Advertisement

Ekspedisi Hijau Leave No Trace, Datang Bersih, Pulang Juga Bersih

Andreas Yuda Pramono
Rabu, 10 September 2025 - 17:07 WIB
Maya Herawati
Ekspedisi Hijau Leave No Trace, Datang Bersih, Pulang Juga Bersih Tim Ekspedisi Hijau membersihkan tumpukan sampah di Sabana Kecil Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (6/9/2025). Harian Jogja - Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah /Tahun 2025 dimanfaatkan ribuan orang untuk mendaki Gunung Lawu. Dari Jawa Tengah, pendaki bisa mengambil jalur Candi Cetho. Jalur pendakian ini merentang sekitar 9,5 kilometer (km) hingga ke puncak.

Tim Ekspedisi Hijau kali ini mendaki dengan tujuh orang. Perjalanan darat menggunakan mobil dari Kota Jogja ke Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, membutuhkan waktu 2,5 jam. Pendakian memakan waktu 10 jam lebih. Di Gunung Lawu, hamparan sabana yang indah bersanding dengan hamparan sampah plastik.

Advertisement

Aldi merasa mual ketika membersihkan sampah-sampah yang basah. Ia akhirnya muntah. Tiga temannya menahan bau tak sedap demi membersihkan Sabana Kecil, pos pemberhentian dan area kemah di bawah puncak Lawu. Sampah ini menumpuk tak jauh di depan tendanya. Kebanyakan sampah plastik bercampur organik yang tentunya berasal dari pendaki. Tidak semua sampah dapat Aldi angkut bersama tim ekspedisi. Beban carrier dan barang bawaan lain menjadi kendala membawa turun sampah itu semua.

Ketua Tim Ekspedisi Hijau, Bowo Purna Yudha, cekatan memungut sampah ke dalam kantung sampah plastik/ trashbag. Ia sepakat untuk membawa sampah anorganik saja. Sampah-sampah ini kemudian dibagi ke setiap anggota tim agar beban bawaan dapat dipecah.

Aksi bersih sampah ini ia lakukan sebelum turun pendakian pada Sabtu (6/9/2025) siang. Bukan hanya di Sabana Kecil, tim ekspedisi juga menemukan tumpukan sampah di balik semak belukar di Pos III, Cemoro Dowo.

Sampah seharusnya menjadi tanggung jawab setiap pendaki. Dalam pendakian ini, tim ekspedisi juga mengampanyekan #LeaveNoTrace. Jangan tinggalkan jejak apa pun. Datang bersih, pulang bersih. Minimal, sikap ini yang seharusnya bisa diterapkan ketika mendaki.

Secara umum, Gunung Lawu tergolong bersih dari sampah. Padahal ada cukup banyak warung yang berdiri di sana, terutama di Hargo Dalem.

BACA JUGA: Bangunan Runtuh akibat Banjir Bali, 4 Orang Meninggal Dunia

Tanjakan Tak Berujung

Tim ekspedisi mulai mendaki pada Jumat (5/9/2025) pukul 07.00 WIB dari Basecamp Barokah. Menuju Pos I, Mbah Branti, tim melewati Candi Kethek yang letaknya di bagian atas Candi Cetho atau di lereng barat laut Gunung Lawu. Perlu waktu lebih dari 1,5 jam menuju Pos I yang berada di ketinggian 1690 mdpl.

Setelah menjejakkan kaki di Pos I, tim beristirahat. Tak ada ruang luas di Pos I. Hanya ada tempat berteduh dari seng bercagak kayu. Bagi pendaki pemula, jalur ini akan cukup melelahkan. 1,25 km selesai.

Setelah itu, perjalanan kembali dilanjutkan ke Pos II, Brak Seng. Jarak Pos I ke Pos II, sekitar 670 meter. Memang tak sepanjang jarak basecamp ke Pos I, tapi waktu yang dibutuhkan kurang lebih sama. Jalur pendakian semakin menanjak. Hampir tak ada jalan landai. Kabut pun semakin sering muncul. Di Pos II lebih luas dan ada warung. Hanya, suasananya sedikit berbeda dengan Pos I. Barangkali hal ini ada disebabkan oleh keberadaan pohon besar yang dibalut dengan kain bermotif kotak-kotak dan sesembahan dupa yang berada di depannya.

Tradisi penggunaan kain pada pohon ini persis seperti yang dilakukan masyarakat Bali atau umat Hindu. Barangkali ini ada kaitannya dengan keberadaan candi bercorak Hindu dan mitos pertapaan Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit di Hargo Dalem.

Perhentian selanjutnya adalah Pos III, Cemoro Dowo, yang berada di ketinggian 2250 mdpl. Jarak tempuh dari pos sebelumnya adalah 2 jam. Selain warung, Pos III juga memiliki sumber mata air dan toilet. Area Pos III lebih luas daripada dua pos sebelumnya. Bahkan, ada pendaki yang telah mendirikan tenda.

Namun, persoalan sampah lagi-lagi muncul. Di bawah pancuran sumber mata air terlihat sisa-sisa makanan. Kelihatannya ada pendaki yang mencuci peralatan makan di situ. Meski dapat terurai, bau yang ditimbulkan mengganggu. Padahal, udara segar lah yang dicari ketika mendaki gunung.

Jalur dari Pos III ke IV memiliki tanjakan yang curam. Benar-benar berbeda dengan tiga jalur sebelumnya. Jalur inilah yang menjadi ujian cukup berat bagai pendaki pemula. Bahkan, ketika berada di puncak, ada seorang pendaki laki-laki mengaku ingin menyerah lantaran beratnya medan.  

Tim tiba di Pos IV, Penggik, pukul 15.12 WIB. Tenaga benar-benar terkuras. Perjalanan selanjutnya memakan waktu yang cukup lama.

Perjalanan menuju Pos V terasa berat. Cahaya Matahari juga mulai redup. Samudera awan di ketinggian sekitar 2700 mdpl mulai disapu cahaya kuning oranye. Jika tidak segera bergegas, pendakian akan sulit. Selain udara dingin dan kabut tebal, kegelapan meningkatkan risiko kecelakaan.

Tim tiba di puncak pukul 05.54 WIB. Situasi seperti pasar. Ramai tak keruan. Ribuan pendaki muncul dari jalur Cemoro Sewu. Tim turun ke Sabana Kecil pukul 06.30 WIB. Barang bawaan dikemas, tenda dibongkar, dan sampah dimasukkan ke trashbag. Tiga anggota mengikat trashbag ke carrier. Dua lainnya menentengnya. Selain sampah pribadi, sampah ini berasal dari tumpukan yang ada di Sabana Kecil. Seluruh anggota tim tiba di Basecamp Barokah sore hari. Ketika tiba, sampah-sampah kemudian diserahkan kepada petugas basecamp.

 

Ekspedisi Hijau ke Gunung Lawu didukung oleh J Sustainable and Green Initiative dan Eiger Adventure.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

5 Meninggal dan 6 Orang Hilang Akibat Banjir Bali

5 Meninggal dan 6 Orang Hilang Akibat Banjir Bali

News
| Rabu, 10 September 2025, 20:07 WIB

Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata
| Rabu, 10 September 2025, 18:22 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement