Advertisement
Petani Sleman Diimbau Tidak Jual Bibit Salak Madu ke Luar Daerah

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman lewat Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) mengimbau petani-petani salak di Bumi Sembada untuk tidak menjual bibit salak madu ke luar daerah. Hal ini dilakukan untuk menjaga nilai salak agar tidak anjlok.
Plt. Kepala DP3 Sleman, Rofiq Andriyanto, mengatakan harga salak akan turun drastis ketika musim panen raya, utamanya salak pondoh. Anjloknya harga salak pondoh berawal ketika petani salak menjual banyak bibit salak pondoh ke luar daerah.
Advertisement
Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, DP3 berupaya agar para petani salak tidak menjual bibit salak madu. Salak madu memiliki kandungan gulanya lebih banyak daripada salak pondoh. Buahnya memang sedikit lebih kecil, tetapi rasanya manis.
“Salak madu kan varietas baru, saya imbau agar bibitnya jangan dijual ke luar daerah. Kalau mau cari [buah] salak madu ya silakan ke Sleman,” kata Rofiq dikonfirmasi lewat pesan whatsapp, Rabu (15/10/2025).
BACA JUGA
Selain persoalan harga, lahan pertanian salak di Sleman terus menyusut. Apabila penyusutan terjadi, Sleman tidak akan lagi jadi sentra salak. Padahal, salak-salak di sejumlah daerah di Indonesia berasal dari Sleman.
Lahan terluas yang pernah DP3 catat mencapai 1.200 hektar (ha). Pada 2023 luas lahan menjadi sekitar 1.048 ha dan 2024 890,66 ha. Penyusutan secara drastis terlihat jelas. Padahal kawasan pertanian salak lebih banyak ada di Kapanewon Tempel, Turi, dan Pakem.
Petani lebih memilik pertanian hortikultura daripada salak. Komoditas hortikultura dianggap lebih menjanjikan dari sisi ekonomi. “Kami juga memfasilitasi registrasi kebun untuk penjaminan mutu dan keamanan pangan,” katanya.
Ketua Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada, Wakimin, mengatakan ia telah berkoordinasi dengan ketua kelompok tani salak lain untuk membahas pelestarian bibit salak madu. Ia sepakat bahwa bibit tersebut tidak boleh keluar dari Sleman.
“Salak pondoh contohnya, harga jadi anjlok, karena dijual di mana-mana. Bibit salak madu jangan sampai keluar Sleman. Memang awalnya dapat uang, tapi dampak lanjutan luar biasa,” kata Wakimin.
Jika Sleman bisa mengembangkan dan mengoptimalkan komoditas salak madu, hasilnya akan cukup besar dan bisa menarik perhatian petani lain yang saat ini beralih ke pertanian hortikultura.
Harga salak madu saat ini antara Rp10.000 – Rp17.000 per kg. Kalau masuk musim panen raya memang turun jadi Rp2.500. Memang anjlok lantaran pasokan salak berlebih, tapi tidak separah salak pondoh.
Salak pondoh dibanderol dengan harga Rp5.000 – Rp7.000 per kg. Kalau musim panen raya, harganya turun jadi Rp900. “Kalau ekspor kami kerja sama dengan perusahaan ekspor yang ada di Tempel, tapi tetap saja tidak bisa sewaktu-waktu ekspor. Musim panen saja, tidak semua salak bisa diekspor,” katanya.
Ketika musim panen, permintaan pasar Eropa cenderung turun lantaran berbarengan dengan permintaan ekspor buah lain, utamanya manggis. Pengolahan salak madu menjadi olahan makanan dan minuman lain dirasa belum optimal.
Wakimin memberi contoh ceriping salak. Ceriping ini haruslah menggunakan salak pondoh. Kandungan air yang sedikit cocok untuk pengolahan ceriping.
“Salak madu kalau jadi ceriping dan dibungkus terus divakum, hasilnya bisa jadi seperti gosong begitu. Kadar gulanya banyak,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Target Pembangunan 43 Jembatan Gantung PU Selesai Akhir Tahun 2025
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Kawasan Sungai Code Jadi Sasaran Gerakan Bantul Bersih Sampah 2025
- Gudang Furniture di Pendowoharjo Terbakar, Kerugian Rp100 Juta
- Bupati Bantul Kukuhkan Komite dan Forum Kreatif Menuju UCCN
- Warga Giwangan Protes Minim Sosialisasi Renovasi Terminal
- Pemkot Jogja Tambah Pengelolaan Sampah Organik di Ruang Terbuka Hijau
Advertisement
Advertisement