wisata
| Minggu, 10 Agustus 2025, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement