Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad menerangkan penyebaran campak berkorelasi dengan kekebalan kelompok. Karenanya, cakupan imunisasi yang dilakukan selama ini kata Riris sangat berpengaruh pada penyebaran campak.
Vaksinasi lanjut Riris memiliki dampak terhadap kekebalan tubuh. Sebuah populasi yang memiliki level imunisasi yang sesuai dengan cakupannya disebut Riris tidak akan mudah terjangkit penyakit.
"Tapi, begitu itu ada di bawah level tersebut, maka kekebalan populasinya itu tidak cukup untuk bisa mencegah terjadinya transmisi," kata Riris pada Senin (1/9/2025).
Riris menambahkan jika mobilitas penduduk yang tinggi akan semakin rentan berisiko terkena dampak penularan penyakit dari satu daerah ke daerah lain.
"Kalau tadinya belum ada tapi begitu ada orang datang ke tempat itu dengan campak, terus cakupan imunisasinya tidak cukup baik, ya akan terjadi penyebaran," ungkapnya.
Selain itu Riris menjelaskan jika cakupan imunisasi campak yang rendah ditambah dengan mobilitas yang tinggi juga berdampak dengan risiko terjadinya penularan. Risiko penularan pada kelompok balita dan anak-anak kata Riris juga sangat besar jika cakupan imunisasi rendah namun mobilitas tinggi.
Untuk mengatasi penyebaran campak, Riris menerangkan bahwa Outbreak Response Immunization atau imunisasi harus dilakukan. Imunisasi massal yang dilakukan secara cepat dapat menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Selain itu Riris juga mendorong penyiapan layanan kesehatan rumah sakit agar dapat mengelola kasus campak yang timbul. Harapannya, kematian akibat penularan penyakit campak dapat dicegah.
"PR besar bagi kita kaarena masih ada masyarakat yang kemudian banyak meragukan tentang vaksin, apapun alasannya. Kemudian, dari sisi pemerintah tentu perlu mencari strategi lebih baik agar penerimaan masyarakat lebih bisa ditingkatkan terkait dengan vaksinasi ini," tegasnya.