Advertisement
Lestarikan Arsip Kraton Sebagai Sumber Sejarah dan Budaya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan pusat kebudayaan Bumi Mataram. Maka menjaga dan merawat arsip-arsip Kraton sangat diperlukan untuk melestarikan sumber sejarah dan budaya Jawa.
Sketsa Alun-Alun Utara lengkap dengan sepasang pohon beringin di tengahnya, bertahun 1771, diperkirakan sebagai dokumentasi visual tertua Kraton. Sketsa itu karya Johannes Rach, prajurit penembak VOC. Pada pertengahan abad-19, kegiatan dokumentasi visual mulai berkembang.
Advertisement
Pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI (1855-1877), Raden Saleh, pelukis realis pertama dan terkemuka, aktif melukis keluarga keraton dan meninggalkan banyak artefak visual. Pada masa itu pula fotografi mulai berperan dalam dokumentasi visual kraton. Hal ini menunjukkan betapa Kraton sejak dulu sudah menyadari pentingnya pengarsipan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Derah (DPAD) DIY, Kurniawan menjelaskan arsip-arsip Kraton disimpan ke Kraton, tepatnya di KHP Widya Budaya. Arsip tertua tercatat bertahun 1800-an pada masa Sri Sultan HB III. KHP Widya Budaya juga menyimpan puluhan manuskrip atau naskah kuno.
“Jogja merupakan daerah Istimewa, sehingga kami jiga mendukung dalam pengelolaan arsip Kraton. Ada personel kami yang membantu pengelolaan arsip di Kraton. Kami membantu secara metodologi teknisnya agar tidak dimakan rakyap, jamur dan sebagainya,” ujarnya dalam Arsip Menyapa: Arsip Kraton Sebagai Sumber Informasi Sejarah Dan Budaya.
BACA JUGA: Kota Jogja Pastikan Tidak Menaikkan Pajak
Saat ini DPAD DIY juga tengah mengusulkan ke Arsip Nasional RI (ANRI), agar beberapa arsip di DIY mendapat sertifikat Memory Kolektif Bangsa (MKB). “Selokan Mataram, yang basic-nya arsip, sudah pada 2023. Tahun berikutnya kami ingin usulkan Kraton, karena menjadi bagian penting sebagai MKB. Lalu yang lebih tinggi lagi Memory of The World di Unesco,” kata dia.
Lumaksana Reh Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, M.J. Purwakawindra, mengatakan arsip-arsip Kraton bisa diakses secara umum, meski menggunakan prosedur yang sudah ditentukan.
Untuk menjaga keaslian dan kondisi arsip, maka yang dapat diakses publik biasanya merupakan dokumentasi digital arsip. “Kalau hanya melihat aslinya, ada. Tapi akses langsung tidak bisa karena untuk menjaga kondisinya. Kita bisa mengakses secara digital,” ungkapnya.
Di Kraton juga terdapat arsip yang menggunakan bahasa bagongan. Arsip-arsip tersebut dibuat oleh abdi dalam saat melaksanakan tugas tertentu. “Arsip Kraton tidak hanya ada di satu kawedanan saja, tapi semua kawedanan ada. Setiap kawedanan punya kewenangan membuat arsip yang pada masa pembuatannya itu hanya berupa surat-surat saja,” paparnya.
Ketua Komisi D DPRD DIY, RB Dwi Wahyu, menuturkan arsip menjadi dokumen yang bercerita asal-usul Kraton. Maka arsip Kraton harus senantiasa dijaga. “Kita harus jaga originalitas dokumen. Maka kalau dokumentasi asli harus di-maintenance, tidak bisa disentuh. Tapi bisa dicetak lagi dan bisa dipublikasi,” ujarnya.
Pelestarian dan publikasi arsip maupun Pustaka Kraton sangat penting agar generasi muda Jogja memahami bagaimana akar budaya mereka. “Generasi baru tidak tahu sejarah, padahal sejarah akan menjadi kompas. Kalai tidak dijaga [arsip Kraton] akan terjadi pergeseran peradaban,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pihak yang Live Streaming Provokatif saat Demo Bakal Ditindak Polisi
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Masyarakat Lintas Agama Gotong Royong Bersihkan Sampah di Kali Code
- Investor Diajak Bangun SPBU di Kampung Nelayan Merah Putih Pelabuhan Sadeng Gunungkidul
- SPPG Mulyodadi Salurkan Makan Bergizi Gratis untuk 2.788 Siswa, Ada Surat Minta Tambahan Rokok
- Dua Kasus Cacing Pita Ditemukan di Bantul, Dinkes Ingatkan Cara Masak Daging
- Terjadi Lagi! Ratusan Siswa SMP di Berbah Keracunan Menu MBG
Advertisement
Advertisement